1. Rasuk

44 8 5
                                    


Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki milik ketiga remaja, yang sedang menyelidiki sebuah kasus kematian yang terjadi disekolah mereka

Kasus kematian yang penuh dengan kejanggalan, yang mengharuskan mereka untuk terbagi menjadi 2 kelompok

Claudy, Gabriel, dan Haufan, memilih menyusuri bagian sebelah utara sekolah. Sedangkan Nando dan Nanda menyelidiki sebelah selatan

Malam yang terasa sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya, udara yang terasa berat dan perasaan seperti sedang diawasi oleh banyak sekali pasang mata-- membuat bulu kuduk mereka meremang

Mendekatlah!

Suara serak yang samar--hampir seperti sebuah bisikan-- membuat mereka menghentikan langkah. Seperti disengat oleh berpuluh-puluh volt arus listrik, tubuh mereka menegang ditempat. Dengan mengumpulkan keberanian, Gabriel memberanikan diri untuk bersuara "Ad... adakah or... orang?"

Namun, yang mereka dapati hanyalah hampa, sunyi, dan gelapnya koridor kelas XII-IPA2. Peluh mulai membasahi tubuh mereka yang bertanya-tanya "suara siapa tadi?"

Merasa tenggorokannya kering, Gabriel meminta air kepada kedua temannya "apakah kalian membawa air?"

Claudy menggelengkan kepala--tanda bahwa dia tidak membawa air-- namun, Haufan menyodorkan sebuah botol yang mereka yakini berisikan air

Dengan segera, Gabriel meminum isi botol itu setelah mengucapkan terimakasih kepada Haufan

"Seb... sebentar, in... ini beb... beneran air?" Tanya Gabriel terbata

"Iya beneran air" jawab Haufan

"Tap... tapi rasanya sep... seperti da... darah" kata Gabriel

Seketika Claudy mengambil botol yang ada dalam genggaman Gabriel dan melihat isinya

"Ini... darah"

Tubuh Gabriel menegang setelah  mendengar penuturan dari Claudy, saat itu juga tubuh Gabriel limbung dan tak sadarkan diri

*****

Ditempat yang berbeda Nando dan Nanda menelelusuri sekolah bagian selatan. Suasana sekolah ini sudah sangat berbeda semenjak kejadian itu.

Clak .... Clak ... Clak

"Nan ... Da ... Darah," ucap Nando terbata-bata.

Bau amis darah bercampur nanah begitu busuk menyengat Indra penciuman. Darah itu masih berwarna cerah, seperti masih begitu segar, tapi nanah dan bau busuk nya seakan sudah lama.

"Nando jangan diliatin! NANDO JANGAN ... NANDO."

Mati!

Mati!

Mati!

Hahahaha

Tubuh Nando mulai dirasuki mahluk itu, matanya menghitam pekat. Nanda yang tidak bisa apa-apa hanya bersikap waspada. Takut jika Nando berbuat diluar kendali.

*****

"Gab, Gabriel bangun" Haufan menepuk-nepuk pipi Gabriel

Saat itu juga dari kejauhan terdengar suara teriakan dari Nanda

NANDO JANGAN... NANDO

Mati!

Mati!

Suara itu, suara yang lirih namun mampu menyayat hati. Udara yang tadinya terasa hangat, tiba-tiba berubah menjadi dingin. Ramai dan riuh suara yang diciptakan penghuni kelas, serasa lenyap entah kemana. Peluh mulai keluar membasahi dahi dan membuat kuyup punggung tegap yang tertutup seragam sekolah. Kaki terasa semakin lemas, Claudy merasa dirinya akan jatuh jika saja, ia tidak sedang duduk. Wajahnya kian memucat, dan juga menegang. Gurat wajah gusar kian terlihat dari wajah ayunya

Mati!

Hanya seongok kata,  yang mampu membuat kepala merasakan pusing yang sangat luar biasa. Berbagai untaian kata untuk menguatkan hati telah ia rapalkan, seolah hanya itulah mantra yang ampuh untuk melindunginya

Bunuh!

Kali ini, bukan yang sama lagi. Seolah bisikan itu adalah sebuah perintah, hati Claudy semakin resah, dan keringat dingin semakin mengucur dengan deras diseluruh tubuhnya

Dengan perlahan namun pasti, Claudy mulai menajamkan inderanya. Bukannya melihat makhluk apa yang sedari tadi membisikkan kata-kata yang membuatnya menegang, yang ia dapati hanyalah hembusan angin yang terasa menusuk tulang

Lewat lirikan mata, Claudy melihat sekelebat bayangan hitam keluar dari ruang kelas. Tanpa basa-basi, Claudy berlari mengejar bayangan itu. Hingga langkahnya terhenti setelah memasuki gudang yang berada di belakang sekolah, dan disana sama sekali tidak ada siapapun-- kecuali dirinya sendiri

"Keluar kau, tunjukkan wujudmu di hadapanku!" Teriak Claudy lantang

"Hei, siapapun kau, keluarlah" Claudy masih saja berteriak, sambil terus melangkahkan kakinya dengan pelan kearah tengah ruangan gudang

Udara didalam gudang terasa begitu berat, gelap sangat mendominasi tempat itu. Meskipun banyak ventilasi udara berjejer rapi di atas dekat langit-langit gudang, namun seolah ada sesuatu yang tak membiarkan mentari menembus masuk kedalam gudang. Udara yang berat membuat bulu kuduk --siapa saja yang berada di ruangan itu-- berdiri meremang

Hihihihi

Suara tawa samar namun melengking, tertangkap oleh gendang telinga milik Claudy. Semakin lama, suara tawa itu kian menjauh dan

wush...

Terasa tiupan angin mengenai lengan kanan milik Claudy, sontak saja Claudy menolehkan pandangannya kearah kanan. Namun, tak ada apapun yang bisa ia lihat, hanya gelapnya gudang yang menyeramkan. Bertepatan saat Claudy mengubah pandangannya kearah depan kembali, terlihat sosok dengan rambut panjang yang menggunakan pakaian serba putih lusuh, serta kaki yang tak menapak sedikitpun pada lantai. Sosok itu mengacungkan tangan kanannya kearah Claudy, secara perlahan dan sangat pelan dan bergumam

Mati!

"Ap... apa... ma... mau mu?" Tanya Claudy dengan terbata-bata

Bukanya menjawab, sosok itu malah membalikkan badannya membelakangi Claudy dan menghilang begitu saja

"Cla, jangan didengerin, kita pikirin gimana caranya membuat Gabriel kembali sadar, jujur gue khawatir sama Nanda dan Nando,"

"Kita bawa Gabriel ke UKS sekolah dulu Fan," saran Caludy.

"Oke," jawab Haufan.

Haufan menggendong tubuh Gabriel untuk dibawa ke UKS sekolah.

Tebak siapa saya? Where stories live. Discover now