Part 14

614 88 20
                                    

Author PoV

Tanpa diduga, Seoul saat ini tengah dilanda badai. Hujan begitu deras, disertai angin yang kencang. Jangan lupakan suara petir yang saling bersahutan seakan tak mau kalah, membuat semua orang memilih berdiam di rumah seraya berdoa agar badai cepat berakhir.

Seohyun dan Kyuhyun saat ini tengah duduk saling berhadapan. Suasana begitu hening, sebab mereka tak saling berbicara.

Kyuhyun menghela napasnya, seraya memalingkan wajah ke jendela ruang tamu. Kemudian ia mengalihkan atensinya pada Seohyun yang saat ini terlihat pucat karena ketakutan sambil memegang secangkir cokelat panasnya.

"Seohyun," panggil Kyuhyun, ia tak bisa membiarkan yeoja itu diam saja dengan segala ketakutannya. "Ceritakan apa saja padaku, setidaknya itu membantu mengalihkan rasa takutmu terhadap badai di luar sana."

"Aku tidak memiliki apa pun untuk diceritakan," jawab Seohyun.

"Masa kecilmu, hal-hal yang kau sukai dan tidak kau sukai, kehidupanmu bersama Jinwoo Hyung, atau mungkin kehidupanmu sendiri."

Seohyun menggelengkan kepalanya. "Aku tak bisa terlalu terbuka."

Helaan napas terdengar dari Kyuhyun, namja itu berjalan ke arah Seohyun kemudian berjongkok di hadapan yeoja itu.

Tanpa Seohyun duga, Kyuhyun memegang kedua tangannya, membuat Seohyun seperti tersengat aliran listrik yang cukup kuat.

"Pejamkan matamu, bayangkan hal-hal menyenangkan yang pernah kau alami," ucap Kyuhyun, "sewaktu kecil, appa-ku selalu menyuruhku untuk melakukan ini ketika aku merasa ketakutan. Kau bisa mencobanya, Seohyun."

Seohyun memejamkan matanya pelan, keningnya berkerut serius kemudian ia meringis. "Aku malah mendapat bayangan buruk itu, Kyuhyun. Gelombang air yang tinggi, menyeret orang-orang ... argh ...."

"Lakukan secara perlahan."

"Aku ... tidak bisa," kata Seohyun ketika ia kembali melihat kilasan memori tentang bencana alam yang pernah ia alami dulu. Semuanya berawal dari badai yang berujung tsunami, itulah mengapa Seohyun selalu merasa ketakutan ketika hujan deras, apalagi disertai petir.

Kyuhyun tetap menggenggam tangan Seohyun, sementara Seohyun tetap memejamkan matanya.

"Kau masih ingat bagaimana kau dan Jinwoo Hyung bertemu? Lalu berakhir di altar untuk mengucap janji suci sehidup semati? Bukankah itu adalah hal yang membahagiakan untukmu?" tanya Kyuhyun, seraya menatap Seohyun.

Yeoja itu tak menjawab, memilih untuk membayangkan apa yang baru saja Kyuhyun katakan tadi.

Iya, Seohyun merasa bahagia ketika ia resmi menjadi istri dari Jinwoo waktu itu. Ia merasa seperti seorang wanita paling bahagia sebab bisa mendapatkan namja sebaik Jinwoo.

Seohyun ingat tatapan Jinwoo padanya waktu itu, tatapan hangat yang sampai sekarang namja itu berikan untuknya, meskipun tidak sesering dulu.

Kyuhyun sedikit menunduk, mengelus kedua tangan Seohyun yang berada di dalam genggamannya. Ia lantas kembali mengarahkan atensinya untuk Seohyun. "Apa yang kau rasakan waktu itu, belum tentu dirasakan oleh wanita di luaran sana, Seohyun," kata Kyuhyun, ia sudah bisa merasakan jika Seohyun kini mulai tenang. Terbukti dengan tubuhnya yang tidak terlalu tegang.

Namun, ketika Seohyun mulai rileks, ponsel Kyuhyun tiba-tiba berdering nyaring. Membuat Seohyun membuka matanya dan bersitatap dengan Kyuhyun selama beberapa detik.

"Jonghyun?" tanya Kyuhyun ketika ia sudah menjawab panggilan tersebut.

"Kyuhyun, kau benar-benar sedang berada di Jeju sekarang?"

"Aku di Seoul, mendadak ada urusan, tapi aku akan kembali ke Jeju sebentar lagi. Memangnya ada apa? Kenapa napasmu memburu seperti itu?"

"Jangan kembali lagi ke Jeju untuk sekarang ini, Kyuhyun. Bahaya!!"

"Apa? Apa maksudmu?!" tanya Kyuhyun, kali ini nadanya terdengar begitu khawatir.

"Jeju juga sedang dilanda badai sekarang. Parahnya lagi, beberapa menit yang lalu ada gempa di sana. Kemungkinan besar, menurut pengamatan, akan terjadi tsunami."

"Mwo?! Jonghyun, Nana dan keluarganya juga appa-ku ada di sana!"

"Hah?!"

Seohyun ikut terkejut dengan nada bicara Kyuhyun yang meninggi, ia bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi?

"Kau di mana sekarang?" tanya Kyuhyun.

"Aku di kantor. Kau bisa ke sini? Kami akan pergi ke Jeju untuk melakukan penyelamatan jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi, karena petugas penyelamatan di Jeju kekurangan anggota."

"Aku ke sana sekarang!"

"Baiklah, aku tunggu."

Kyuhyun langsung mematikan panggilannya, ia baru saja hendak beranjak dan meninggalkan Seohyun jika saja yeoja itu tidak menahan tangannya.

Astaga, Kyuhyun sampai lupa jika ada Seohyun di sini. Ia terlalu khawatir dengan appa-nya, Nana dan kedua orang tuanya.

"Kau mau ke mana?" tanya Seohyun.

Kyuhyun mengembuskan napasnya. Tak mungkin ia meninggalkan Seohyun seorang diri, meskipun di sini Seohyun mendapat penjagaan dari anak buah Jinwoo, tapi anak buahnya itu tidak bisa menemani Seohyun seperti yang dilakukan oleh Kyuhyun tadi.

"Aku harus kembali ke Jeju sekarang, Seohyun. Aku baru mendapat kabar ... jika di sana akan terjadi bencana alam yang ...." Kyuhyun tak melanjutkan pernyataannya, ia terlalu takut.

Tapi, tampaknya Seohyun lebih dulu tahu apa yang akan Kyuhyun katakan. Wajah yeoja itu kembali pucat. "Mereka ada di sana, Kyuhyun," bisik Seohyun.

Kyuhyun mengangguk pelan. "Itulah sebabnya kenapa aku harus kembali ke Jeju sekarang juga, Seohyun."

"Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada mereka, jangan lagi."

Kyuhyun memegang kedua bahu Seohyun. "Bisakah kau, aku tinggal sendirian? Tidak akan terjadi apa-apa di sini, Seohyun-ah. Kau aman. Di depan, ada anak buah Jinwoo Hyung, kan? Mereka akan menemanimu meskipun tak bisa menemanimu di dalam sini."

"Aku tidak akan lama, setelah aku membawa mereka kembali ke Seoul, aku akan menemuimu."

Seohyun terpaku, ia menatap mata Kyuhyun yang memancarkan kepedulian terhadapnya. Membuat Seohyun tak bisa mengalihkan tatapannya.

Meskipun Jinwoo adalah suaminya, tapi Seohyun merasa jika Jinwoo tak pernah memberikannya tatapan seperti yang Kyuhyun berikan terhadapnya.

"Seohyun," panggil Kyuhyun.

Seohyun memejamkan matanya rapat-rapat ketika mendengar bunyi petir yang begitu keras.

"Kau harus melakukan seperti apa yang aku katakan padamu tadi, bayangkan hal-hal yang membuatmu bahagia, ya?" perintah Kyuhyun.

Yeoja itu mengangguk pelan.

"Bagus, sekarang, aku antar kau ke kamar." Kyuhyun merangkul bahu Seohyun lalu mengantarnya menuju kamar yeoja itu.

Setelah sampai di sana, Seohyun naik ke atas ranjang, kemudian Kyuhyun menarik selimut dan menutupi sebagian tubuhnya.

Tanpa ragu lagi, Kyuhyun menarik sebelah tangan Seohyun untuk ia genggam. "Kau pasti bisa. Kau berani, Seohyun-ah. Kau harus melawan rasa takutmu, kau tidak bisa terus menerus merasa ketakutan ketika mendengar bunyi petir, merasakan angin kencang dan hujan deras di luar sana. Itu akan menyiksamu."

Kyuhyun mengarahkan tangan Seohyun untuk memeluk dirinya sendiri. "Tepukan kecil di kedua bahumu seraya membayangkan hal-hal yang membuatmu bahagia, akan sangat membantu."

"Aku berjanji akan kembali untuk memastikan kau baik-baik saja."

Namja bermarga Cho itu masih bisa menyunggingkan senyuman untuk Seohyun. Padahal sebenarnya, dalam hatinya ia tengah diselimuti rasa khawatir yang sangat besar terhadap keluarganya yang saat ini berada di Jeju.

Semoga saja, prediksi tentang datangnya tsunami di Pulau Jeju tidak benar-benar terjadi. Itulah harapan Kyuhyun saat ini. Ia tak ingin kehilangan anggota keluarga untuk kedua kalinya. Tidak lagi.

Bisakah Tuhan mendengar permohonannya saat ini?

Sebelum Kyuhyun pergi dari hadapan Seohyun, namja itu mengelus puncak kepala Seohyun terlebih dahulu. Dan entah itu disengaja atau memang refleks Kyuhyun lakukan, namja itu malah mencium kening Seohyun dengan lembut.

Hal ini tentu membuat Seohyun mematung sempurna. Tak ada namja yang mencium keningnya selain Jinwoo, suaminya.

Tapi Kyuhyun?

Namja itu melakukannya, mencium keningnya dan sialnya, Seohyun merasakan sebuah perasaan tak asing menyelusup ke dalam hatinya ketika Kyuhyun melakukan hal itu padanya.

"Jaga dirimu baik-baik," ujar Kyuhyun sebelum ia benar-benar pergi dari sana.

Menyisakan Seohyun seorang diri dengan debaran hatinya yang seperti tengah diburu sesuatu. Debarannya cukup kencang, sampai-sampai membuat Seohyun menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Kuharap jangan," gumam Seohyun.



To Be Continued...

See you next part💋

Sumedang, 22 Agustus 2020

(Un) FaithfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang