Final..

461 45 15
                                    

"Sepertinya ada yang salah," para pemain ekskul sepak bola sudah bermain serampangan sejak tadi, Kakashi bahkan hanya berdiri bersandar pada gawang lawan. "Naruto sensei, sedang mengabaikan kita?" "Tidak-tidak" "Coba taktik itu" mereka semua mengangguk setuju.

"Obito!"

"HEH? AKU?" ucap Obito terkejut, dia sendiri hanya ikut mengangguk tanpa tahu rencananya.

"Cepat lari ke arah gawang"

"O-Oke" jawab Obito sembari berlari menjauh, apa mereka tidak mau melibatkannya?

"Tembak" teriak seorang anak.

Ketika Obito melihat ke belakang untuk melihat keadaan, wajahnya dihantam telak oleh bola. Sial dia dijadikan tumbal lagi.

"SENSEI! OBITO TERPELESET DAN SEPERTINYA MELUKAI KAKINYA SENDIRI" teriak kapten tim. Sebenarnya dan seharusnya Naruto sudah meniup peluitnya ketika anak-anak berkerumun tidak wajar, kemudian teriakan tembak tapi sepertinya Naruto berada di dunia lain sampai Obito terkapar.

"APA!?" kali ini Naruto tersadar dan sudah melihat kembali dunia. Salah satu pemain terbaiknya tidak boleh terluka sebelum babak penyisihan. Naruto segera berlari bersama tas besarnya, "Kau beg- kenapa yang merah wajahmu?" tanya Naruto heran.

Obito hanya memberikan jempol pada timnya, yang berarti memang ada yang salah dengan Naruto sensei, yaps sebelum dia pingsan.

"SUDAH KAMI DUGA?" "SENSEI APA KAU BERNIAT MEMBUAT KAMI MENANG?" "INI TAHUN TERAKHIR KAMI BERMAIN DISINI, MASA DENGAN KEGAGALAN?" "SENSEI?!"

Serbuan anak-anak membuat Naruto sadar, dia barusan sudah mengabaikan anak didiknya. "Maaf, sensei sedang memikirkan kesenangan sendiri." ucap Naruto menyesal, Obito sudah bangun berkat tamparan dari Kakashi yang sekuat tenaga, dan merinding berikutnya, ah dia tidak pernah belajar dari kesalahannya.

Kesenangan apa? Anak-anak itu mulai berkerumun dengan wajah ingin tahu, Naruto menutup wajahnya malu tapi kemudian. "Ini bukan hal yang bisa kalian dengar dan aku bagikan pada kalian?!" teriaknya kesal.

"Kami tahu" "Iya, iya" "Kau berhasilkan?"

A-anak muda jaman sekarang mengerikan. Naruto menelan ludahnya susah payah, dan hanya mengangguk.

"Akhirnya, sensei menjadi pria sejati dengan mengatakan aku mencintaimu pada Hinata sensei" teriak mereka lega.

"Aku belum mengatakan apa-apa?"

"HAH" sia-sia mereka mengirim Deidara untuk mengintai sampai mereka masuk love hotel, tapi bukannya ehem-ehem. "TRUS APA GUNANYA LOVE HOTEL KEMARIN?"

CRING! Jadi apa yang Naruto dengar ini bukanlah bohong belaka atau tebakan semata? "KALIAN SUDAH SIAP MENERIMA APA YANG AKAN AKU LAKUKAN PADA KALIAN SAAT INI JUGA?" ucap Naruto bagaikan suara dari langit, kilat silih bersahutan dan angin mulai bertiup kencang. Anak didiknya menggali kuburannya sendiri.

"Kapten lakukan sesuatu?" ucap salah satu anak, lututnya sudah lemas. Padahal mereka hanya ingin Naruto fokus sampai turnamen selesai. "Sa-sabar Naruto sensei" tapi suaranya mencicit tak jelas.

"Sensei, Mau taruhan?" ucap Kakashi tiba-tiba muncul bagai seorang pahlawan yang masih memiliki banyak energi, "Kalau kami berhasil sampai semi final sensei harus berteriak dari tengah lapangan 'aku mencintaimu' pada Hinata sensei." soalnya kalau sampai final, rasanya terlalu menjudi. Mereka baru sekali masuk final, dengan keberuntungan sebagai kuda hitam tentunya.

"Kenapa begitu? Aku tida-"

"Dengan begitu kami punya motivasi menang meski sensei bakalan tidak fokus seperti tadi lagi" potong Kakashi, dan wajah-wajah puas akan tawaran Kakashi nampak dari teman-temannya.

Couple Crack!Where stories live. Discover now