23

71 3 0
                                    

Wijaya yg kembali dan melihat putrinya sudah sadarkan diri dia sangat bersyukur dan sangat bahagia

"Sayang, sayang kamu udh sadar?? Gimana ada yg dirasa? Pusing? Mual? Atau apa?" Ucap wijaya panjang lebar dan itu membuat jihan muak

"Gausah berisik!" Ucap jihan ketus

"Jihan papah khawatir banget sama keadaan kamu nak"

"Khawatir?! Serius?!"

"Iyaa papah sangat serius"

"Kalo lo khawatir sama gua pasti lo akan nungguin gua sampe sadar disini. Tapi apa? Pas gua sadar lo gada di sini" ucap jihan yang sangat kesal dengan papahnya itu

"Maafin papah na, papah di minta sama mamahmu untuk ke kantor karna ada berkas yg harus di tanda tangani"

"Noh kan, itu salah satu bukti kalo lu ga perduli sama gua lu lebih mementingkan perkejaan, dan istri tercinta lo gua yg lagi sekarat gini lo tinggalin gitu aja" ucap jihan dengan air mata yang mengalir

"Jihan tolong ngerti" ucap wijaya lirih

"Gua udh berusaha buat ngertiin lo tapi Lo sendiri ga pernah ngertiin gua, oke gua mau istirahat lo tolong keluar dari sini"

"Papah akan tunggu di sini nemenin kamu tidur" ucap wijaya

"Gua bilang keluar dari sini" ucap jihan yg masih menahan emosinya

"Ga papah mau di sini, kamu itu berlian nya papah sayang kamu itu salah satu kenangan papah bersama almarhum mamahmu rania"

"GUA BILANG PERGI PERGI!" teriak Jihan dan itu membuat wildan kaget di luar ruangan dan langsung masuk ke ruangan

"Jihan lo kenapa?" Ucap wildan khawatir

"Lo tolong usir dia dari sini, gua muak liat mukanya" ucap jihan kepada wildan

"Om mending om keluar dulu dari sini"

"Wildan apa salah kalo om mau jagain jihan disini?"

"Om ga salah, ga salah sama sekali tapi om harus ngertiin kondisi jihan saat ini, dia lagi ga boleh stress"

Wijaya pun menghela nafasnya kasar, ia menatap putrinya itu yg sedang memalingkan wajahnya darinya dan berkata

"Oke om akan keluar tolong jagain dia wildan"

"Pasti om" setelah jihan memastikan bahwa ayahnya benar benar sudah keluar tangis nya pun pecah sampai badannya berguncang

"Hei jihan lu ga boleh begini lo harus istirahat, jangan nangis"

"Dan gue ga habis pikir lagi sama dia dia bilang sayang sama gua tapi dia ga pernah buktiin itu dan, gua cuma mau bukti dari dia kalo dia sayang sama gua tapi nyatanya apa?" Ucapnya sambil menangis, karna ga tega Wildan memeluk tubuh jihan yg masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit, walaupun ia sangat anti dengan infus, jarum suntik, dan hal hal yg berbau peralatan rumah sakit ia harus berani karna ada adik nya yg sedang sedih

"Lo gausah sedih ada gue disini, sekarang pokoknya lu harus sembuh dulu" ucap wildan dan jihan hanya mengangguk

Kini gilang dan ibunya sudah pulang karna hari sudah sore menjelang malam, Gilang sangat penat, tapi mau bagaimana memang sudah takdirnya hidup yang serba terbatas namun ia harus tetap bersyukur karna masih ada bundanya yg sangat menyayanginya, ia membersihkan dirinya setelah itu ia beristirahat sejenak sambil menunggu azan magrib

"Gilang, kamu ke masjid?"

"Iya bun" lasma pun sangat kagum dengan anaknya, ia tahu gilang kelelahan namun ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim

Setelah sholat magrib dan isya di masjid akhirnya mereka berdua makan malam bersama dengan lauk pauk seadanya yaitu tempe telur dadar, dan sambal, menurut gilang mau ia makan pakai garem aja yg penting ada bundanya itu terasa sangat enak, memang gilang ini sangat bucin kepada lasma sang bunda, baginya bundanya itu segalanya, sang superhero nya, dan penguatnya untuk selalu hidup di dunia ini. Setelah makan bundanya pun pamit untuk istirahat, sedangkan Gilang ia masih harus belajar agar biasiswa nya ga di cabut dan juga ia akan mengikuti lomba yang diadakan 3 minggu lagi

Jam pun sudah menunjukkan pukul 10 malam, gilang pun sudah selesai belajar sekarang ia bergegas tidur karna besok ia sudah sekolah, namun ia tidak bisa terlelap, jika ia memejamkan matanya terlintas ada wajah jihan yg tersenyum manis ke arahnya dan itu sangat menganggu pikirannya

" Lo ngapain sih hadir di hidup gua, lu selalu ngusik gua entah itu di sekolah dimana pun pasti lu selalu ngusik gua, sekarang gua mau tidur aja ga bisa" ucap gilang ia kesal karna terbayang bayang muka jihan, ia sekuat tenaganya untuk memejamkan matanya namun tidak berhasil

Sedangkan di rumah sakit jihan sudah terlelap namun ia bermimpi bahwa gilang menghampirinya dan memeluknya, dan disitu jihan sangat bahagia, mereka berdua tersenyum satu sama lain seperti sepasang kekasih yang sangat bahagia, dia pun langsung bangun karna mimpi yang absrud nya, ia bangun dan sudah ada ayahnya di sofa, ia tak tega karna ia tahu pasti tidak nyaman untuk tidur di sofa dan tidak leluasa, dan ayah nya tidak memakai selimut pasti ia ke dinginan, karena kasihan akhirnya jihan pun turun dari ranjangnya dan memberikan selimutnya Jihan pun tersenyum dan ia berkaca kaca melihat kerutan pada wajah ayahnya ia menyadari bahwa ayahnya sudah berumur dan ia tak mungkin bersikap seperti ini terus menerus

"Maaf" ucap jihan lirih, sangat lirih dan hampir tidak terdengar, sejujurnya ia sangat menyayangi ayahnya itu, namun karna ada Chintya yg selalu memprovokator ayahnya jadinya ia juga sebel dengan ayahnya yg selalu percaya dengan uler berbisa itu, ia takut ketahuan kalau ia yg menyelimuti ia buru buru pergi ke ranjangnya kembali walaupun itu sangat susah karna ia masih sangat lemas dengkulnya pun tak bisa menopang tubuh nya, dan ia hanya berpegangan dengan besi infusan dengan perlahan ia pun sampai di ranjangnya dan kembali tidur.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hola hola hola!! Happy reading guys jangan lupa vomen aku selalu up nih, semoga suka ya bro!! Sarangheeee🙆🙆 aku kasih purple heart Yee💜💜💜

TROUBLE MAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang