CHAPTER 18

8.2K 1K 183
                                    

"Jadi, Park Sajangnim memiliki adik?"

Seorang karyawan wanita dan temannya saling berpandangan dengan dahi yang berkerut bingung. Di hadapan mereka, berbatas dengan meja kotak kantin berwarna krem, Yejin mengangguk bersemangat. Satu jarinya terangkat seiring dengan lantunan nada berbisik yang hanya bisa didengar mereka bertiga.

"Betul." Yejin membalas cepat dengan binar wajah yang terlampau yakin. "Adiknya ini marah saat menemukan diriku sudah makan siang dengan Park Sajangnim. Jadi ia menitipkan bekal bawaannya pada Sekretaris Bae. Ya, kalian sudah bisa tebak. Aku dipindahtugaskan untuk mengurusi hal lain dan tidak lagi menjadi penanggung jawab berkas-berkas Sajangnim."

Salah satu dari wanita yang bersamanya hendak menolak. "Tapi kami sudah setahun bekerja disini. Lebih cepat beberapa bulan dari dirimu. Park Sajangnim anak tunggal. Dia tidak memiliki saudara."

"Benar. Hanya satu anak kecil yang pernah datang ke perusahaan. Oh Jungkook, adiknya Tuan Oh. Tidak pernah ada anak lain."

Yejin meneguk ludah dan menegakkan punggungnya, terlihat sekali tersinggung dengan bantahan dua wanita tersebut. Ia membenarkan rambut dan menatap mereka dengan ujung mata berhias eyelinear miliknya.

"Mungkin karena kalian tidak dekat dengan Park Sajangnim, jadi kalian tidak tahu fakta itu walau sudah bekerja lebih lama." Ucapnya sengit walau masih mempertahankan senyum yang sebenarnya terlihat begitu palsu. "Lagipula untuk apa aku berbohong? Tidak masalah untuk pemindahan tugas. Aku juga siap menghadapi rasa iri dari adik calon suamiku."

Satu wanita di hadapannya berdecih. "Rasa iri?"

"Iya. Bukankah kalian pernah lihat di drama-drama? Adik suami cenderung membenci istri kakaknya. Dalam kasusku, adiknya Park Sajangnim pasti mengira aku akan menguasai hartanya, maka ia terus-terusan membuatku rugi."

Lagi-lagi, dua wanita itu saling berpandangan, mencoba menahan senyum dan enggan memberi komentar lebih lanjut. Mungkin terlalu malas mendengar sebuah imajinasi gila dari gadis yang hanya mereka anggap rekan kerja biasa. Lagipula, Yejin-lah yang menghampiri meja mereka lebih dulu, walau mereka tak mengundang.

Tapi sayup-sayup kalimat Yejin rupanya didengar oleh Irene dan Soyou yang juga tengah menyantap makan siang di kantin yang sama. Jangan tanya bagaimana ekspresi Irene. Wanita itu sudah ingin muntah dan menghajar Yejin saat itu juga. Kalau bukan karena pertimbangan pembayaran penalti jika memecat Yejin secara sepihak, ia sudah membuat gadis itu kehilangan pekerjaan sejak kemarin. Apalagi sebenarnya divisi yang ia pimpin memang kekurangan orang. Setidaknya, ia akan mengusir gadis ular itu jika sudah ada penggantinya.

Jika Irene menanggapi cerita Yejin dengan emosi, Soyou justru hanya terkekeh geli. Ia sama sekali tidak menganggap ocehan Yejin sebagai sebuah penghinaan. Soyou memang terkenal dengan pikiran positifnya yang luar biasa. Bahkan ia bisa memaafkan Chanyeol, pemuda yang membuat sekolah adiknya berantakan. Yejin mungkin hanya dianggapnya sebagai batu kerikil kecil yang tak akan mampu membuatnya marah lebih lama.

"Aku heran darimana mereka menemukan gadis itu." Irene mendengus. "Keahliannya hanya menggoda."

Soyou tertawa. "Kupikir dia hanya asal bicara. Masalah Baekhyun dan Chanyeol juga sudah selesai. Kau bisa tenang sedikit." 

"Aku bersyukur sekali saat kau bercerita jika adikmu kembali ke rumah dan mereka baik-baik saja." Irene tersenyum tulus. "Mereka akan liburan, bukan? Ada yang bisa kubantu untukmu?"

Soyou tampak berpikir. "Baekhyun sudah menyiapkan koper dan pakaian-pakaiannya dibantu Kyungsoo. Kurasa semua sudah baik-baik saja. Mungkin kau bisa membantuku saja. Aku akan sendirian dalam seminggu ini."

"Astaga, kasihannya." Irene terkekeh dan sengaja menggoda. "Bagaimana kalau kita mampir ke apartemen Yeri besok malam? Ia baru pindah dan berencana mengadakan pesta daging panggang kecil-kecilan. Jadi kau tidak kesepian."

[CHANBAEK!] Papa and BeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang