Om Sehun

762 144 56
                                    

Special chapter dengan sudut pandang Om Sehun..

Siap-siap bosan karena bab khusus ini akan didominasi dengan narasi.

Pernahkah kalian mengalaminya?
Rasa kesal yang tidak tahu jelas apa penyebabnya hanya karena melihat sesuatu yang secara logika 'wajar-wajar' saja.

Aku rasanya baru saja mengalaminya. Kalau kalian tahu, tolong beritahu aku apa penyebabnya.

Sore itu aku terpaksa menunda kepulanganku ke Indonesia karena load pekerjaan yang tidak ada habisnya. Berbagai laporan yang harus diperiksa dan segunung masalah yang membutuhkan solusi. Hal itu juga yang menjadi alasan mangkir dari perayaan rutin ulang tahun gadis kecil kesayanganku.

Gadis kecil kesayangan?

Rasanya, tujuh tahun lalu. Aku sudah pasti akan mentertawakan diriku sendiri ketika mengatakannya. Mungkin dengan ekspresi geli dan setengah meringis ngeri. Tujuh tahun lalu aku masih begitu sibuk dengan pekerjaan yang kucintai setengah mati di London. Hanya sesekali pulang ke negara kelahiran, itupun paling lama tujuh hari dalam satu tahun. Sampai sebuah telefon yang mengabarkan ayahku tiba-tiba kolaps ketika memimpin rapat membuatku memaksakan diri untuk pulang dan bertemu kembali secara intens dengan teman lamaku, Dowon.

Pertemuan pertamaku dengan si kecil kesayangan adalah saat anak itu masih berusia 2 tahun. Dowon dan Sora mengajaknya saat menemuiku. Saat itu aku menahan ringisan jijik setiap melihat batita dalam pangkuan Dowon tengah makan dengan rakus dengan air liur menetes kemana-mana. Bagaimana bisa Dowon justru terlihat bahagia melihatnya? Yang benar saja!

Hari berlalu, aku masih sangat sibuk dengan pekerjaanku sampai kabar kecelakaan Dowon dan keluarga kecilnya sampai ke telingaku. Istrinya meninggal di tempat dan Dowon sendiri dinyatakan koma. Hanya si kecil, dalam pikiranku berupa batita yang hobi menumpahkan air liur, yang selamat pada kecelakaan itu.

Dia Caca-ku. Gadis kecil kesayanganku itu ternyata sudah tumbuh besar. Matanya bulat besar, bibirnya berbentuk hati, pipinya bulat kemerah-merahan dengan beberapa freckless. Anak itu tertidur lelap di atas ranjang dan hari itu untuk pertama kalinya aku jatuh hati pada anak kecil, jangan salah sangka dulu! Maksudku jatuh hati seperti seorang ayah kepada anak perempuannya.

Kalian tahu?
Itu sungguh aneh!
Bagiku yang mencintai kebebasan, menganggap pernikahan dan segala yang mengikutinya adalah hal yang merepotkan, termasuk memiliki anak. Tiba-tiba saja jatuh hati pada seorang anak kecil. Gila! Rasanya hampir gila sampai aku bertanya. "Harus ku apakan anak ini?"

Aku bersyukur saat itu ada orang lain yang juga mengenal Dowon dan keluarga kecilnya. Benar, orang itu bernama Kyungsoo. Wanita bermulut pedas yang selalu membuatku kalah berargumen jika itu tentang pengasuhan Caca. Wanita yang berhasil membuatku malu dan murka saat menghilang begitu saja selama satu minggu. Wanita yang menangis terisak-isak saat Caca masuk rumah sakit.

Kami sepakat untuk berperan sebagai orang tua pengganti bagi Caca. Terlebih saat Dowon pada akhirnyapun memilih menyerah dan menyusul istrinya. Kami berduka, tapi hidup masih terus berjalan bagi yang ditinggalkan.

Kembali ke ulang tahun Caca. Bocah kesayanganku itu sudah pasti marah. Lihat saja bagaimana ekspresinya saat menatapku via video call. Tapi yang namanya Caca, selalu gampang luluh dengan janji-janji manisku. Aku sama sekali tidak keberatan harus mengeluarkan banyak uang demi membujuknya.

Masalahnya, saat ini yang jadi fokusku adalah sosok pria yang dagunya disentuh oleh Kyungsoo. Maafkan Om Sehun, Ca. Om Sehun sebenarnya tidak terlalu mendengarkan ocehanmu saat itu. Lalu kenapa aku harus merasa kesal? Bukankah 'wajar-wajar' saja jika Kyungsoo refleks menyentuh dagu Jongin yang terbentur kepalanya? Kenapa aku harus, umm, kesal?

The Unpredictable LifeWhere stories live. Discover now