tiga puluh tiga

3.2K 808 15
                                    

"Salah kalian" bantah Sloan.
"Kalian lah yang memasukkan aku kembali dalam permainan kalian.
Apa kalian pikir bisa memasukkan dan mengeluarkan aku sesuka hati?
Aku bukan boneka bodoh!" bentaknya diakhir kalimat.

Amtef tidak mampu menjawab kata-kata sloan.
Hanya wajah dan bola matanya yang semakin merah.

Razan mengabaikan perdebatan kedua orang tersebut.
Dia memikirkan hal lain.
"Papa!" panggil Razan.
"Kemana Kiami pergi?
Sejak kapan?
Siapa yang mengurusmu selama dia tidak ada?" cerca Razan risau.
"Benarkah dia tega meninggalkanmu sendirian?"

Amtef menatap tajam Pada Razan.
"Bukan urusanmu. Aku bukan orang cacat yang butuh diurus.
Kiami bebas mau pergi kemana saja, dia bukan budakku! "

"Aku tahu dia bukan budakmu" jawab Razan.
"Aku bertanya karena aku khawatir. Seharusnya dia tidak meninggalkanmu. Bagaiamana kalau terjadi sesuatu padamu"

Amtef mendengus, tertawa kasar.
"Apa yang akan terjadi padaku?" ejeknya.
"Tidak kah kau melihat kalau aku baik-baik saja, Tidakkah bocah sombong ini bilang padamu kalau aku sudah membohongimu.
Aku sudah nyaris sembuh"
Dia terdiam sejenak.
"Tidak! tidak. bukan nyaris tapi aku pasti akan sembuh!. Aku akan hidup seratus tahun lagi"

Razan mengangguk tenang.
"Aku tahu, Sloan sudah mengatakan semuanya.
Tapi aku tetap mengkhawatirkan mu. Bagaimanapun kau adalah papaku"

"Aku bukan papamu!" teriak Amtef menepuk meja.
"Aku tidak punya anak sepertimu. Kau bukan darah dagingku! "

Mata Razan membesar, darah surut dari wajahnya, Sloan meremas tangannya.
Ingin sekali Sloan membawa Razan pergi dari sini padahal dia sendiri yang berkeras membawa Razan ke menemui pria tua tidak berguna ini.

"Papa jangan mengatakan hal seperti itu. Kau boleh marah tapi jangan sampai seperti ini" mohon Razan membuat hati Sloan sakit.

Amtef menggeleng tak percaya.
"Kenapa kau begitu bodoh?" desisnya.
"Aku sedang bicara kenyataan.
Itukan yang membuatmu datang ke sini, kau ingin mendengar alasan kenapa aku tidak pernah menyukaimu?"

Jantung Razan seakan berhenti berdetak, napasnya menciut dan berat.
"Tidak!" bisiknya tidak berdaya.. "Kau bohong. Kau hanya mau membuatku sakit hati. Kau hanya ingin melepaskan kesal karean Kiami kabur meninggalkanmu. Kau hanya ingin mencari pelampiasan"

Amtef tertawa.
"Tanyakan saja pada bocah kaya itu, apa aku berbohong atau tidak" katanya penuh kepuasan saat melihat Razan perlahan menoleh pada Sloan dan bertanya lewat sorot matanya nya yang basah.
Sloan tidak perlu mengatakan apapun, Razan sudah tahu jawabannya saat melihat mata pria tersebut yang terlihat menderita untuk nya.

"Oh.. Papa" isak Razan.
"Haruskah kau mengatakannya saat ini. Kenapa kalian membuatku harus mendengarkan ini" sesal Razan pada dua pria yang ada di sebelah dan di depannya.
Bagi Razan hal ini adalah yang paling melukainya selama dia hidup.

"Maafkan aku" parau Sloan meremas jari Razan.
"Aku pikir kau harus tau ini. Akan banyak yang terjadi berikutnya dan kau harus kuat untuk itu kau perlu tau segalanya"

Razan mengabaikan Sloan.
Dia sedikit kesal pada Pria ini yang terlalu mendesaknya.
Kalau mau jujur, Razan sama sekali tidak siap atau menduga serangan satu ini.
Ada banyak hal yang dia pikir jadi penyebab kebencian pada, tapi tidak sekalipun dia memikirkan hal ini.

"Kalau aku bukan anakmu, jadi aku ini anak siapa?" tanyanya mencoba kuat.
Dia sudah disini, sudah terlanjur tau jadi lebih baik menuntaskan semua nya saja.

Papa mengangkat bahu.
"Aku tahu ibumu. Dia seorang gadis muda yang jadi pembantu di rumah kami dulu, menjadi asisten rumah tangga di saat umurnya belum layak"

(Repost) Mencoba Untuk Tidak Mencintai #one Night Stand (Book1)Where stories live. Discover now