juni 2020

281 78 3
                                    

"Masih belum mau ngerespon?" tanya Mark waktu lagi ngumpul sama anak-anak himpunan di kontrakan Jeno buat ngebahas acara liburan yang bakal dimulai besok.

Haechan menggeleng pelan. Bener-bener gak ada ide lagi buat gimana caranya ngajak Sunny —atau at least bikin cewek itu keluar dari rumah. Haechan khawatir, jujur aja. Dan kalo gini caranya, dia gak bisa gak nyalahin diri sendiri sejak kejadian dimana ngaku ke Pak Taemin dan bikin Sunny gak pernah keluar rumah. Isinya nyesel.

"Nyerah aja gue kayaknya, Bang," kata Haechan.

"Eh, gila lo!" Mark melotot.

Haechan cemberut. "Susahhhhh," keluhnya. "Gak mau gue bikin anak orang segininya. Sedih sendiri gue."

"Ya lo hibur dia, kek. Jangan malah ditinggal," kata Mark.

"Ya dia aja gak mau tue hibur, terus gue musti gimana coba?"

"Eh itu anak kunyuk malah ribut berdua, ini bapak ketua mau ngomong," celetuk Yohan yang duduk bersila di atas sofa, mandang Haechan sama Mark yang duduk berdua di pojokan. Lagi serius diganggu, mana manggilnya anak kunyuk. Sialan.

"Iya, ngomong aja gue dengerin," sahut Mark.

"Jen, ngomong, Jen," kata Yohan lagi. Jeno nyengir. Padahal dia tau kalo Mark dan Haechan lagi agak spaneng gara-gara orang yang sama. Niat dia gak mau ganggu, tapi malah Yohan yang mancing. Ya udah.

"Gue buka ya, briefingnya," kata Jeno. "Selamat malam, temen-temen."

"Malaaammmm~~"

"Le, lanjutin."

Chenle yang duduk di sebelah Jeno nengok bingung. Sementara Yohan misuh-misuh. "Lah, begitu doang??"

"Iya, kan gue ngebuka doang, hehe." Jeno beringsut turun dari sofa, abis gitu gantian Chenle yang ambil tempat.

Setelah itu, acara briefing dimulai. Semua nyimak, soalnya ini penting banget yang dibahas; mulai nanti berangkat jam berapa, akomodasi, do and don't nanti di villa, dan masih banyak lagi. Karena ini acara liburan biasa, jadi santai aja, gak perlu banyak aturan. Cuma ya tetep aja gak boleh seenaknya.

"Oke, gitu aja," kata Chenle mengakhiri apa aja yang harus dia sampein. "Karena kan ini banyak banget, ada satu dua tiga empat lima —23 orang ya yang ikut? Udah gue sewain mini bus biar bisa berangkat bareng, biar gak mencar dan jadi acara saling mencari. Gue juga bawa mobil, nanti bisa lah 3 orang bareng sama gue, sisanya naik minibus."

"Yang ikut elu yang jomblo aja, yang jomblo!" sahut Jaemin.

Semua orang langsung nengok Haechan sama Mark.

"Anjir," umpat Mark lirih, abis gitu nyengir pait. Yohan yang ngakak kenceng.

"Pas itu, Bang Mark temenin Chenle nyupir, Haechan sama Seoyeon biar pemantapan di belakang," kompor Sanha. Seisi kontrakan langsung riuh.

"Kaga, kaga! Gue mau bawa motor. Nitip barang aja di elu, Le," sahut Haechan.

"Ohh~ mau boncengan sama Seoyeon?" sahut Sanha. "Wah, ini mah emang kaga bisa diganggu gugat."

Haechan mau misuh gak jadi, soalnya di seberang si Sanha udah dijambak sama Seoyeon.

"Yakin lu motoran?" tanya Chenle.

"Iyaa," sahut Haechan. "Maksud gue tuh, seenggaknya ada satu atau dua motor, biar kalo ada apa-apa kan enak gak usah pake kendaraan gede."

"Gue bawanya cuma Jazz, kok."

"Pokoknya gue bawa motor," kukuh Haechan.

"Ya udah, deh. Terserah lu aja," kata Chenle.

Percakapan masih berlangsung, tapi lebih ke ngobrol santai aja sih, karena briefing udah selesai juga.

[2] Sunset ✔Where stories live. Discover now