Bab 00 : Pendahuluan

37 10 0
                                    

D I F F E R E N C E
.
.
.
Prologue
Happy Reading y'all-!!

"Hai Abim, ku harap kau bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hai Abim, ku harap kau bahagia. Sesuai bagaimana aku meminta dengan berdoa ke Tuhanku."

"Terima kasih atas do'a mu, Nadhira. Aku sudah bahagia. Do'a mu telah di dengar oleh Tuhanku. Terima kasih banyak. Aku hanya bisa berdo'a yang terbaik untukmu."

"Meskipun kita tak menjadi satu, aku selalu berdo'a untuk kebahagiaanmu. Kau adalah Istiqlal terindah, untukku."

"Hai, Nadh. Aku disini."

"Rambutmu basah, abis sholat ashar, ya?"

"Jarak masjid dan gereja hanya beberapa langkah, tapi saat Nadhira lihat Abim di masjid, kita terpisah sangat jauh."

"Nadh, tasbih di tanganku gak bakal bisa menyatu sama salib yang mengalung di lehermu."

"Kita berhenti aja, ya?"

"Tapi, Nadhira sayang sama Abim."

"Yang seagama aja berat, apalagi kita, Nadh."

"Tolong, aku gak mau ambil kamu dari Tuhanmu."

"Raga kita memang dekat, tapi saat aku memandangmu keluar dari gereja, rasanya begitu jauh."

"Semoga kamu bisa mencari pengganti aku yang seiman sama kamu, ya?"

"Tapi Nadhira masih sayang kamu."

Kita memang berbeda
Tuhan sudah memberi takdir bahwa kita tak bisa bersama

Kamu yang seharusnya tak tergapai
Atas segalanya kita berbeda
Atas segalanya kita tak bisa bersatu
Atas segalanya Tuhan tak mengizinkan kita satu

Perbedaan yang tak dapat disamakan
Perbedaan yang tak bisa dianggap remeh
Atas segalanya lagi lagi ku tekankan

Bahwa, kita tak akan bisa sama

Aku yang berdzikir dan bersholawat

Dan kau yang menyanyikan lagu rohani

Aku yang bersujud kehadapan Rab ku

Dan kau yang bersembahyang dengan menautkan kedua tangan

Aku berdoa dengan membuka telapak tanganku

Kau berdoa dengan mengeratkan tangan

Aku yang terus menggulir tasbih

Dan kau dengan salib mu

Aku Istiqlal
Dan kau Kathedral

Kita hanya bisa berdampingan layaknya masjid Istiqlal dan gereja Kathedral,

Tak akan bisa menjadi satu.

Kita adalah seamin yang tak akan pernah berubah menjadi seiman.

Andai Istiqlal dan Kathedral mempunyai nyawa,

Mungkin mereka diam-diam jatuh cinta satu sama lain.

Seperti orang yang berkunjung ke Kathedral, jatuh cinta kepada orang yang berkunjung ke Istiqlal.

Semesta hanya mengizinkan kita bertemu,

Namun tidak untuk bersatu.

Mengapa Tuhan mempertemukan kita?




TO BE CONTINUED
D I F F E R E N C E

D I F F E R E N C EWhere stories live. Discover now