tre ③

4.1K 594 17
                                    

─ ✰್

Nana turun dari mobil yang mengantarnya ke sekolah. Dengan wajah tertekuk ia berjalan dengan malas.

"Kenapasi harus ada yang namanya sekolah!" Rengut Nana dalam jalannya.

"Ya nanti lo gak pinter pinter, bego."

Nana semakin berdecak kesal saat kedua temannya berjalan menghimpitnya dari arah belakang.

"Gue udah pinter, gak perlu sekolah."

"Yeu, sombong."

Jentulan di kepalanya membuat Nana merengek kesal. "Ryu~"

"Eh gimana gimana? Kemarin lo bisa pulang? Nenek lampir gak ngapa ngapain lo kan?" Tanya Felly dengan menggebu.

"Selamat, untung nih anak bagong ngasih unjuk arah, walaupun gak jelas sambil teriak-teriak di telfon." Jawab Nana mencubit gemas pipi Ryu.

"Nih temen yang gak tau terimakasih nih." Ryu mengapit leher Nana dengan lengannya, membuat teriakan kesal memenuhi lorong sekolah.

Tawa ketiga teman itu terhenti saat jalan mereka dihadang oleh tiga wanita lainnya.
Ryu melepas apitan pada leher Nana dengan malas, kini memasang wajah songong andalannya.

"Mau apa nih tante tante." Tanya Ryu dengan tangan berkacak pinggang.

"Gue gak ada urusan sama lo." Ucap dengan ketus gadis berkulit tan.

"Dih, terus lo ada urusan sama siapa?" Tanya Felly dengan kesal.

"Dia... Sama temen lo. Lo berdua diem aja, gue gak mau cari ribut."

"Siapa juga yang mau ribut sama lo!"

Decakan kesal dari ketiga wanita yang sedari tadi menghalangi jalan Nana terlihat begitu kesal. Namun berubah kembali saat menatap wajah Nana.

"Gue Caca. Samping kanan gue Rere dan samping kiri gue Mayang." Deheman sejenak dari wanita berkulit tan yang tadi menyebut namanya dengan Caca.

"Gue sama teman gue mau minta maaf atas kejadian kemarin. Dan meminta maaf atas perkataan gue yang bisa saja menyakiti hati lo."

Hening sejenak, mereka semua hanya saling bertatapan dengan wajah datar. Sebelum semuanya...

"Ppfftt"

"Hahahaha anjrit."

"Mimpi apa gue hahahaha, harusnya tadi gue vidioin hahaha."

Nana menahan tawanya, tak menduga dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Sorry... Jadi ada apa nih tiba-tiba ngomong gitu ke gue?" Tanya Nana masih dengan menahan tawanya.

Caca berdecak kesal. "Gue minta maaf-- yang di cafe."

Nana menunduk, tersenyum sinis mendengar ucapan Caca. "Ekhm--" Ia mengangkat wajah dengan kekehan remeh. Sedangkan kedua temannya kini menatap Nana dengan bingung.

"Permintaan maaf lo gak ikhlas. Jadi sorry, gua gak bisa maafin lo dan kayaknya-- emang gak bisa." Nana berbicara dengan datar, menatap dingin wajah ketiga wanita dihadapannya.

"Lain kali, mikir dulu sebelum ngomong. Lo gak tau ucapan lo itu bisa nyinggung bahkan nyakitin orang lain apa gak." Nana tersenyum miring saat Caca mengeraskan rahang, menahan marah.

"Buat ucapan lo kemarin... Kayaknya yang lebih kampungan itu kalian deh, jelas kampungan banget." Nana mengangkat alis mengejek. "Ngaca coba kalau lo gak percaya."

Nana berjalan kembali, menabrak tubuh Caca dan Rere dengan kasar.

"Lo!" Teriak Rena dengan marah.

Luce Luminosa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang