10

1.4K 383 21
                                    

Jeongin meletakan sendoknya di dalam mangkuk nasinya yang masih setengah, kemudian menatap kakaknya yang sedang makan tanpa bersuara sedikit pun.

Makan malam terasa menegangkan, apa lagi Jeongin terus mengeluarkan aura yang menyeramkan. Untungnya ia membiarkan Yara pulang dengan selamat, membuat Nora merasa lega, meskipun tetap ada rasa khawatir, karena hari esok masih ada.

"Sebenarnya apa yang terjadi waktu itu? Ceritakan saja kronologi saat Kakak mencari bantuan, bukan saat Kakak mau diperkosa. Aku sudah tahu," ujar Jeongin, "Ceritakan dengan jujur, jangan membalik fakta, dan membuat Kakak jadi seolah-olah yang bersalah. Aku tahu bagaimana Kakak,"

Nora menghela napas, "Tapi berjanji kau jangan membenci Yara, dan melakukan sesuatu yang tidak semestinya. Dia hanya anak- anak yang tidak mengerti saat itu. Sekarang mau dijelaskan juga, hatinya sudah terlanjur hancur karena keluarganya berantakan,"

"Bagaimana Kakak tahu kalau keluarganya memang sudah berantakan? Orang tuanya memang sudah bercerai,"

"Begitu yaa... kalau sudah bercerainya, Kakak tidak tahu," gumam Nora.

"Sekarang ceritakan saja apa yang sebenarnya terjadi,"

Nora meletakan sumpitnya di samping mangkuk nasi, sebelum memutuskan untuk bercerita.

"Kakak memang minta pertolongan ke sembarangan orang malam itu, lalu pria paruh baya, yang ternyata ayah Yara, membawa Kakak ke kantor polisi. Lalu aku tidak tahu bagaimana ceritanya, istrinya dan Yara tiba-tiba datang ke kantor polisi, dan istrinya marah-marah pada ayah Yara, menuduh suaminya selingkuh denganku, bahkan menuduh aku sampai tidur dengannya, pokoknya saat itu suasana benar-benar menyebalkan. Polisi sampai kewalahan menenangkannya. Ibu Yara terus bilang, aku mau kita cerai sekarang juga, benarkan kau selama ini memang suka selingkuh. Hah, dari awal ayah Yara memang sepertinya sudah tidak benar, makanya istrinya begitu," celoteh Nora.

Jeongin mengurut keningnya sejenak, kemudian melanjutkan makannya tanpa mengatakan apapun.

"Kau tidak akan melakukan apapun pada Yara kan?" tanya Nora.

Jeongin tidak menjawab, kalau sudah begitu, Nora juga tidak bisa melakukan apa-apa.

"Aku sudah berjanji, siapapun itu, kalau menyakiti Kakak, aku akan menghabisinya," tutur Jeongin.

"Tapi Yara gadis yang kau sukai," ucap Nora.

"Aku sudah tidak menyukainya lagi, dia ternyata tidak sebaik yang aku pikir," kata Jeongin.

"Kau juga bukan laki-laki yang benar-benar baik,"

"Bukan laki-laki yang benar-benar baik? Aku melindungi Kakak selama ini,"

"Sudah aku bilang, bukan begitu caranya melindungi,"

"Jujur saja, kehidupan Kakak jauh lebih tenang, setelah para serangga itu aku singkirkan,"

"Aku tidak merasa begitu, aku setiap malam sulit tidur karena akan bermimpi aneh,"

"Itu jauh lebih baik dari pada disakiti secara nyata kan? Orang-orang itu pantas mati. Seharusnya orang-orang juga melakukan itu, membunuh orang yang menyakiti mereka, bukannya diam saja, itu bentuk membela diri,"

"Tapi tidak semuanya harus dibayar dengan nyawa!"

"Mereka akan terus berulah kalau tidak mati. Kalau mereka mati, mereka akan langsung merasakan betapa menyakitkannya neraka. Siksaanku pada mereka, tidak sesakit neraka,"

"Kau percaya ada neraka, tapi kau tidak takut dengan itu? Kau pikir tindakanmu benar?"

"Tindakanku benar," ucap Jeongin, "Tindakanku benar!" Jeongin mengulang ucapannya dengan lebih tegas.

Psycho Brother | I.N ✔Where stories live. Discover now