Bagian 21

7 4 0
                                    

"Vera! Kamu ngapain?"
Dengan cepat Ernest menghampiri adiknya itu. Ia takut ada sesuatu yang buruk. Sepertinya Vera akan bunuh diri. Bahkan, ia sudah siap dengan sebuah pisau yang diambilnya dengan meraba-raba didapur.

Ernest memeluk Vera kuat. Sementara Vera berusaha melepaskan dekapan kakaknya dikamar sore itu.

"Lepasin!" Bentak Vera.

Ernest mencoba merebut pisau itu dari genggaman Vera, dan akhirnya berhasil.

"Kamu mau ngapain? Ha? Mau bunuh diri? Mau ninggalin Abang? Iya?" Tanya Ernest bertubi-tubi.

Vera terdiam sambil menangis. Ernest paham bagaimana yang dirasakan Vera. Ia begitu depresi karena keadaannya yang runyam. Ia buta, ditambah Adit tak pernah menjenguknya lagi. Gadis itu merasa tak ada gunanya.

"Sadar! Kamu punya Abang!" Seru Ernest sambil mengusap pipi adiknya yang sudah basah karena menangis.

"Vera nggak kuat," kata Vera lirih dengan isakan.

Ernest kembali memeluk Vera dengan erat sambil menangis. Tak bisa ia bayangkan, jika nanti adiknya benar benar bunuh diri dan meninggalkan dirinya sendiri.

"Vera pengen kayak dulu lagi."

Semakin sakit Ernest kala mendengar pernyataan itu. Ernest hanya tak mau adiknya menderita seperti ini, tapi ia juga tak mau jika harus menyaksikan adiknya menangis karena Adit.

*******

Sudah hampir 2 pekan, Renata meninggal dunia. Kini, Adit sudah mulai terbiasa tanpa Mamanya. Ia pun tak lagi menangis disetiap malamnya. Rino masih menginap disana. Kemungkinan, ia akan tetap tinggal bersama Adit. Sementara Nay, ia hanya sesekali menjenguk untuk melihat kondisi Adit.

Pagi itu, suasana terasa begitu sepi. Adit tampak tengah duduk disofa ruang tamu sambil meminum secangkir kopi. Ia masih melamun. Bahkan, saat Rino bertanya saja tak dijawabnya.

"Bro! sabun buat cuci baju lu taruh mana? Gua mau nyuci nih."

Adit masih diam.

"Bro!" Seru Rino.

Adit terbangun dari lamunannya.

"Eh lu, santai dong! Gua denger kok!" Ucap Adit sewot.

"Lu bilang apa? Santai? Tadi gua udah santai bambang..."

"Tuh! di keranjang!"

"Elah, cowok baperan!"

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu.

"Tuh ada tamu!"

"Kok lu ngegas sih?" Kesal Adit.

Adit bangkit dari tempat duduknya dan membukakan pintu.

"Eh, Nay. Masuk-masuk."

Nay mengikuti ajakan Adit. Gadis itu berpenampilan seperti biasa, mengenakan kaos lengan panjang dengan training.

"Kamu bawa apa?" Tanya Adit sambil menatap sebuah kantong plastik putih yang dibawa Nay.

"Oh, ini bubur ayam. Buat kamu sama Rino. Tadi nggak sengaja pas mau kesini ada tukang bubur ayam lewat," Jelas Nay.

"Repot banget, Nay. Harusnya sih nggak perlu," kata Adit malu.

"Nggakpapa, santai aja."

"Bentar ya?" Adit berjalan menuju dapur.

"Eh kampret! Ada makanan nih!" Teriak Adit.

"Wah... maen ganti-ganti nama aja lu," komen Rino tak terima.

"Udah buruan, nih makanannya keburu jomblo."

Rino hanya terdiam, tak mengerti.

*********

Jangan lupa tinggalkan jejak guys!!!

Ditunggu komentarnya ya...
🌟🌟🌟🌟🌟

Titik Atau Koma [Completed]Where stories live. Discover now