Pembicaraan Antar Saudara

1K 97 11
                                    

Peter menatap pintu ruangan Zen dengan ragu. Dia mematung didepan pintu itu, masih berpikir apakah dia benar-benar harus membuka pintu ruangan itu atau tidak.

Bukan apa-apa, semenjak peristiwa 'itu', dan dia akhirnya berubah, hubungannya dengan sang kakak yang satu itu tidak bisa dibilang membaik juga. Mereka selalu bertengkar di setiap ada kesempatan, faktor utamanya karena Zen kesal Peter terlalu lengket pada kakaknya. Peter dulu memang senang membuat masalah dimana pun dia berada, bahkan dirinya sendiri sudah sadar akan hal itu. Harapannya dulu hanya satu, kenakalannya bisa membuat Val dan Zen yang selalu sibuk itu bisa bersamanya lagi seperti dulu.

Oke, Peter mengakui tindakannya di masa lalu itu bodoh sekali. Kebodohannya itu membuatnya dihukum sekarang. Dia hamil hasil hubungan paksanya dengan seorang manusia, anak yang bukan benih dari mate aslinya.

Mari berhenti disini. Ulric akan marah jika tahu Peter menyebut kehamilannya merupakan bentuk hukuman lagi. Peter berusaha membulatkan tekad. Dia harus masuk, atau pikirannya akan semakin menerawang kemana-mana.

Tok tok tok

"Masuk"

Peter meneguk ludah kasar saat suara Zen yang teredam membalas dari dalam. Peter menghembuskan nafas panjang, merapikan sekali lagi pakaiannya sebelum masuk ke ruangan kakak keduanya itu.

"Um..... Halo..." sapa Peter canggung. Zen yang tengah menulis segera mendongkak begitu mendengar suara yang familiar. Lelaki itu tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya begitu dia menemukan bahwa Peter lah yang kini berdiri di depannya. Adiknya, orang yang selalu menghindarinya dan bertengkar dengannya tiap kali mereka bertemu kini berinisiatif untuk datang ke ruangannya sendiri.

Zen bangkit, menatap Peter dengan rasa khawatir yang tidak bisa pria itu sembunyikan.

"Apa kau sakit lagi? Mual? Pusing? Ah, berbaringlah di kasur, aku akan segera memeriksamu" ujar Zen tergesa. Peter menggeleng pelan, dia malah berinisiatif mengambil tempat duduk di sofa panjang di pinggir ruangan sebagai gantinya.

"Itu....... Aku baik-baik saja..... Aku, aku hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu...."

Untuk meredakan rasa gugupnya, Peter mengusap pelan tekuknya. Aroma Ulric yang tertanam di lehernya selalu berhasil membuatnya tenang. Zen dengan bingung ikut duduk, mengambil tempat di samping Peter dengan tenang.

"Kalau begitu, aku siap mendengarkan" ujar Zen serius. Di dalam hati dia bertanya-tanya, hal penting apa yang ingin Peter bicarakan sampai datang ke ruangannya sendiri seperti ini.

"Um.... Ini sudah beberapa bulan sejak aku kembali. Aku..... Aku kini tengah berusaha berubah untuk Ulric, menjadi pribadi yang lebih baik maksudnya. Itu..... Beberapa hari ini....... Aku sudah banyak berkaca dan sadar tentang kesalahanku selama ini. Aku sembrono, pembuat onar, seseorang yang tidak pantas menjadi Beta selama masa jabatan ku. Aku...... Sudah meminta maaf kepada setiap orang di pack secara pribadi belakangan ini. Yang terakhir itu kau, banyak yang harus dimaafkan olehmu hingga aku menjadikanmu yang terakhir kukunjungi"

Zen masih terlalu terkejut untuk bereaksi saat Peter yang bicara mulai terlihat gugup dan memilin ujung pakaiannya dengan canggung. Zen tidak tahu harus berkata apa saat ini, Peter yang bicara terbata dan pelan jelas bukan adiknya yang senang membentak dan berkata kasar seperti yang dia kenal selama ini.

"Ma, maafkan aku yang tidak pernah menghormatimu selama ini...... Zen. Maafkan aku yang tidak pernah mau mendengarkan ucapanmu, maafkan juga aku yang keras kepala dan mengambil setiap kesempatan untuk berdebat denganmu tiap kali kita bertemu. Aku....... Aku ingin kalian memaafkanku, agar anakku......... Setidaknya memiliki satu ayah yang tidak brengsek......."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[BL] My Tsundere MateWhere stories live. Discover now