🌹13

42 7 2
                                    

Bintang hanya mengikuti perasaannya tanpa arah yang jelas. Seperti bola yang digiring oleh kaki. Jika ke kanan maka akan ke kanan, jika ke kiri maka akan ke kiri. Begitu terus hingga membuatnya bimbang.

Gadis itu mengetuk-ketukkan penanya pada dasar meja hingga menimbulkan suara bising di tengah hawa dingin. Setelah ujian selesai, belajar seolah tak menjadi daya tarik lagi untuknya. Padahal sebelumnya Bintang mati-matian menghafal berbagai rumus hanya untuk menghadapi ujian.

Bosan? Katakanlah begitu.

Ia berpindah tempat. Dari meja belajar menuju jendela kamar. Bintang menatap arah luar yang sedang diguyur oleh hujan deras. Beberapa kali guntur terdengar bergemuruh, namun tak cukup untuk membuat Bintang terkejut.

Aneh. Disaat seperti ini, Bintang justru memikirkan Han.

Han sedang apa?

Ah, semalam setelah Bintang pulang, ia mendapat 1 pesan dari Han. Pesan itu berisikan kabar yang kurang enak, atau mungkin kabar buruk tepatnya?

Ayah Han masuk Rumah Sakit karena serangan jantung. Tentang bagaimana cerita lengkapnya, Bintang juga tak tahu karena sampai saat ini Han belum membalas pesannya juga.

Bintang menyandarkan kepalanya pada badan jendela. Dinginnya kaca dapat ia rasakan lewat pipi persiknya. Sepi, hanya terdengar rintikan air hujan dalam skala besar. Ia tersigap saat menyadari pintu kamar yang dibuka dari luar. Terlihat Lino masuk ke dalam untuk menghampirinya.

"Aku pikir kamu tidur. " Ucap Lino berbasa-basi.

"Siang-siang tidur? "

"Ya kan lagi hujan. "

Iya juga. Siang pun kalau hujan pasti pilihan nyamannya adalah tidur.

Lino kemudian berdiri di hadapan Bintang, menyaksikan sang Adik yang terdiam meneliti hujan. Lino mengikuti arah pandangan gadis itu karena penasaran, namun tak ada apa-apa di luar sana. Ia pun sadar bahwa Bintang tengah melamun.

"Hey? "

Bintang mengerjapkan matanya panik setelah suara Lino memecahkan lamunannya.

"Kamu ngelamunin apa? " Tanya Lino langsung pada intinya.

Gelengan kepala Bintang menjadi jawaban. Meskipun tak membuat Lino puas. Hening kembali terjadi. Lagi-lagi suara hujan mendominasi.

Sebenarnya, Lino datang kemari bukan tanpa alasan. Ia memiliki 1 hal yang mengganjal dalam hatinya sedari kemarin. Sedikit penyesalan yang Lino rasakan. Mengapa kemarin ia mengucapkan kalimat itu alih-alih bisa mengakui perasaannya? Maka dengan harap cemas, Lino ingin melakukannya hari ini.

"Bintang! " Panggil Lino sembari menggenggam erat pergelangan gadis itu. Membuat Bintang terkejut sekali lagi.

Kalimat Lino terjeda, hampir berangsur 5 menitan. Tidak bohong, Lino gugup hingga matanya terus bergerak panik. Harus dimulai dari mana? Apa tidak jadi saja? Tapi tanggung!

"Ada apa sih, Kak? Mau ngomong sesuatu? "

Lino menganggukkan kepalanya, namun mulut itu tetap saja mengatup rapat menahan suara yang hendak lolos. Ia benar-benar tidak tahu caranya confess.

"Kak? "

"Ya? "

"Mau ngomong apa? "

"Bentar! Aku gugup, jadi mules deh. "

Bintang memutar bola matanya dengan malas. "Yaudah, sana! "

"Nggak! Aku mau lanjut ngomong aja. "

S E C O N D - H O U S E | Lee KnowWhere stories live. Discover now