Musim Semi Sabito

2.8K 454 44
                                    

Terimakasih banyak buat yang udah baca dan vote..
Jangan lupa play videonya ya!!!
.
.
.


Gelap. Tak ada secercah cahaya pun. Mizuki kebingungan.

"Ini dimana?"

Mizuki melihat lebih detail ke arah depan. Sepasang mata menyala berwarna merah menatapnya. Ia gemetar ketakutan.

Mizuki menoleh kebelakang. Lagi-lagi sepasang mata melihatnya tajam. Kali ini berwarna-warni. Mata yang Mizuki lihat saat malam penyerangan di kediamannya.

"Hei, hei, hei..bocah.."

"HUAAAA!!!" Mizuki terbangun dari mimpinya itu.

"Apa itu?!" Mizuki memegangi kepalanya yang pusing.

"Mizuki?!!!" Makomo masuk ke dalam rumah.

"Kau kenapa?!!" Giyuu dan Sabito juga ikut masuk.

"H-hanya bermimpi aneh... Aku akan cuci muka.." Mizuki membasuh mukanya. Ia tampak lebih segar.

"Tengah hari?" Mizuki menatap langit.

'Sudah tidak ada waktu bersantai.. Aku harus latihan!" Mizuki menatap Gunung Sagiri didepannya.

"Semuanya, ayo! Latihan lagi.." Mizuki mengajak teman-temannya.

Semua tersenyum dan ikut berlari bersama Mizuki.

Mereka berlari hingga sore.

"Aku merasa kecepatanku sedikit bertambah.." ujar Mizuki.

"Kalau kau rutin dan berlatih keras, kau mungkin bisa melampaui Urokodaki-san ehehe.." Ucap Giyuu.

"Sebelum itu, kau harus menguasai teknik pernapasan dulu.." Sabito menjelaskan.

"Aku sudah bertanya pada Urokodaki-San. Kalau aku berlatih dengan keras, aku bisa menguasainya." ucap Mizuki.

Mereka berempat berlatih dengan semangat.

Hari demi hari berlalu. Bulan mulai berganti menjadi tahun. Tak terasa tiga tahun sudah berlalu.

"Mizuki!!! Tunggu!!!" Makomo berusaha mengejar sahabatnya itu.

"Ayo coba kejar aku, Makomo!" seorang gadis melompati dahan demi dahan. Kecepatannya tak tertandingi diantara tiga temannya yang lain.

"Jangan menyerah, Makomo! Kita tangkap dia!" Seorang anak laki-laki berambut peach mulai mengimbangi kecepatan.

"Semangat Semangat!!!" Anak laki-laki bermata biru juga tak kalah cepat.

Gadis bernama Makomo melesat menuju Mizuki.

"Tap!" Makomo berhasil menangkap tangan Mizuki.

"AKHIRNYAA..." Makomo senang.

"Aduh, lelah!" Sabito memegangi dadanya.

"Iya, aku juga.." Giyuu terduduk.

"Kita istirahat dulu disini.." Mizuki duduk disamping Giyuu.

"Mizuki, kau berkembang pesat selama tiga tahun ini. Kau bisa melampaui kami bertiga." ucap Sabito.

"Itu juga berkat kalian yang sudah membantuku, terimakasih!!" Mizuki tersenyum.

"Sebentar lagi ada seleksi akhir! Kita harus bersiap-siap." Giyuu mengepalkan tangannya.

"Kali ini lawannya iblis asli lho." ujar Makomo.

Mizuki teringat pada uppermoon kedua, Douma. Mengerikan.

"Di seleksi akhir tidak ada uppermoon kan??" tanya Mizuki.

"Tentu tidak, kita tak akan melawan uppermoon kalau peringkat kita masih rendah. Tapi, kalau lagi sial bisa saja bertemu mereka sih.." ucap Makomo.

"Tapi, di seleksi akhir tidak ada dua belas iblis bulan kok.." Giyuu tersenyum.

Mizuki sangat menanti ujian akhir itu. Ia tak sabar mendapat nichirin miliknya sendiri.

"Aku ingin segera menjadi anggota pemburu iblis!" Giyuu bersemangat.

"Kau tidak takut Tomioka Giyuu?" Mizuki meledek Giyuu.

"T-tentu tidak!!!" Giyuu jengkel.

Sabito dan Makomo tertawa karena sikap Giyuu.
.
.
.
Malam tiba, Mizuki duduk di depan rumah Urokodaki. Gadis itu menatap bulan purnama yang sedang bersinar terang.

"Kau suka memandangi bulan ya?" Sabito duduk disamping Mizuki.

"Um! Indah bukan.." Mizuki mengalihkan pandangannya pada Sabito.

"Sama seperti namamu ya, Mizuki yang berarti sinar bulan. Pemilik namanya juga menyukai bulan." Sabito menyingkap rambut Mizuki yang menghalangi wajah, dan mengarahkannya kebelakang telinga gadis itu.

"Kalau arti nama Sabito apa??" tanya Mizuki.

"Arti namaku... Aku tidak tahu hahaha.." Sabito tertawa.

"Apa nih tertawa tertawa, ikutan dong!" Giyuu duduk disamping Mizuki. Sekarang Mizuki ada di antara dua anak laki-laki itu.

"Makomo mana??" tanya Mizuki pada Giyuu.

"Dia sudah tidur. Pasti lelah karena mengejarmu tadi, Mizuki!" Giyuu tertawa.

"Omong-omong rambutmu panjang ya!" Giyuu memainkan rambut Mizuki.

"Aku bisa mengepang rambut lho!" Giyuu ceria.

"Coba kau kepang rambut Mizuki! Aku mau lihat." Sabito juga antusias.

Giyuu mulai membagi tiga bagian rambut Mizuki. Anak laki-laki bermata biru itu mengepang rambut Mizuki dengan perlahan dan rapi. Di akhir kepangan, Giyuu membuat simpul agar kepangan tak terlepas.

"Sudah selesai!" Mizuki melihat hasil kepangan Giyuu.

"Indahnya, terimakasih!!" Mizuki senang.

"Kau harus mengajariku, Giyuu!" Sabito takjub.

Seekor kunang-kunang hinggap di kepala Mizuki.

"Woaaaah! Mizuki, kau diam ya.." Giyuu menangkap kunang-kunang itu.

"BERHASIL!" Sabito girang.

"Coba liat dong Giyuu!" Mizuki penasaran.

Giyuu membuka tangannya perlahan. Kunang-kunang itu terbang dari tangan Giyuu.

Mizuki terpana. Kunang-kunang yang indah.

"Hei! Lihat kesana!" Mizuki menunjuk arah halaman. Banyak kunang-kunang beterbangan.

"Giyuu, bangunin Makomo gih! Kita bermain kunang-kunang bersama." ucap Sabito.

Giyuu mengiyakan keinginan Sabito. Ia berlari ke dalam rumah. Lalu kembali lagi bersama Makomo yang masih mengusap mata.

"Makomo! Lihatlah!!" Mizuki berputar diantara kunang-kunang.

Mata Makomo berbinar.

"Indahnyaaaa!!"

Mereka berempat menari di halaman rumah bersama ratusan kunang-kunang.

Ada yang aneh malam ini. Pandangan anak laki-laki berambut peach tak lepas dari Mizuki. Tapi gadis yang ia pandang, tak menyadari perasaan yang diam-diam hadir di hatinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Edisi Sabito dulu ya UwU
Tenang, masih banyak waktu untuk semua husbando kalian mweheheh..

Walau harem reverse tapi mungkin lebih condong ke Sanemi sama Muzan ya (´∀`)♡

See you in Chapter 5!!!

Kimetsu No Yaiba Fanfiction : Blue Spider LilyWhere stories live. Discover now