• unexpected meet up •

4.2K 544 42
                                    







"Ya! Renjun-ah!"



Huang Renjun, si pemuda manis yang dipanggil namanya itu pun menoleh kearah sumber suara. Tersenyum ceria, sembari melambaikan tangan pada seseorang yang ternyata adalah sahabat seperpopokannya, Liu Yangyang.


Terlihat pemuda yang sama manisnya bernama Yangyang itu berlari kearahnya sembari terengah-engah. "Ya! Bocah sialan! Aku sudah berteriak memanggilmu beberapa kali sampai berlari, dan kau masih bisa terkekeh seperti ini!?"


Ralat, ew manis tapi mengerikan.


"Hehe.. maafkan aku, Yangyang. Aku sedang asik menonton mereka." Jawabnya sembari menunjuk kearah sekumpulan mahasiswa yang sedang baris-berbaris sembari menyerukan sebuah pemrotesan secara kompak itu dengan dagunya.


"Mereka mau berdemo lagi? Astaga, aku muak sekali!" protes Yangyang.


"Tidakkah menurutmu mereka punya alasan?"


"Ck, aku tidak peduli dengan itu. Mahasiswa harusnya belajar, tapi kenapa mereka malah berdemo disini, disaat seperti ini?"


"Mereka tampak seperti berasal dari dunia lain. Mereka tampak menakutkan dan marah." Ucap Renjun random dengan mata yang berbinar. Entah mengapa, Renjun begitu dibuat terkesan melihat para pendemo yang mengibarkan semangat amarah demi membantu memperjuangkan hak seseorang yang lemah. Baginya, itu keren.


"Anggap saja mereka itu alien. Alien yang akan segera menghilang. Cih, kenapa kita jadi membicarakan mereka, sih? Bukan itu yang ingin aku katakana padamu!" ucap Yangyang kesal, sembari berdeham untuk sedikit membersihkan tenggorokannya.


"Jadi, intinya aku akan mengikuti kelas professor itu!" lanjut Yangyang antusias.


"Eh, benarkah? Wah aku—"


"Mesum! Tugasnya adalah menulis cerita mesum. Ingat, anak-anak sepertimu tidak boleh mengikuti kelas itu, mengerti?"


"Cih, menyebalkan. Aku juga sudah dewasa sepertimu!" protes Renjun sembari memberengut lucu.


"Tidak dengan wajahmu yang seperti bocah itu, sayangku. Ah, aku sudah terlambat! Sampai jumpa Renjun—ah!" Ledeknya lalu berpamitan segera tanpa mau menanggapi gerutuan teman kecilnya ini. Lebih tepatnya Yangyang mencoba mengamankan diri, mengantisipasi serangan yang mungkin akan dilayangkan oleh rubah kecil nan galak tersebut.


"Ya! Liu Yangyang sialan!" umpatnya.


Tidak lama setelah Yangyang yang berlari kearah kampusnya, Renjun pun menyusul dengan berjalan santai. Menyeberangi trotoar menuju kampusnya.


Baru sampa setengah jalan, suara ricuh terdengar. Ternyata, segerombolan mahasiswa yang berbaris itu sudah memulai melancarkan aksinya. Sambil melempar barang kehadapan para prajurit di depan mereka, menyebabkan prajurit itu membalas dengan melemparkan gas air mata yang kini melayang ke permukaan jalanan menghantam beberapa mahasiswa pendemo disana. Berpuluh-puluh gas air mata dilayangkan, menyebabkan keadaan jalanan semakin tidak kondusif. Orang-orang berlarian kesana kemari secara acak, bertabrakan tidak tentu arah karena penglihatan mereka yang tertutup kabut asap.

Begitupula dengan Renjun yang sialnya, masih berada pada tempat kejadian. Ia hanya menutup hidung dan mulutnya dengan pergelangan tangan kanannya sambil terbatuk-batuk, sementara tangan kirinya melindungi buku-buku catatan miliknya pada dekapan dadanya.





Bruk!





Beberapa orang yang lewat nampak sesekali menabrak punggung Renjun, membuat Renjun sedikit oleng. Dirinya sudah cukup lemas karena terus-terusan menghirup gas, sedang matanya menyipit dan mulai terasa perih akibat terkena imbas dari gas air mata yang dilayangkan para prajurit.

Bunyi ledakan sekali lagi terdengar, membuat orang disekitar sana berlarian bergerombol semakin tak tentu arah, Renjun yang belum dalam mode siapnya lagi-lagi harus tertabrak oleh beberapa orang yang kini jumlahnya lebih banyak. Membuat dirinya limbung dan terjatuh di atas jalanan.

Renjun masih saja terbatuk dan terduduk lemas, hingga seorang pemuda berkulit tan berbalut jaket bomber berwarna hitam dengan sapu tangan berwarna hijau army yang ia gunakan sebagai masker, menariknya dari kerumunan dan membawanya lari kesebuah taman yang cukup sepi di dekat trotoar.

Didudukannya Renjun dengan hati-hati oleh pemuda berjaket bomber itu, yang Renjun duga adalah salah satu mahasiswa kampusnya yang melakukan aksi demo hari ini.


"Ikuti aku. Tarik napas yang dalam sekarang." Ucap pemuda tersebut.


Renjun hanya memandang pemuda tan didepannya itu sambil terbatuk-batuk dengan napas tersengal.


"Kau tidak mengerti maksudku?" Tanya pemuda tan itu dengan hati-hati.


Renjun hanya menggelengkan kepalanya sembari menepuk-nepuk dadanya guna menghilangkan rasa sesak akibat syok yang dirasakannya barusan.

Dengan sabar, pemuda tan itu mengangkat sebelah tangannya ke udara, menggesturkan bagaimana cara menarik napas dalam yang benar kepada Renjun.


"Tarik napas yang dalam, hembuskan perlahan, yah seperti itu. Lalu tarik napas lagi lalu hembuskan."


Setelah dilihatnya Renjun sudah agak tenang, pemuda tan ini melirik telapak tangan kanan Renjun yang terluka. Ia berjongkok dihadapan Renjun, lalu ditariknya sapu tangan yang dipergunakannya sebagai masker itu guna menutupi luka milik Renjun.


Bagaikan adegan slow motion di drama Korea terputar dihadapan Renjun saat ini, ketika si pemuda tan yang entah kenapa terlihat sangat tampan saat mencoba membuka sapu tangan yang berada pada wajahnya dengan sebelah tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang telapak tangan Renjun.

Ada beberapa detik dimana pandangan Renjun dan si pemuda tan ini bertemu. Membuat jantung Renjun yang tadi sudah agak tenang menjadi berpacu kembali, kini lebih cepat. disertai desiran aneh yang timbul pada ulu hati hingga ke tenggorokannya.


"Sshh!" ringis Renjun ketika luka pada tangannya mulai bersentuhan dengan sapu tangan.


Renjun berdeham sedikit, lalu bertanya pada pemuda tan dihadapannya itu, "Apa tabung gas air mata itu yang menyebabkan ini?"


"Bukan. Tapi, bom Molotov." Jawab pemuda tan itu.


"A-aw!" Ringis Renjun kembali ketika si pemuda tan mulai membalut telapak tangannya dengan sapu tangan, sembari membuat sebuah pola agar balutannya terlihat rapi dan tidak berantakan.


"Hah, kenapa juga mereka harus melemparkan vas bunga sih." Gerutu si pemuda tan dengan suara pelan namun masih dapat terdengar di telinga Renjun. Membuat atensi Renjun kembali pada si pemuda tan didepannya ini. Dilihatnya wajah pemuda tan yang nampak kesal itu, ah atau Renjun anggap bahwa pemuda tan itu tengah mengkhawatirkan keadaannya saat ini. Membuat perut Renjun sedikit tergelitik sehingga ia terkekeh kecil tanpa sadar.


Angin berhembus, menyibak helaian rambut kecoklatan milik pemuda tan didepannya. Memperlihatkan dahi lebar milik si pemuda tan, membuat pemuda tan yang sedang fokus mengikat sapu tangan pada pergelangan tangan Renjun itu terlihat semakin .. tampan di mata Renjun.


"Kau bisa berjalan sendiri, kan?" Tanya pemuda tan itu setelah dirinya selesai membalut tangan Renjun dengan sapu tangan miliknya.


Renjun hanya menganggukkan kepalanya dengan pandangan lurus kedalam mata si pemuda tan itu. Si pemuda tan itu pun ikut mengangguk, lalu tidak lama ia pergi dari sana meninggalkan Renjun sendirian.

Pandangan Renjun masih tetap tertuju pada punggung pemuda tan yang sedang berlari itu, hingga saat punggung pemuda tan itu sudah luput dari pandangannya, ia mendesah.





"Hah, Renjun bodoh. Kau bahkan belum sempat menanyakan siapa namanya."








part 1 end .
💆🏻‍♀️

hyuckren playlist ✔️Where stories live. Discover now