Prolog

103 13 0
                                    

Dua tahun yang lalu,

Pukul 22.15 KST, Kang Seulgi dan Park Jimin tengah berada di sekitar Sungai Han. Keduanya berjalan santai menyusuri jalan kecil yang biasa digunakan untuk jogging - tentunya dengan penyamaran yang begitu apik yang membuat keduanya tak bisa dikenali.

Angin malam berhembus. Membuat keduanya memutuskan untuk duduk dan mencari kehangatan dibalik mantel tebal yang mereka gunakan.

"Seul," panggil Jimin.

"Emm?" Seulgi menoleh. Saat itulah mata keduanya bersitatap.

"Kenapa?" Tanya Seulgi mencoba menghentikan aksi bersitatap mereka.

Jimin terkekeh. Tahu jika Seulgi salah tingkah saat dirinya tatap sedemikian dalam.

Jimin meraih tangan dingin Seulgi. Mengusapnya pelan dan berharap dapat memberikan kehangatan pada tangan mungil itu. Jimin menatap Seulgi.

"Ayo kita berkencan," ajak Jimin serius.

Seulgi menatap Jimin. Ada ketakutan dimatanya ketika Jimin mengajaknya berkencan. Banyak hal yang Seulgi pikirkan, terutama tentang fans mereka.

Seolah tahu ketakutan yang Seulgi rasakan, Jimin semakin mengeratkan pegangannya pada tangan Seulgi.

"Tidak usah takut, aku akan selalu berada di sampingmu. Apapun yang terjadi nanti, kita hadapi sama-sama."

Seulgi menunduk. Menggigit bibir dalamnya ragu. Tapi, saat itulah matanya melihat bagaimana Jimin menggenggam tangannya. Bagaimana Jimin mengusap lembut tangannya. Kehangatan yang tangan Jimin berikan sedikit menenangkan hati Seulgi. Menghilangkan keraguan di hatinya.

Seulgi mendongak, menatap jimin dengan senyum hangat.

"Ayo kita berkencan. Apapun yang terjadi nanti kita hadapi sama-sama," ucapnya mantap.

Jimin tersenyum. Tangannya merogoh saku mantel dan mengeluarkan sepasang kalung dengan sebuah cincin sebagai liontinnya.

Seulgi terkesiap. Tangannya menggapai kalung yang Jimin perlihatkan. Sederhana tapi Indah. Apalagi ditengah cincin tersebut terukir nama mereka berdua.

"Kau menyiapkan ini?"

Jimin mengangguk tersenyum. "Tentu saja. Aku sudah menyiapkan ini sejak lama."

Seulgi terkekeh, "kau sungguh niat sekali. Bagaimana jika aku menolakmu?"

Jimin terkekeh. "Maka aku akan menunggumu," ucapnya sambil memasangkan kalung yang bertuliskan namanya pada leher Seulgi. 

"Jika aku tetap menolakmu?" tanya Seulgi lagi sambil memegang kalung yang baru saja Jimin pasangkan.

"Aku akan tetap menunggumu. Mengajakmu kencan setiap hari, menerormu dengan ajakan kencan setiap waktu sampai akhirnya kau bosan dan menerima ajakan kencan ku," ucap Jimin sambil memberikan kalung bertuliskan nama Seulgi untuk gadis itu pasangkan pada lehernya.

Seulgi terkekeh dan menerima kalung yang Jimin berikan kemudian memasangkannya pada leher lelaki itu.

Setelah memasangkannya, keduanya saling tatap. Binar bahagia terlukis jelas di kedua mata mereka. Bohong jika Seulgi tidak bahagia. Mesikupun pada awalnya dirinya takut menerima ajakan Jimin, tapi saat ini Seulgi merasa lega. Pilihannya terasa tepat. Rasanya untuk Jimin bukan sekedar sebuah lelucon.

"I love you."

Seulgi tersenyum. "Love you too."

To be continued

With Love
Dejiidel

What If We... - SEULMINWhere stories live. Discover now