I love u can

524 51 20
                                    

*Tin pov*

"I love u can".

"Hmn......".

"Aku mencintaimu".

"Oke....".

"Apa kau mencintaiku?".

"Tin!"

"Hahahaha..... ah oke oke maaf. Tidurlah".

Hal yang tidak pernah membuatku lelah dan bosan adalah menatap wajahnya yang sangat menggemaskan.

Dia, can kirakor.

Setengah dari nyawaku.

Cinta dari setiap sel tubuhku.

Satu satunya manusia yang bisa membunuhku jika dia meninggalkanku.

Aku tau orang orang akan tertawa jika mendengar isi hatiku terhadap can. Bahkan seseorang yang sudah menikah tidak paham perasaanku padanya.

Can kirakorn, dia seharusnya memiliki nama belakangku dibelakang namanya. Tapi aku terlalu bodoh untuk menyadari betapa aku mencintainya.

Aku masih mengingat bagaimana aku membuatnya menanggalkan namaku dari namanya.

Aku membuatnya hadir diacara pernikahanku dengan yuri ketika dia masih memiliki status pernikahan denganku.

Aku membuatnya duduk sendiri dikursi paling depan untuk menyaksikanku mengikat janji pernikahan dengan orang lain diacara mewah dan megah yang bahkan tidak pernah kuberikan padanya.

~Flash back~

Hari itu, jantungku berdebar lebih cepat dan lebih kencang dari biasanya.

Bukan.

Ini bukan bahagia atau semangat karena aku akan menikah dengan yuri.

Sesuatu.

Aku merasakan ada sesuatu yang sangat salah ketika aku berdiri di depan altar bersama dengan yuri tepat dihadapan can yang ketika itu hanya menatapku dengan tatapan kaget namun seketika ekspresinya berubah menjadi legah.

Ketika itu air mataku nyaris tak tertahan ketika dia hanya diam mengikuti acara dengan hikmat.

Dadaku terasa sakit seakan diremas keras dari dalam.

Dia diam dan tak berkata apapun pada siapapun.

Dia yang bahkan belum pernah kuberikan perayaan apapun diacara pernihakan kami diam menatap takjub hias hiasan mewah digedung mahal yang kupilih langsung.

Apa dia sadar bahwa di gedung ini dahulu aku ingin menikahinya?.

Aku pernah mengatakan padanya bahwa saat kami menikah nanti, kami akan menikah digedung mewah dan terkenal eksklusif ini. Tapi nyatanya hal itu tidak pernah terjadi karena kami tidak mendapat restu.

Aku nyaris tak bisa mengatakan sumpah setiaku ketika tatapan mataku bertemu dengan tatapan mata can yang tak putus menatapku. Jika bukan karena yuri yang meremas tanganku dan mengalihkan tatapanku dari can, aku yakin aku tidak akan punya cukup nyali mengucapkannya.

Ketika itu aku mengira aku hanya tidak tega melakukan itu.

Tapi aku tau aku bukanlah orang sebaik itu. Aku akan melakukan apa saja untuk membalas perbuatan seseorang padaku.

"Kalian resmi menjadi sepasang suami istri!".

Ketika sang pendeta meresmikan statusku dengan yuri, detik itu juga ada sesuatu yang menjadi kosong di dalam dadaku.

Ini salah....

Seharusnya semuanya tidak seperti ini.

Aku tidak seharusnya mengucapkan sumpah ini dan menikah dengan yuri.

Beloved bad protagonist (End)Where stories live. Discover now