Nominasi

10.1K 1.5K 54
                                    

"Sakit?" tanya Mina ketika Aru baru saja keluar dari ruang pemeriksaan dengan didampingi Romi. Sepertinya Romi hanya meninggalkan sisi Aru saat di kamar mandi saja, dan Mina sedang berpikir apakah dia juga perlu mencari ajudan juga seperti Aru, jika nanti seluruh orang telah mengetahui status Mina yang sebenarnya?

Aru menggeleng sambil duduk di samping Mina. Aru membuka mulut, menunjukkan bagian dalam pipinya yang diusap untuk pengambilan jaringan sel dan lipatan sikunya yang diplester bekas pengambilan darah. Mina sudah diperiksa lebih dulu sebelum Aru, jadi ia menunggu di luar ditemani Mbak Elena dan Papa Yusuf. Mina tersenyum bangga sambil mengusap rambut adiknya.

"Anak pintar, ayo pulang. Hasilnya akan dikirim seminggu lagi."

Mereka mendatangi rumah sakit di Semarang yang memang melayani jasa tes DNA kekerabatan, karena sulit sekali menemukan rumah sakit yang memiliki fasilitas ini selain di kota-kota besar. Mbak Elena dan Romi yang mengurusnya, Mina memakai kembali masker dan topinya untuk menutupi wajah, lalu menarik hoodie Aru agar menutupi wajahnya. Mereka tidak boleh terlihat bersama seperti ini, maka Mina meminta Romi membawa Aru pulang terlebih dahulu sebelum ia menyusul setengah jam kemudian.

Mbak Elena sedang menelepon beberapa kali, mungkin untuk mengabari Mas Bobby dan yang lain tentang kabar terbaru Mina. Hanya kurang dari 24 jam saja dunia Mina berputar dengan cepat, ia tidak lagi hanya seorang model berskala internasional, ia juga seorang putri bangsawan yang saat ini masih aktif menjabat, memiliki seorang adik laki-laki-tidak, tiga adik laki-laki. Ayah mereka menikah lagi dengan istri sah keduanya dan memiliki dua orang anak selain dia, kata Aru.

Mina memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pusing. Mungkin karena aroma ruangan steril atau akibat pemeriksaan yang tadi dilakukan padanya. Papa Yusuf yang sejak tadi hanya diam mengamati Mina mengulurkan sebatang permen lolipop rasa stroberi untuk Mina.

"Waktu Mina kecil, setiap kali papa pulang kerja, papa selalu bawakan Mina permen," ucap beliau saat Mina menerima permennya dan memasukkan mulut setelah melepas masker. "Setelah ini mungkin papa sudah nggak bisa sembarangan kasih Mina permen lagi."

Mina mendengkus, "Enggak, lah! Papa adalah satu-satunya figur bapak yang Mina punya. Hanya karena sekarang Mina tahu soal keberadaan bapak kandung Mina, bukan berarti Mina bukan anak papa lagi."

Papa Yusuf tersenyum, beliau berpindah tempat untuk duduk di samping Mina persis. "Mama kamu marah sekali waktu Mbak Elena menelepon kami menjelang magrib kemarin. Mamamu langsung memutuskan untuk berangkat ke Semarang malam itu juga untuk bertemu kamu. Mama kamu khawatir, Mina, mungkin caranya yang salah, tapi orang tua memang tempatnya salah. Salah mengasuh anak bisa jadi trauma, salah berbicara pada anak bisa membuat mereka tidak percaya diri sampai besar. Kami sebagai orang tua nggak berhenti belajar untuk jadi orang tua, jadi coba ngomong lagi dengan beliau kalau kemarahanmu sudah reda."

Mina cemberut, "Semestinya mama belajar dari papa cara menjadi orang tua yang baik."

Papa Yusuf tersenyum, beliau ulurkan tangan untuk menggenggam jemari Mina. "Jangan lupa, mama kamu jadi ibu di usia 21. Papa masih kerjadi proyek waktu umur segitu. Kamu bahkan sudah jadi artis ibukota, sementara mama kamu gendong bayi. Pergaulan Mina jauh lebih luas dari mama kamu yang ketemunya temen pengajian atau tukang sayur. Bos Mina punya pasangan sesama jenis dan Mina menerima itu dengan wajar. Mama kamu mungkin akan menyuruh kamu pindah perusahaan kalau dengar soal Mas Bobby."

Papa menghela napas. Mina menyadari rambut papanya jauh lebih didominasi warna abu-abu dibandingkan saat mereka terakhir kali bertemu. Padahal Mina bertemu mamanya kurang dari tiga bulan lalu pada hari ulang tahun beliau. Namun, Papa Yusuf memang lebih tua beberapa tahun dari mama Mina jadi Mina memaklumi jika beliau lebih bijaksana dan sabar ketimbang mamanya.

"Jadi papa mau bilang kalau pikiran mama sempit dan hal itu membuat beliau punya kebebasan untuk ngomong apa saja tanpa peduli jika ucapannya menyakiti Mina?"

Papa Yusuf meremas jemari Mina, membuatnya berhenti bicara. "Yang mau papa bilang, coba Mina mengobrol dengan pendekatan yang lebih sederhana dengan mama. Dengan kata-kata yang lebih mudah untuk beliau pahami agar tidak salah sangka lagi. Akan lebih mudah bagi Mina untuk menurunkan tingkat pemahaman setara mama ketimbang menuntut mama untuk mengikuti level Mina. Bukan, papa bukan sedang menyalahkan Mina, kamu tahu kalau papa selalu ada di sisi Mina, kan?"

Mina tersenyum, ia menggenggam balik tangan papanya yang mulai keriput. Mereka jarang sekali mengobrol sedekat ini kecuali saat Mina bertengkar dengan mamanya. Bukan berarti papanya hanya mendekati Mina saat hubungannya dengan mama sedang tidak baik, tetapi papa selalu jadi penengah antara mereka berdua. Terkadang, Mina bersyukur punya papa seperti beliau yang mengisi kekosongan figur bapak dalam diri Mina dengan sangat baik, sekaligus membuatnya khawatir jika nanti Kanjeng Prabu, ayah kandungnya ternyata tidak sebaik harapannya.

"Ngomong-ngomong adik kamu mirip banget sama kamu," papa Yusuf adalah orang pertama yang mengatakan hal ini padanya. "Sebenarnya tanpa tes DNA pun orang sudah bisa lihat kemiripan kalian. Bahkan Mika dan Mira pun nggak semirip itu dengan kamu."

"Ayo pulang, Mina," Mbak Elena sudah kembali dari menelepon. "Mas Bobby kaget banget, tapi dia akan bantu urus semuanya sampai kamu siap buat buka suara, atau sampai hasil tesnya keluar."

Mina berdiri dari kursi untuk berjalan mengikuti Mbak Elena lewat pintu belakang, tetapi ponselnya berdering. Peneleponnya Aru, ini sudah panggilan yang ketiga karena yang pertama dan kedua tidak terjawab. Mina mengangkat telepon tersebut.

"Ya, Aru?"

"Mbak Mina," suara Aru terdengar gemetar. "Tolong buka berita sekarang."

Panggilan mereka terputus dan Mina membuka berita di salah satu portal daring yang bisa dipercaya.

Pihak Karesidenan Jepara telah mengumumkan nominasi pengisi kekosongan jabatan selama Kanjeng Prabu Arkabawana ke-6 masih dalam masa pemulihan di rumah sakit. Para calon tersebut adalah:

Bendara Raden Mas Yodha Hadyan Gumilar, keponakan Kanjeng Prabu Arkabawana ke-6, anak dari saudari seibu ayahnya, Gusti Bendara Raden Ayu Swastika Jayanti. Lulusan S2 dari Universitas Yale di Amerika yang mengambil jurusan ganda, sains sosial dan studi gender. Beliau dikenal dengan aktivitasnya sebagai pendiri yayasan perlindungan perempuan di Jepara yang membantu para wanita dan anak-anak korban kekerasan rumah tangga. Beliau juga...

Raden Mas Hestamma Catra Rahagi, putra sulung saudara tertua Kanjeng Prabu Arkabawana ke-6, anak dari kakak perempuannya yang bernama Gusti Raden Ayu Restisalya Ismayana. Usianya belum genap 30 tahun dan menjadi lulusan terbaik program pascasarjana Universitas Negeri Surakarta...

Raden Mas Bagus Jayadi Umbara, putra sulung Gusti Raden Tumenggung Cayapata Hadiwaluyo, adik kandung almarhum Kanjeng Prabu Arkabawana ke-5, sepupu Kanjeng Prabu Arkabawana ke-6. Saat ini baru saja menyelesaikan pendidikan dokter spesialis bedah di Universitas Indonesia dan sedang...

Mina mengerutkan keningnya dengan geram. Keraton dan budaya patriarki mereka yang menggelikan. Semua calon yang diajukan adalah laki-laki, terlepas dari jabatan dan profesi mereka, Mina tidak akan gentar. Ia turun dari mobil dan kembali ke arah meja resepsionis.

"Berapa banyak yang harus saya bayar agar hasil tes DNA saya bisa selesai dalam waktu kurang dari seminggu?" tanya Mina pada wanita di balik meja yang tampak terkejut ketika menyadari di hadapannya adalah seorang supermodel terkenal dari Jawa Tengah.

Mina akan mengalahkan mereka bertiga bagaimanapun caranya. Demi Aru, demi para perempuan di Indonesia yang tidak mengalami kesempatan yang sama dengan para laki-laki hanya karena mereka perempuan.

Bagian 1 dari Kembalinya sang Putri sudah selesai di sini. Saya kejar update sekarang supaya bisa leha-leha sambil membuat teman-teman semakin penasaran dengan bagian berikutnya.
Apakah ada cinta segitiga atau segi banyak antara Mina dan para pangeran itu?
Mungkin. Bisa jadi.
Sekarang silakan tebak judul bagian 2 yang berima dengan kata 'Spotlight', sesuai dengan judul pembuka bagian 1.

Sampai ketemu empat hari lagi dan selamat menikmati akhir pekan.

Salam,
Tara

Kembalinya sang Putri √ (KSP #1)Where stories live. Discover now