÷ prolog ÷

215 26 28
                                    

Seorang siswi berjalan lurus sambil berusaha mengeratkan jaket kulit tebalnya yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Beberapa langkah lagi, dan setelah itu ia akan sampai ke kelasnya yang hangat dan ia akan segera melanjutkan acara belajarnya yang sempat tertunda dari rumah karena hari ini sekolah akan mengadakan ujian.

Dari kejauhan, ia bisa mencium bau aneh mengitari hidungnya dan mengakar di masker yang ia pakai. Tapi kali ini, dia menghiraukannya karena mungkin saja itu hanya bau sampah yang belum dibuang oleh petugas kebersihan sekolah. Namun, kakinya membeku ketika ia melihat cairan berwarna merah muncul di lantai dekat pintu kelasnya.

Pupil matanya bergetar, namun ia tak gentar untuk mulai menelusuri dari mana asalnya cairan kental yang mulai mengering tersebut dan matanya terpaku ke arah mayat wanita yang tergeletak di sana, dengan kepala memar dan mata tercolok jangka.

Syok, akhirnya gadis itu jatuh terduduk sambil menjerit. Semua orang yang baru datang pagi itu berbondong-bondong mendatangi gadis yang terlihat ketakutan.

Tak lama, polisi datang. TKP alias kelas tersebut ditutupi garis polisi dan semua yang menyaksikan mayat tersebut dari awal dimintai keterangan.

Karena suasana yang menjadi tidak kondusif, akhirnya sekolah mengumpulkan semua murid untuk datang ke aula dan berkumpul mendengarkan pengumuman yang akan diumumkan oleh kepala sekolah.

Termasuk Jaera dan Lian yang saat ini terlihat kelelahan karena menghapal jawaban ujian yang diberikan Sehun pada mereka. Sehun memprediksi hampir 100% benar soal ujian tahun kemarin dan Lian serta Jaera mati karena menyesal karena tidak benar-benar mempercayainya. Karena itu tahun ini mereka menghapal jawaban yang diberikan Sehun daripada belajar. Jadi, mereka berdua tak begitu tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekolah.

"Semua diharap tenang!"

Suara mikropon terdengar nyaring dan sontak saja semua orang yang berada di aula terdiam. "Kita sedang berduka karena teman kita di kelas 11 yang bernama Chaeyeon meninggal dunia karena dibunuh. Kami pihak sekolah beserta staff, berusaha semaksimal mungkin membantu kepolisian untuk mengungkap pelaku. Jadi, jika diantara kalian ada yang memiliki informasi berkenaan Chaeyeon, harap langsung memberi tahu ke pihak sekolah agar diproses lanjut ke kepolisian. Untuk sementara, ujian diundur dulu dan hari ini diliburkan."

"Hah? Libur? Aku tak salah dengar?" ujar Lian setengah sadar kepada Jaera.

"Diundur Li! Wuah Gil—"

"Ah sayang sekali, padahal aku baru saja masuk sekolah."

Jaera dan Lian langsung menengok ke belakang, tepatnya ke hadapan seorang gadis berambut sebahu yang berpostur tinggi berdiri di belakang mereka sejak tadi. Lian dan Jaera bahkan hampir harus menengadah demi melihat wajahnya. "Hai. Aku Kim Rain. Kelas 11-1," ujar gadis itu sambil tersenyum.

Lian dan Jaera saling berpandangan kemudian mengalihkan wajahnya lagi kepada Rain, gadis tinggi itu. Mungkin kalian berpikir bahwa Jaera dan Lian saat ini termenung karena memikirkan soal Rain yang pindah saat sedang ujian begini, atau alasan gadis itu pindah padahal sedang gencarnya ujian, atau karena mereka satu angkatan dan juga satu kelas. Tapi, tidak. Lian dan Jaera termenung karena...

"Wow, daebak! Kau tinggi sekali sih?" ujar Jaera dan diangguki Lian.

Ya. Karena gadis itu tinggi. Dasar mereka gila.

Rain tertawa kecil menanggapi Jaera dan Lian yang sama sekali terlihat tak fokus. Entahlah mungkin efek menghapalkan jawaban ujian semalaman dan ternyata keesokannya ujiannya dinyatakan diundur. Wow sekali. Saking dahsyat efeknya, mereka berdua jadi error.

"Eh berarti kita sekelas dong? Asik. Bagi tips supaya tinggi dong!" kata Lian sambil menyenggol lengan Rain. "Oh iya aku Liana. "

"Kim Rain."

"Aku Jaera."

"Kim Rain."

"Ya, aku tadi dengar loh namamu sampai 3 kali," kata Jaera lagi serius lalu kemudian tertawa membuat Lian menepuk bahunya pelan.

"Dasar gila. Dia orang baru, jangan bercanda seperti itu," omel Lian.

"Kenapa? Kau oke saja kan?" tanya Jaera sambil memukul balik bahu Lian.

"Haha ya. Santai saja. Aku orangnya cukup mudah beradaptasi."

"Tuh dengar kan?" omel Jaera. Gadis itu kemudian mengajak Rain untuk berdiri berdampingan dengan mereka untuk mendengar berita selanjutnya.

"Hyunjin pelakunya?"

"Hah? Hyunjin di kelas 11-2? "

"Wah gila. Dibalik wajah tampannya ternyata...."

Jaera dan Lian yang mendengar desas desus anak-anak di sekeliling akhirnya menatap mereka satu persatu. Hyunjin. Ya. Nama itu tak asing. Hyunjin adalah orang yang dulu pernah memberikan mimpi buruk bagi Jaera. Tapi, saat ini mereka berteman.

Semua orang tampak melihat ke arah ponsel. Dan kebetulan tiba-tiba saja ponsel Jaera bergetar tanda ada notifikasi masuk. Ia langsung membuka pesannya dan terkejut ketika tiba-tiba semua orang menyalahkan Hyunjin atas kematian Chaeyeon.

"Jae? Kau percaya?" tanya Lian.

"Gila ya? Hyunjin memang gila, tapi dia nggak mungkin berani bunuh orang di sekolah," desis Jaera.

"Li, kita harus selidiki ini."

To be continued

Maap ya gengs. Bonchap kemarin kuhapus karena aku tiba2 aja mendapat ilham untuk membuat second season dari PS. Yuhuuuuuuuu. Nah karakter Taehyung dan Jea mungkin akan muncul tp sebagai cameo saja. Karena cast utama di sini Jungkook, Rain, Jaera, Hyunjin, Lian. Sehun dan Taeyong juga cuma muncul sedikit-sedikit mungkin.

Enjoy yaaa.

50 votes for chapter 1.

Find The Killer [ PS 2 ]Where stories live. Discover now