9. Pertengkaran

6.3K 933 7
                                    

"Apakah kalian tahu? Viscount Wade tertangkap ketika ingin mencuri permata ungu milik kerajaan. Kini, gelar bangsawannya sudah dihapus!" celetuk seorang gadis.

Leslie meminum jus jeruknya dan tertawa kecil.

"Orang itu memang sangat serakah. Bahkan permata milik kerajaan pun ingin ia miliki. Itu benar-benar memalukan," timpal pemuda yang duduk di sebelah gadis itu.

Seorang laki-laki dewasa menghembuskan napasnya. "Aku masih ingat saat dia berusaha menipu para pedagang-pedagang kecil. Ia mengatakan jika para pedagang itu mau memberikannya lima silver setiap bulan, maka ia akan membantu para pedagang itu untuk meningkatkan penjualan mereka. Namun uang itu raib dan para pedagang itu tak mendapatkan apapun,"

"Dia sudah buta dengan harta. Aku dengar, kerajaan sudah mengsita rumah dan hartanya sebagai ganti dari biaya-biaya yang ia korupsi,"

Leslie mendengar pembicaraan itu dengan penuh ketertarikan.

"Syukurlah, aku sempat khawatir karena jika ia masih memiliki uang mungkin saja ia bisa membalaskan dendamnya,"

"Aku dengar, anak laki-laki dan perempuan Viscount Wade memarahi semua pelayan, bahkan mereka menghancurkan barang-barang di rumahnya karena tidak terima gelar kebangsawannya dihapus,"

"Heh, sikap mereka saja tidak pantas disebut sebagai bangsawan," celetuk Leslie.

Orang-orang di sana melihat Leslie dan mengangguk. Leslie memang diterima jika ia berada di tempat para pelancong berkumpul. Walaupun mereka tahu, mereka tidak peduli dengan kutukan itu.

"Yah, kita memang tak bisa mengharapkan apa-apa dari keluarga sampah itu. Lebih baik kita berharap pada keluarga sampah itu. Lebih baik kita berharap pada keluarga Sullivan, Hoodle, dan Cawley,"

"Aku yakin kerajaan ini sudah runtuh sejak lama jika mereka tak ada di sini. Tapi sayang sekali keluarga Sullivan memiliki kutukan itu,"

"Tenang saja, akan ada seorang gadis yang mematahkan kutukan itu,"

Leslie yang mendengar itu tersedak. Ia segera mengambil ancang-ancang sebelum orang-orang mengetahui bahwa itu adalah dirinya.

"Yang aku dengar, gadis itu memiliki warna mata biru yang sangat cerah,"

Leslie berjalan sehalus mungkin. Seakan dia memang sudah menyelesaikan urusannya di sana.

"Bahkan aku dengar ia juga bisa mematahkan kutukan keluarga Nevil,"

Leslie akhirnya mendesah lega ketika ia berhasil keluar dari sana. Tampaknya orang-orang mulai menyadari keberadaan dirinya. Tanpa ia sadari, orang-orang yang berada di sana mulai menyadari kepergiannya.

"Bukankah dia gadis bermata biru cerah itu?"

"Aku baru menyadarinya, pantas saja gerak tubuhnya langsung kaku ketika kita membicarakan kutukan itu,"

"Apakah dia tahu bahwa ia ditakdirkan untuk berjodoh dengan Lucius Sullivan?"

"Entahlah, wilayah utara terlalu kejam untuknya. Aku berharap tidak terjadi apa-apa sampai dia menikah dengan Lucius Sullivan,"

*

Lucius melipat tangannya ketika melihat Leslie yang mengendap-endap masuk ke kamarnya.

"Dari mana saja kau?"

Leslie terkejut dan menoleh. "Ini kan hari libur! Masa kau tidak mengizinkanku keluar?"

"Aku hanya bertanya kau dari mana, bukan melarangmu untuk keluar,"

"Aku pergi ke tempat makan para pelancong. Hanya di sana tidak ada yang memusuhiku," jawab Leslie.

Lucius memandang Leslie dengan tatapan sedih. "Apakah wilayah utara terlalu kejam untukmu?"

Leslie melihat Lucius dengan tatapan datar. "Kau ingin aku menjawab dengan jujur?"

"Ya, aku ingin tahu bagaimana perasaanmu setelah tinggal di sini selama satu tahun,"

"Wilayah utara terlalu mengerikan. Sejujurnya, aku benci sekali tinggal di sini. Rasanya aku tidak dapat bergerak dengan bebas. Di sini aku di cap sebagai gadis pembawa sial. Bahkan sampai ada yang menganiayaku karena itu. Tapi orang-orang di wilayah selatan sangatlah berbeda. Mereka memperlakukanku dengan sangat baik. Di sana mereka menganggapku sebagai gadis pembawa keberuntungan," jawab Leslie.

Lucius menunduk. "Aku juga tidak mengerti mengapa mereka bisa sampai salah mengartikan ramalan itu,"

"Lucius, kau ini adalah calon penerus keluarga Sullivan, dan keluargamu adalah salah satu keluarga yang memegang wilayah utara. Tidak sulit bagimu untuk memperjelas maksud ramalan itu," dengus Leslie.

"Tapi kepercayaan masyarakat tentang ramalan itu sudah begitu kuat, Leslie. Rakyat sudah mengetahui tentang ramalan itu sekitar lima abad yang lalu," desah Lucius.

"Oh, jadi kau lebih suka melihatku dihina? Kau suka melihatku dianiaya? Aku sangat tersiksa, Lucius! Aku tahu mungkin aku juga sama saja di matamu! Kau hanya menganggapku sebagai gadis pembawa bencana!" pekik Leslie.

"Karena memang itulah kenyataannya!" teriak Lucius dan Leslie tertegun. "Kau pikir siapa yang menyebabkan wilayah utara gagal panen? Aku sangat frustasi karena hal itu, Leslie! Wilayah utara adalah pemasok pangan terbesar dan karna ulahmu, banyak rakyat yang tidak bisa makan!"

"Lucius, aku harap kau ingat apa yang terjadi padaku setahun yang lalu! Para rakyat wilayah utara yang bodoh ini menganiayaku dan membuatku terluka parah! Tentu saja ayahku marah! Jika bukan karena campur tangan ayahku, aku yakin tubuhku saat itu sudah mati!"

"Aku bahkan tidak peduli jika kau mati, Leslie! Jika saja aku membiarkanmu mati di kebun anggur itu, mungkin bencana ini tidak akan terjadi!"

Leslie menatap Lucius dengan wajah kecewa sekaligus menyesal. "Aku baru saja ingin memercayaimu, Lucius. Tapi aku rasa kau tidak pantas untuk itu. Jika kau menganggapku seperti itu, baiklah. Aku akan segera keluar dari pekerjaan ini,"

Lucius yang tampak baru sadar dengan apa yang ia katakan kemudian mendelik. "Bukan begitu maksudku, Leslie!-"

"Penyesalan terbesar dalam hidupku adalah memercayaimu, Lucius," ucap Leslie sambil tersenyum tipis.

Leslie segera pergi dari ruang kerja dan melangkah ke kamarnya. Ia mengambil semua uangnya dan berjalan keluar dari mansion Sullivan. Leslie kemudian meminta izin kepada pria yang menjaga di pintu gerbang.

"Aku ingin pergi untuk membeli buah," ujar Leslie berbohong.

Leslie kemudian segera berlari tanpa mendengar jawaban pria itu. Leslie kemudian pergi ke tempat di mana para pedagang akan membawa dagangan mereka ke wilayah selatan. Leslie kemudian bertanya pada salah satu pedagang.

"Apakah aku boleh menumpang ke wilayah utara?"

Perempuan itu menoleh dan terkejut. "Kau perempuan pembawa bencana! Pergi dari sini!"

Leslie mendesah. Semua orang di wilayah utara memang menyebalkan. Leslie kembali memikirkan sikap Lucius yang memang agak berbeda setelah dirinya bangun.

"Leslie, apa yang kau lakukan di sini?"

Leslie menoleh dan matanya berbinar seolah melihat malaikat.

"Hardy, bolehkah aku ikut pergi bersamamu ke wilayah selatan?"

Lucius's Poison [END]Where stories live. Discover now