Sky

913 143 160
                                    


Gadis kecil dengan mantel merah muda yang sedang bermain di perosotan itu adalah salah satu kebahagiaan yang selalu manjur meluruhkan penatku.

Lihat betapa dia bergembira bersama teman-temannya bergantian menaiki persosotan itu. Tawa cerianya adalah bagian dari hari-hariku.

Kami beri nama gadis itu Ha Neul, dengan marga sesuai dengan ayahnya, Byun.

Ha Neul artinya langit. Langit yang menyajikan cerah bahagia bagi siapapun yang memandangnya.

Pun jika kadang musti mendung, hujan, badai, atau bahkan dingin serta mencurahkan salju yang membekukan raga dan hati, akan ada masa dimana langit itu cerah kembali, bukan?

Saat nama itu muncul di kepalaku lima tahun lalu, aku sangat antusias mengusulkannya kepada ayah Ha Neul dan tentu saja disambut wajah bahagia dari lelaki itu.

Korea memang sudah memasuki musim dingin, meski salju pertama musim ini belum turun. Itulah mengapa orang-orang nampak mengenakan mantel mereka. Mantel berwarna cream ini adalah salah satu mantel favoritku, Ha Neul selalu memujiku ketika aku mengenakan mantel ini.

"Ha Neul-ah, pelan-pelan!" seruku melihat bocah dengan rambut yang diikat model ekor kuda itu baru saja hampir terpeleset di tangga persosotan. Ia hanya terkekeh melihat wajah cemasku, aku menggeleng pelan.

Ha Neul sangat mirip dengan ayahnya.

Wajahnya, senyumnya, juga perangainya yang seakan tak pernah kehabisan tenaga untuk bermain. Buktinya nyaris setiap hari usai jam belajar di sekolah selesai, ia masih punya banyak energi untuk menjajaki semua permainan di taman bermain ini.

Terhitung setengah jam saja perosotan itu telah sekian puluh kali ia naiki hari ini. Sebentar lagi mungkin ia akan bermain jungkat-jungkit di sudut sana, membuat istana pasir bersama teman-temannya di kotak pasir yang terletak di dekat perosotan atau bermain ayunan yang sekarang aku duduki.

Gadis itu kini nampak terburu-buru menghampiriku. Ada asap mengepul keluar dari bibir tipisnya sebab hawa dingin. Napasnya agak tersengal kelelahan. Jelas sekali ia hendak mengambil minum di dalam tas bergambar unicorn yang kini aku bawa.

"Kau mau minum, princess?" tanyaku sembari menyodorkan botol air berwarna ungu ini.

Ia mengangguk lantas meraih botol itu.

"Duduk, sayang. Minumnya sambil duduk," lanjutku menepuk ayunan yang ada di sebelah kananku.

Gadis itu patuh, duduk di ayunan kemudian barulah membuka botol itu. Ia meminumnya buru-buru, bahkan beberapa tetes air itu meluncur pada bagian luar bibir mungilnya. Aku menahan tawa, demi apapun dia sangat menggemaskan.

Ia mengusap sisa minuman pada sudut bibirnya dengan lengan kirinya. "Terima kasih!"

"Sama-sama, Sayang," balasku membelai surai gadis kecil itu juga lantas mengusap sudut bibirnya.

Ayahnya memang sangat telaten mendidik Ha Neul untuk terbiasa dengan kata-kata "permisi", "maaf", "minta tolong" dan "terima kasih" sedari dini.

Supaya anggun seperti aku, katanya. Ck, dasar pria gombal.

Ah, ngomong-ngomong kenapa Baek Hyun tak kunjung datang? Kami sudah menunggu lima belas menit lebih lama dari biasanya.

Kalau bukan karena Ha Neul yang bersamaku, sudah habis riwayat Hyun kena omelanku karena ia tak datang tepat waktu.

Gadis kecil di hadapanku ini masih mengembangkan senyum manis yang serta merta membuatku merasa teramat bahagia. Garis senyum yang mengingatkanku pada momen pertama Hyun dan aku bertemu di sekolah menengah.

Sky | Byun Baek HyunOnde histórias criam vida. Descubra agora