Red Rose

97 13 6
                                    

     Merasakan udara sejuk di pagi hari, melihat sinar matahari yang muncul dari timur dengan cahayanya yang cerah, atau mendengar kicauan burung yang terbang kesana kemari

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

  
  Merasakan udara sejuk di pagi hari, melihat sinar matahari yang muncul dari timur dengan cahayanya yang cerah, atau mendengar kicauan burung yang terbang kesana kemari. Aku sangat merindukan hal tersebut. Dunia yang damai, tenang, dan jauh dari bahaya. Namun sekarang, itu hanya harapan kecil bagiku.

   Aku, sedang berjuang bertahan hidup. Terus melangkahkan kaki ke depan tanpa menoleh kebelakang. Aku tidak tahu berada dimana sekarang, karena badai salju masih berada disini. Mengangkat terus kedua tangan demi membendung terpaan salju yang menutupi indera pengelihatan. Tidak bisa berhenti menunggu badai salju itu selesai--karena sedang ada yang mengejar kami.

  "Kamu masih bisa bertahan sebentar lagi kan?" Tanya seseorang disebelah ku. Asano Gakushu, hanya kita berdua yang tersisa disini.

  "Ya." Balasku.

   Kita terus berjalan sekuat tenaga. Berbekalkan tas ransel seadanya, begitu juga makanan yang tersisa sedikit dan persenjataan sederhana. Aku tidak tahu apakah aku berada disini karena sudah takdirku atau justru takdirku yang diubah oleh manusia. Terlihat janggal, memang. Karena ku pikir semua ini sudah disusun dari awal.

   Tujuan terakhir kami adalah Pintu Altar. Saat itu, aku, Gakushu, dan teman-teman lainnya menemukan petunjuk dimana demi mengakhiri ini semua, kami harus kesana. Tetapi, semua ini butuh pengorbanan. Teman kami satu persatu tumbang. Entah diserang oleh hewan buas, monster, bahkan zombie. Mengerikan, tentu saja. Tidak ada yang menginginkan semua ini.

    Semakin lama badai nya semakin kencang. Langkah kami mulai melambat sehingga kami berdua memutuskan berjalan sembari bergandengan tangan agar tidak terpisah. Langit berwarna hitam gelap, jalanan yang sudah pasti diselimuti oleh salju. Tetapi, pandanganku teralihkan ketika melihat batuan besar menjulang tinggi ke atas. Tidak hanya satu, ada dua di tiap sisi kanan dan kiri. Setiap beberapa meter, batuan tersebut selalu muncul--aku berasumsi bahwa kami semakin mendekati altar tersebut.

    "Kamu mendengar sesuatu?" Tanya Gakushu, ia menoleh kearahku.

  "Mendengar apa?"

  "Suara monster itu. Sepertinya ia berusaha kemari, tetapi melihat kondisi yang seperti ini aku yakin pasti sulit baginya untuk kemari, ku harap."

      Apa yang dikatakan Gakushu benar, sekilas setelah Gakushu memberitahuku--aku mendengar suara dari monster tersebut. Merintih kesakitan, aku jamin itu. Kami berdua memutuskan untuk terus berjalan hingga kami berhasil menemukan altar tersebut. Harapan kami satu-satunya. Setidaknya, izinkan kami berharap.

_※※※_

  Masih berada di jalan yang sama, ku lewati setiap langkahnya. Gakushu dan aku yang terus belawan arus badai salju yang deras, demi tiba ke altar tersebut. Aku selalu memperhatikan bebatuan yang selalu muncul. Terdapat pola yang unik yang terukir disana, ukiran mawar dengan garis berwarna merah. Aku tidak mengerti apa maksudnya, tetapi kucoba untuk terus mengingat hal tersebut. Siapa tahu saja, ini sebuah petunjuk.

Flowerez - Red Rose | Asano GakushuOnde histórias criam vida. Descubra agora