01 : Sesuatu yang Baru

285 32 3
                                    

"Astaga, cuma seminggu saja kok. Kakak nggak perlu cemas berlebihan begitu."

Memasukkan potongan terakhir kemeja pada koper yang masih terbuka, Taehyung berdecak sembari memandangi layar ponselnya yang menyala. Di sana terpampang wajah kakak laki-lakinya yang sempat-sempatnya menelepon dan bertingkah cerewet saat jam makan siangnya. Beberapa orang tampak berlalu-lalang dengan sibuk, beberapa yang lain menyempatkan diri untuk berhenti, melirik pada layar ponsel sebelum akhirnya melambaikan tangan dan ikut menyapa Taehyung.

"Kalau kau nggak teledor, aku nggak akan secerewet ini juga," Katanya.

Kemudian sekali lagi Taehyung menghela napasnya, dia menutup koper dan menguncinya, menaruh koper besar itu tepat di samping ranjang sebelum akhirnya dengan malas-malasan melemparkan dirinya sendiri ke ranjang, menyangkal tuduhan yang diberikan kakaknya dengan tidak terlalu peduli.

"Aku nggak teledor, Kakak harus berhenti berkata aku teledor. Lalu juga ini cuma perjalanan seminggu, astaga... Aku nggak akan mati. Berhenti cerewet, deh!"

Di seberang sana Kim Myung Soo jelas tidak setuju, dia menaruh sumpitnya dan mulai membombardir Taehyung dengan seribu satu keteledoran yang pernah dia lakukan selama dua puluh enam tahun hidupnya. Balasan bocah itu lagi-lagi hanya decihan, berkata kakak cerewet sekali bagaimana bisa jadi dokter dan kemudian berguling, tengkurap sembari memandangi Kakaknya yang mulai mengambil sumpitnya lagi, melanjutkan istirahat makan siang yang sedikit tenang di tengah riuhnya unit gawat darurat yang ia jaga.

"Serius, nggak perlu khawatir. Aku nggak mungkin kabur dan nggak mungkin bunuh diri juga, Kakak harus berhenti begini. Fokus saja bekerja atau temui ibu sana kalau Kakak mau."

Hening cukup lama, mereka berdua hanya saling menatap pada layar ponsel mereka. Beberapa orang yang tampak duduk di belakang kakaknya satu persatu menghilang, meninggalkan meja kafetaria yang semula tampak hidup dan dipenuhi obrolan, kembali mati dan berdiam diri.

"Hah... apa aku ikut denganmu saja, ya? aku malas sekali kalau besok dibanding-bandingkan dengan ibu yang sudah menikah tiga kali."

Raut wajah serius kakaknya membuat Taehyung menjerit, panik. Bangkit dari tidurnya, Taehyung dengan terang-terangan menolak ide yang sembarangan kakaknya lontarkan. Tidak. Ini adalah liburan mandiri pertamanya. Taehyung tak akan biarkan kakaknya menghancurkan rencana liburan yang tiga bulan ini telah ia susun susah payah, termasuk hari-harinya lembur untuk kejar setoran naskah sebelum dia memutuskan untuk cuti setahun penuh.

"KAK, NGGAK! AKU NGGAK MAU IBU MENGGOROK LEHERKU!" Mengomel dan merengek, Kim Taehyung terus menerus memberikan alasan pada kakaknya yang gegabah (apalagi mengenai dirinya) untuk tak mengikutinya. Menilik kepribadian kakak lelakinya itu, kalau belum diyakinkan seperti ini Myung Soo tak akan mundur dengan suka hati, dia akan ngotot dan dengan sembrono mengikuti ke mana Taehyung pergi. Jadilah Kim Taehyung dengan semangat membara membela kebebasannya sebagai seorang pria dewasa dan meyakinkan kakaknya untuk tak mengikuti dia.

Lalu begitu, telepon akhirnya berakhir setelah Myung Soo berjanji untuk tak mengganggu perjalanan Taehyung nanti setelah diiming-imingi ciuman di pipi. 

Cukup memalukan untuk dia akui, tapi dia adalah pria dewasa yang seluruh hidupnya dihabiskan untuk menjilat Kakaknya yang kaya raya. 

Selama dua puluh enam tahun (dua puluh tujuh rabu depan) hidupnya, ini adalah pertama kalinya Taehyung bisa melarikan diri. Liburan pertamanya. Bukan tanpa sebab, Taehyung, seseorang yang lebih menikmati bergelung sampai mampus di kamarnya berakhir memilih untuk melakukan perjalanan darat selama seminggu lamanya seorang diri.

Selain karena dia memang lelah sekali, tidak ingin diganggu dan ditagih-tagih tentang novel barunya lagi, pernikahan ketiga ibunya memiliki andil terbesar untuk perjalanan ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tujuh BelasWhere stories live. Discover now