New Friends with an Old Meeting

178 24 4
                                    

: "Menurutmu, definisi hujan itu seperti apa?"

: "Hujan hanyalah salah satu dari puluhan hal menyebalkan yang aku hindari."

: "Kenapa? Aku suka hujan. Rintik air di atas genangannya itu tampak menenangkan."

: "Aku benci ketika bajuku terasa lembap karena terbasahi oleh air hujan itu..."

: "... Meskipun begitu, aku tetap menyukai hujan kok."

: "Tadi kau bilang, kau menghindari hujan!"

: "Memang. Menghindari bukan berarti tidak suka..."

: "... Hujan selalu mengingatkanku padamu. Oleh karena itu, aku akan tetap menyukainya meskipun mengecualikannya dalam daftar cuaca favoritku."

~Here; I'm Waiting For You~

Meskipun sudah bertemu dengannya, menatap matanya, melihat senyumnya, rasa terkejut tetap saja ada.

"S-Shikadai," menoleh ke arah Shikadai, aku memasang raut wajah bingung sekaligus terkejut dan sejenak menunggu respon darinya.

Anak laki-laki bernetra hijau itu kemudian mendecak, "mendokusai."

"Baiklah anak-anak, hari ini kalian kedatangan teman baru lagi. Bertemanlah dengan baik!"

"Ha'i sensei!"

...

"Ku rasa itu adalah universitas paling bergengsi yang ada di Jepang,"

Seraya melipat kedua tangannya di belakang kepala, Inojin kemudian menyandarkan punggung mungilnya pada sandaran kursi kantin. Sedari pagi, Cho-cho dan Inojin terus menerus membahas tentang universitas terkenal yang ada di Jepang. Dan tentunya universitas bergengsi dengan bayaran yang tinggi.

Alasan mereka mengumpulkan info beberapa nama universitas ternama, hanya untuk membantu mereka supaya memiliki sedikit bayangan untuk minat mereka nantinya. Yah walaupun masih ada waktu 1 tahun, bukankah lebih cepat meyakinkan minat, akan lebih baik?

Aku sendiri sudah memutuskan untuk berkuliah di universitas Tokyo dan mengambil jurusan ekonomi dari jauh-jauh hari. Itupun terjadi karena ayah yang mengarahkanku.

Hidupku ini cukup membosankan bukan? Setelah tamat kuliah, aku akan ikut dengan ayahku untuk bekerja di perusahaannya kemudian melanjutkan sisa hidupku yang entah akan ku habiskan untuk apa. Tidak mungkin jika aku kembali berkuliah lalu mengambil jurusan kedokteran untuk membantu pekerjaan ibuku bukan?

Aku tidak sekurang kerjaan itu.

"Sudahlah, kepalaku jadi pening memikirkan ribuan universitas terbaik di negara ini. Jika terus kau bandingkan, itu semua tidak akan berujung," Cho-cho menghelakan nafas seraya membuka bungkusan kripik kentang favoritnya. Jemari tangannya bergerak mengambil seiris keripik kentang tipis rasa kaldu yang tampaknya krispi.

"Memang menurutmu, topik apa lagi yang cocok untuk kita bicarakan?"

"Laki-laki tampan seperti Shinki misalnya atau apapun itu terserah padamu."

Here; I'm Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang