GOL 25

5.8K 470 15
                                    

Pagi selepas hujan deras saat malam membuat udara sangat dingin, bahkan hingga matahari sudah naik ke langit-langit dan mulai menyinari dunia rasa dingin itu masih menggigit. Irsyad terbangun dari tidur saat jam menunjukkan pukul 04.26 WIB, subuh sudah datang menjemput. Rasa dingin tak menghalangi untuk bangun dari sofa yang menampung tubuh panjangnya semalaman untuk melakukan bersih-bersih. Tersedar bahwa Ia sedang tidak berada di rumah atau kamarnya di kafe membuatnya sedikit linglung.

Dia menepuk dahinya kecil, tersadar bahwa saat ini Ia berada di apartemen Sabila. kaki panjangnya menelusuri kamar Sabila dan dengan lancang Irsyad menggunakan kamar mandi perempuan itu. Tak lupa Ia juga mencari peralatan mandi baru dalam laci wastafel tempat Sabila meletakkan skin care-nya.

Selesai dengan segala urusannya—mandi, keramas dan juga wudhu— Irsyad menunaikan ibadahnya di kamar Sabila. Bermodalkan sajadah yang memang tergantung disana dengan pakaiannya semalam.

Tak berapa lama kemudian, giliran Sabila yang terbangun. Merasakan pergerakan dalam kamarnya, mau tak mau tidurnya terusik. Setengah badanya bangkit dari tempat tidur dan memperhatikan orang tengah sholat di depan lemari pakaiannya. Sambil mengucek matanya, Sabila mencoba memastikan siapa gerangan orang yang sedang sholat tersebut.

"Irsyaadd!" desis Sabila bersamaan dengan sang objek yang tengah diamati mengakhir sholatnya dengan kedua salam.

Irsyad berdoa sejenak kemudian bangun melipat kembali sajadah milik Sabila, "Aku tadi pakai barang-barang kamu ya di kamar mandi, sajadah juga."

"Eh, oh iya. Pakai aja." Sahut Sabila dengan setengah bingung. Dalam hatinya bertanya, apakah aura orang baru selesai sholat itu emang bercahaya-cahaya atau gimana sih sebenarnya? Pasalnya, Sabila bisa melihat cahaya yang terpancar dari wajah tampan Irsyad dan itu menambah kadar rupawan pria jangkung itu.

"Bangun gih! Planga-plongo lagi disitu. Keburu hilang subuh entar." Lontar Irsyad tanpa melirik Sabila lagi lalu keluar dari kamar tersebut. Dasar galak!!

Sebuah senyum mengembang di bibir Sabila, ah indahnya pagi ini. First morning dengan Irsyad, omooo...bahkan saat fajar sedang terbit Ia sudah dapat melihat wajah Irsyad. Satu hal yang sedikit di sesali Sabila adalah Ia tak sempat menjadi makmum Irsyad tadi, seharusnya mereka menunaikan sholat subuh berjamaah. Irsyad jadi imamnya dan Sabila jadi makmumnya. So sweet!!!!! Sayangnya Sabila sedang dalam masa libur sholat.

[***]

Sabila keluar dari kamarnyanya dengan keadaan yang sudah rapi. Ia sudah mandi, berdikit berias dan juga memakai baju rumahan santai. kaos kedodoran dan juga celana kain setengah paha. Rambutnya hanya dicepol rapi di belakang. Mendengar grasa-grusu dari dapur, kakinya melangkah ke asal suara.

"Cari apa, Syad?" tanya Sabila saat melihat Irsyad sedang membungkuk dan memeriksa isi kulkasnya.

"Makanan yang layak dikonsumsi." Sahut Irsyad datar namun terkesan jutek. Menghela nafas kasar, Ia menutup pintu kulkas dengan rasa dongkol mengrogotinya. Sebagai orang selalu berada di kawasan dapur, Irsyad tidak bisa menerima kenyataan bahwa di dapur tersebut tak ada yang bisa diolah, sedangkan kulkas tersebut penuh dengan makanan. "Kamu hobi koleksi makanan kadaluwarsa?" todong Irsyad pada Sabila.

Yang ditanya hanya dapat tersenyum polos bak tak mempunyai dosa apapun, "Hehehe..nggak kok. Itu aku nggak sempat makan aja kok."

"Paraahh.." desisnya, "Bahkan untuk sarapan nggak tertolong." Gerutu Irsyad mengetuk-ngetuk kecil dahinya dengan telunjuk. "Biasanya kamu sarapan gimana?"

"Order atau makan diluar. Kadang-kadang buat breakfast ala-ala American." Dalam hati Irsyad menggerutu, sarapan ala American breakfast itu super simpel. Roti panggang, telur ceplok atau orek, kadang ditambah dengan sosis, atau pancake dengan selai. Ck, sarapan yang tidak bisa disebut sarapan di Indonesia.

Glory of Love ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora