07

147 44 13
                                    

Maaf untuk semua typo!

Selamat membaca :)

.

.

.

Di dunia ini ada banyak hal yang tak pernah hilang dari kehidupan, salah satunya adalah luka. Setiap orang pasti pernah terluka. Bahkan seorang anak kecil pernah mengalami yang namanya luka.  Saat aku masih kecil, luka di lutut saat aku terjatuh dari sepeda adalah luka yang paling menyakitkan. Karena saat itu lututku harus mendapat lima jahitan, dan sejak itu aku berjanji tidak pernah menaiki sepeda lagi.

Saat aku beranjak dewasa, aku mulai sadar, jika luka yang aku dapatkan karena terjatuh dari sepeda, hanya secuil dari luka yang aku dapatkan karena jatuh cinta. Aku tidak bisa berjanji untuk tidak jatuh cinta lagi, karena cinta itu kebutuhan. Tapi aku bisa berusaha untuk tidak jatuh cinta pada seseorang yang telah menghancurkan hatiku bukan ?

Sudah hampir satu bulan aku menjadi sekretaris Jimin. Akhir-akhir ini dia tidak banyak bicara, wajahnya tampak murung setiap kali tiba di kantor. Bahkan sekarang dia terlihat sangat kacau, matanya terlihat membengkak. Aku tidak berniat untuk memperhatikan pria itu. Hanya saja, kaca bening di depanku ini menampakkan dengan jelas bagaimana keadaan Jimin sekarang. Pria itu pasti kelelahan, aku juga sering melihat Yoongi Oppa dengan keadaan yang sama seperti Jimin saat dia pulang dari kantornya menjelang pagi.

"Sekretaris Min ?" aku terperanjat saat mendengar suara Baekhyun yang tiba-tiba. "Ah.. Maafkan aku.. apa aku membuatmu terkejut ?" tanya pria itu khawatir.

"Tidak apa-apa." jawabku sambil tersenyum menatapnya "Ada apa Baekhyun-ssi ?"

"Ini ada beberapa dokumen dari rekan bisnis Sajang-nim di Seoul. Tolong kau periksa, lalu nanti berikan pada Sajang-nim." Kata Baekhyun sambil memberikan beberapa map berwarna biru padaku.

"Baiklah.. terimakasih Baekyun-ssi." balasku, dan Baekhyun hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Em..Sekretari Min." panggil Baekhyun sambil berdiri di dekat pintu. Aku menoleh dan mengangkat kedua alisku "Sajang-nim...aku rasa dia tidak dalam keadaan baik. Jadi, mohon berhati-hatilah saat bicara." kalimat dari Baekhyun membuatku terdiam.

Setelah selesai dengan berkas-berkas itu, aku masuk ke ruangan Jimin. Pria terlihat sedang mengetikan sesuatu di ponselnya sambil menunduk. "Sajang-nim, ini dokumen dari Seoul. Sudah saya periksa, dan anda tinggal menandatanginya." jelasku sambil meletakan dokumen itu di atas mejanya.

Jimin mendongak menatapku dengan mata sembabnya. "Boleh aku bertanya ?"

"Masalah dokumen itu ? anda bis__,"

"Bukan !" ucap Jimin cepat memotong kalimatku.

"Lalu ?"

"Pria itu...yang saat itu menjemputmu. Siapa dia ? apa dia...kekasihmu ?"

Tiba-tiba jantungku berdegup sangat kencang mendengar pertanyaan dari Jimin. aku menarik napas panjang lalu berkata. "Maaf Sajang-nim. Tapi itu urusan pribadi saya." aku berbalik dan ingin pergi meninggalkan ruangan itu, tapi tiba-tiba ada yang menahan pergelangan tanganku. "Bisakah kita bicara sebentar ?" kata seseorang di belakangku.

Aku menegang. Bukan karena suara itu, tapi karena aku merasa tangan yang menggenggam pergelangan tanganku itu terasa sangat panas. Kenapa tangan Jimin sepanas ini ? aku berbalik dan melihat Jimin sudah berdiri tepat di depanku. Bibirnya pucat, wajahnya merah, matanya sayu dan bengkak. "Bisakah kita bicara ?" ulangnya sekali lagi.

"Sajang-nim, anda terlihat sedang tidak baik-baik saja, lebih baik anda pulang. Aku akan menelpon Baekhyun untuk mengantarmu pulang." kataku sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Jimin. Tapi tetap saja, kekuatanku kalah dari Jimin. sehingga aku pasrah saat Jimin semakin menggengam erat tanganku "Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin bicara denganmu."

REGRET √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang