Columbine

132 15 30
                                    

Jika dirimu mementingkan barang mati yang berharga, maka kuburkanlah sebuah perasaan sebelum hal itu bermekar dan bernilai

.

Tumpukan tanah kentara sulit terkumpul berkat bekas dari deras hujan pada malam hari; membuatnya lebih berat dan lembab. Tetapi bagi seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan, terlebih imbalan dari koin emas berharga, ia harus menyelesaikan tugas sesuai janji dan keinginan dari penyewa jasa. Bermodalkan sekop dan cahaya bulan pada pukul satu malam, sosok lelaki telah berkehendak menghasilkan kedalaman lubang yang ia inginkan selama setengah jam. Di mana tidak memakan waktu terlalu lama, tetapi memakan banyak tenaga hingga cucuran keringat. Untunglah kebaikan hati dari klien melebihi cukup untuk memenuhi perutnya saat potongan daging guling serta beberapa buah roti diberikan pada waktu makan malam. Selama lubang tersebut cukup besar guna dimasukkan sebuah peti-- Andrew Kress, pemilik rambut panjang seleher berwarna pirang pudar itu memberhentikan gerak sekop sebelum meletakkannya secara tergeletak di atas permukaan tanah. Menggunakan punggung tangan untuk membersihkan keringat mengalir ada pelipis, kini ia harus memasukkan peti seorang diri.

Secara pelan-pelan? Bahkan manusia dengan otot tangan sekuat apapun tidak akan mampu menopang seluruh bebannya, tetapi bisa dilakukan jika bermodalkan dorongan. Walaupun sang lelaki amat tahu bahwa peti tersebut akan terbanting--- sang klien juga tidak akan peduli dan berkomplen. Jika ditanyakan permasalahan tentang rasa manusiawi, mungkin seseorang akan kembali memikirkan keadaan raga yang telah tiada. Tetapi saat sepasang tangan itu sudah sekuat tenaga mendorong beban peti dari bagian ujung hingga terjatuh sempurna pada dasar lubang berbentuk persegi panjang, bukan suatu halusinasi atau gertakkan horor saat sebuah teriakan tertahan mulai menggema dari dalam peti yang tertutup rapat. Tidak ada gedoran, hanya teriakan, Andrew pun sedikit meringis serta terkekeh canggung setelah merasakan sensasi berulang; walaupun tali telah mengikat sekujur tubuh dan kain yang mengatup rapat bagian mulut-- tetap saja suara dapat terhasilkan dari sosok manusia. Masih sadar? Tentu. Maka, memang benar, semua orang harus mempertanyakan rasa manusiawi dari sosok bernama Andrew Kress.

Walaupun sang lelaki memang melakukannya demi uang.

"Tidak, tidak." Andrew bergumam selagi tangan kembali mengambil sekop sedangkan satu tangan lagi secara perlahan mengusap depan dada guna menghibur diri. "Ini adalah pekerjaanku, semuanya kulakukan demi uang. Aku tidak memiliki urusan apa-apa tentang hidup dan mati."

Kalimat tersebut memang dikeluarkan demi menjadi sugesti, menutupi rasa kesalahan-- mengelak perbuatan keji dan tidak benar, tetapi Andrew terus menerus melakukannya seiring kedua tangan mulai menggengam ganggang sekop untuk meraih kembali tumpukan tanah.

"Lagipula salahmu sendiri, Tuan, karena telah membuat musuh dari kesombonganmu. Jika saja dirimu rendah hati, tidak ada orang yang rela membuang seperempat kekayaannya kepadaku yang tidak berguna ini untuk menguburimu."

Andrew tetap saja menggumam, seperumpama seseorang yang tidak ingin ikut campur walaupun secara betul memiliki keterlibatan kental; jika saja pekerjaan kotor tersebut ketahuan-- maka sebanding pula kehidupannya akan berakhir. Tetapi demi merasakan kejayaan dari kepuasan harta, sang lelaki tak berhenti menimbun atas peti dengan tumpukan tanah, di mana keheningan diisi oleh teriakan yang semakin lama terpendam serta kematian mulai memakan perlahan sang korban malang pemilik dosa umum.

"Aku akan mendoakanmu." Andrew terengah-engah, bukan karena kelelahan melainkan merasakan suatu tekanan yang biasa ia rasakan saat melakukan pekerjaannya. "Tuan, dirimu harus melihat kalung salib yang mengitar di sekitar leherku, maka kau tidak perlu khawatir karena dirimu akan didoakan."

Flowerez - Columbine | Andrew KressWhere stories live. Discover now