Kesepakatan (2)

349 65 96
                                    


"Sialannnnn!!!! Mau sejauh apa kita berjalan kaki!! Ini sudah hampir 6 jam!" Samatoki mengumpat untuk yang kesekian kalinya dalam 1 jam terakhir. Matahari sudah siap tenggelam di ufuk barat meninggalkan singgahsana nya.

"Belajarlah dari Riou dan berhenti mengeluh, ban*sat." Jyuto yang entah karena terlampau lelah atau gimana tiba-tiba mengucapkan kata mutiara itu. Pria itu melepaskan kacamata nya dan menekan-nekan pelipisnya.

"Beren*sek! Jika kita sudah sampai disana ingatkan aku untuk mematahkan batang hidungmu itu!" Samatoki menatap Jyuto tajam. Yang ditatap hanya menghela napas tidak peduli.

"Shoukan bisa bertahan sejauh ini berkat latihan berat yang shoukan hadapi sejak dini. Ditambah juga dengan asupan bernutrisi tinggi yang berasal dari telur semut merah yang kaya akan protein. Jika kalian mau shoukan dengan senang hati memasakkan nya." Ungkap Riou santai.

Samatoki dan Jyuto memasang ekpresi yang tidak terdefinisi.

"Hah...tidak perlu, masih banyak bahan makanan lain yang bisa kita konsumsi." Jawab Samatoki cepat.

"Samatoki benar. Kau tidak perlu repot-repot." Jyuto mengiyakan.

"Shoukan sama sekali tidak merasa direpotkan, apalagi dengan situasi seperti ini. Bahan makanan sangat minim, kita harus bisa mengurangi konsumsi pokok demi orang yang lebih membutuhkan."

Jyuto memijat keningnya kuat-kuat. "Astaga, kenapa kau jadi sangat cerewet..."

"Jangan pikirkan hal itu sekarang, Riou. Saat ini kita harus fokus untuk sampai di pos pengungsian." Samatoki menambahi, mencoba menahan diri.

"Tapi...."

"Wah...wah... Tampaknya situasi kalian cukup mengenaskan ya..." Seorang wanita berambut putih sebahu menyeringai tipis.

Kedua bola mata ruby Samatoki membulat, "Ne-Nemu?"

Gadis bernama Nemu itu menaikkan pandangannya, menatap Samatoki lurus. "Ya, Nii-chan?"

"Jyuto! Tampar aku sekarang juga!!" Bentak Samatoki.

"Hah-"

"Lakukan aja bangkee!!!" Samatoki membentak lagi ketika melihat ekpresi congo si polisi.

Jyuto mengangkat bahu. "Yah, baiklah...."

'PLAKKK!!'. Tamparan Jyuto yang gak pake rem dan perkiraan mendarat keras di pipi si albino.

Samatoki menunduk, rambutnya yang panjang menutupi matanya. Dalam sekali sentak, pria itu mencengkram kerah kemeja Jyuto. "Wanjjiirrrr!!!!! Gue nyuruh nampar buat nyadarin gue dari mimpi!! Bukan bunuh gue ban*sat!!"

Riou maju melerai kedua kawannya. "Sudah, sudah...yang terjadi biarlah terjadi. Samatoki-san, tolong jaga ucapanmu. Kasihan jika ada author yang mau menulis kisah kita dan terpaksa menulis semua toxic yang kau lontarkan itu. Waktunya terbuang hanya untuk mengedit kata-kata toxic itu."

"Cuih! Kau selamat kali ini kelinci!"

"Aku ga minta ampunanmu kuda!"

Nemu yang sedari tadi memperhatikan keributan mengehela napas dalam. 'Sial sekali nasibku karena harus menghadapi mereka. Kuda, kelinci dan orang utan. Aku merasa menjadi pawang kebun binatang.'

"Kalian bertiga, dengarkan aku baik-baik. Aku hanya akan mengatakan ini sekali dan aku tidak sudi mengulanginya."

Ketiga pria itu terdiam, siap mendengarkan Nemu dengan seksama.

"Aku akan memberikan sebuah penawaran."

"Apa itu, nona manis?" Sambut Jyuto diikuti tonjokan keras dari Samatoki.

"Chuohku memiliki sebuah apartemen mewah di sebuah daerah kecil. Kami akan membiarkan kalian tinggal di apartemen itu. Bahkan lebih dari itu. Ada bahan makanan, pakaian dan segala keperluan hidup kalian. Kami akan menanggung semuanya." Lanjut Namu. "Sebagai gantinya, kami ingun kalian bekerja untuk kami."

Riou maju selangkah. "Bukannya rap battle sudah berakhir? Apa yang kalian rencanakan?"

Nemu tersenyum tipis. "Aku tidak bisa memberi tahu kalian."

"Pst, Samatoki..." Bisik Jyuto.

"Ha?"

"Menurutku kita harus menerima tawaran ini."

"Kenapa begitu? Aku tidak sudi jadi budak Chuohku."

"Coba pikirkan baik-baik. Dengan tinggal disana, itu berarti kita bisa berada dalam jarak yang dekat dengan Chuohku. Tau apa artinya? Kita punya kesempatan untuk menyelamatkan adikmu!" Jelas Jyuto.

Samatoki tampak berpikir. Kerutan didahinya terbentuk seperti lipatan kertas.

"Dan ini yang paling penting." Sambung Jyuto.

"Apa?"

"Disana ada bahan makanan yang normal. Kali ini kau paati mengerti kan?"

Samatoki dan Jyuto menoleh kearah Riou yang menatap mereka bingung. "Apakah ada sesuatu yang salah di wajah shoukan?"

"Kau benar, Jyuto." Jawab Samatoki sambip bergidik ngeri.

"Jadi? Bagaimana? Apa kalian akan menerima kesepakatan ini?" Nemu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Samatoki mengangguk mantap, "Tantu saja!!"

To be continue...             


Woah, dah lama banget gak update!

Maaf yang sudah lama menunggu. Sekali update cuma +500 word. Maaf ya... Ini juga kebut ngerjainnya_–

Padahal sebenarnya draf untuj bab ini dah lama selesai, cuma ilang yalord....

Jadilah aku menulis ulang berdasarkan ingatanku tentang draf kemarin. Aku merasa banyak hal yang beda antara cerita ini dengan draf yang kubuat sebelumnya, tapi yah sudahlah....

Maaf jika ditemukan hal hal aneh bin nyeleneh...

Silahkan comment dan vote ya....

Sampai jumpa lain waktu





3 November 2020


Ichilita


Apartement HypmicWhere stories live. Discover now