03. Lebih Baik

1.3K 205 8
                                    

Happy reading❤


"Jadi gimana keadaan adik saya dok?" Tanya Marvin kepada seorang dokter dengan ekspresi khawatir.

"Pasien mengalami shock berat dan sepertinya akhir-akhir ini dia kelelahan yang menyebabkan pasien mengalami demam tinggi. Tapi dia tidak separah yang dibayangkan, pasien hanya butuh istirahat total dan juga minum obat." Jawab dokter itu ramah.

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih dokter." Mark menghela napas lega.

"Ya sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu, mari..." dokter tersebut lalu pamit dari hadapan Marvin.

Marvin membalasnya dengan tersenyum kepada dokter tadi.

Meskipun sudah mendengar pernyataan dari dokter, Marvin masih belum merasa tenang karena Jihan belum juga siuman dari pingsannya.

Jihan jatuh pingsan saat Marvin dan ketiga kakaknya berdebat tadi. Marvin panik dan langsung membawa Jihan ke rumah sakit. Syukurlah tak terjadi hal yang begitu serius kepada Jihan. Meskipun begitu, ia harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Marvin memasuki ruangan dimana Jihan berbaring lemah. Ia duduk di kursi tepat di samping bangsal. Marvin mengambil tangan Jihan yang terbebas dari selang infus lalu mendekapnya dengan kedua tangannya.

"Kamu capek ya?" Marvin kemudian bersuara.

"Kamu capek sama perlakuan ketiga kakak kamu? Kalo iya bilang dong sayang. Kamu gak sendirian, ada kak Mark kok disini yang bakal selalu ada buat kamu" lalu Mark mengecup dahi Jihan.

"Gak apa-apa, capek itu wajar. Gak apa-apa untuk istirahat sebentar tapi jangan sampe berfikir untuk menyerah, oke?"

Entah sudah berapa kali Marvin mengatakan hal seperti itu, mungkin terdengar basi tetapi hanya itu dan pelukan hangat yang bisa Marvin berikan untuk menenangkan Jihan. Toh, Marvin juga tak punya hak untuk mengambil hak asuh dari Juan dan adik-adiknya karena ia hanya orang asing.

Meskipun begitu, hal kecil yang diberikan Marvin untuk Jihan sudah lebih dari cukup.

🍂🍂🍂

Matahari sudah muncul menggantikan bulan yang sudah menemani malam yang sepi nan sunyi dan menghapus segala sedih yang terjadi kepada malam serta membawa ceria di hari yang baru.

Jihan sudah terbangun pagi ini, ia melihat punggung laki-laki di depannya yang sepertinya sedang melakukan sesuatu.

"Kak Marvin." panggil Jihan

Lalu Marvin menoleh ke kebelakang.

"Hey, sudah bangun? Feeling better now?"

Jihan menganggukan kepalanya pelan lalu ia berusaha untuk duduk.

"Mau duduk? Sini kakak bantuin."

Marvjn membantu Jihan untuk duduk lalu ia mengganjalkan bantal di belakangnya.

"Kapan Jihan bisa pulang dari sini?" Tanya Jihan to the pont.

Marvin menelungkupkan pipi Jihan dengan kedua tangannya. "Hey, you still sick. Kamu harus sembuh dulu baru nanti kita pulang terus main bareng lagi ya."


"Tapi kak-"

"Kenapa? Kamu mikirin ketiga kakak kamu di rumah? Udah jangan mikir yang lain dulu. Lagian mereka juga sudah besar, masa orang yang sudah besar bergantung sama anak umur 14 tahun." Sebenarnya Marvin masih sedikit geram saat membicarakan ini perihal kejadian kemarin.

[✓] "𝗛𝗜𝗥𝗔𝗘𝗧𝗛"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang