Dasar Libra!

47 2 0
                                    

Lena, mahasiswi Fakultas Kedokteran sebuah universitas sedang sibuk mengerjakan tugasnya yang menumpuk di sebuah cafe. Dia ditemani oleh Windy, anak Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang sedang kurang kerjaan membaca ramalan zodiak di sebuah artikel.

"Wah, Len. Libra hari ini sial banget, di semua aspek dia dapet masalah. Lo Libra kan?" tanya Windy kepada Lena yang sibuk menatap laptopnya.

"Nggak tau, gue nggak percaya horoskop." jawab Lena tanpa memalingkan wajahnya.

"Gue inget lo itu Libra. Hati-hati aja sih, kadang horoskop itu bisa bener loh." ujar Windy yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Lena.

"Btw, weekend temenin gue nonton Avengers ya. Sekali-kali lo tuh refreshing, masa lo tiao hari nugas mulu, jiwa lo juga butuh hiburan, Len. " Kata Windy.

"Iya, gue kalo bosen suka nonton drakor kok. Tenang aja hidup gue teratur dan seimbang." sahut Lena.

"Memang lo libra banget ya, Len. Hidup udah kayak timbangan." ucap Windy sambil menyeruput kopinya.

"Ih, apaan sih. Horoskop itu cuma menyugesti kita buat percaya, aslinya Astrolog itu cuma nebak dan terkesan kurang kerjaan. Pokoknya gue tetap skeptis sama hal itu." ujar Lena sembari mengetik di laptop.

"Nah, yang lo bilang itu cocok banget sama Libra. Libra nggak gampang percaya begituan. Btw, gue Gemini." ujar Windy.

"Nggak tanya."

***

Hari Sabtu sore, Windy menjemput Lena di kosan untuk menonton Avengers di bioskop.

"Assalamualaikum, LENAA!!" Windy tak mengetuk pintu malah langsung masuk kamar Lena. Dan ternyata Lena sedang merias diri.

"Waalaikumsalam, manusia biadab." Lena menjawab salam sambil membubuhi eyeshadow di kelopak matanya.

"Cih, pake dandan segala. Emang lo mau dating apa? Padahal lo bukan Leo tapi kok suka dandan ya?" tanya Windy sembari menghempaskan tubuhnya di ranjang Lena.

"Gue Tiger. Sini, Win. Gue permak lo biar cantik." ujar Lena kemudian mengaplikasikan liptint di bibirnya.

"Wahh, temen gue emang terbaik deh. Ntar kalo gue dapet pacar jangan iri ya." ujar Windy.

"Sorry ya, udah punya pacar gue, namanya Prometheus." Sahut Lena.

"Cih, buku anatomi yang bikin manusia PTSD."

Windy pun beranjak dari ranjang ke meja rias untuk dimakeup.

Setelah itu mereka berangkat ke bioskop. Namun, ternyata tiket untuk Avengers sold out. Akhirnya mereka memutuskan untuk menonton film horror.

"Ah, sialan lo, Len. Gue kan ga suka horror." Windy merengek kesal.

"Jujur, Win. Gue suka liat lo menderita. Hahaha. Tenang, kali ini gue traktir."

"Btw, berasa jomblo banget ya gue jalan sama lo, Len." celetuk Windy yang hanya dibalas kekehan dari Lena.

Mereka pun menonton di kursi tengah. Windy berteriak sangat kencang saat ada jumpscare sedangkan Lena tertawa kencang melihat Windy ketakutan.

"Loh, Selena kan?" tanya orang yang duduk di samping kanan Lena.

Karena gelap, Lena pun tak bisa melihat wajah orang itu.
"Siapa?"

"Wah benar, ternyata Selena. Aku Zeno. Kakak tingkat kamu." ujar orang yang bernama Zeno.

Lene berpikir sejenak, mengingat siapa orang itu. "Oh, kakak yang dulu pernah ngunciin kelompokku di lab anatomi ya?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dasar Libra! Where stories live. Discover now