CH.1 The Billionaire

9 2 0
                                    

Dubai, Uni Emirat Arab

Lelaki dengan kulit agak kecoklatan rahang tegas dengan ditumbuhi bulu halus yang sudah rapi dicukur, rambut hitam pendek, mata yang tajam, lengan yang terliat berurat karena seringnya olahraga yang dia lakukan, duduk memandang hamparan laut yang entah sejak jam berapa dia sudah duduk disini dan cuaca seperti apa yang dia rasakan.

Balkon rumahnya yang ada di lantai dua menjadi tempat favorit bagi Rasyid sekaligus jadi saksi bisu luapan emosinya selama ini. Helaan nafas berat membuat suasana semakin sunyi dan sarat luka.

"Rasyid, ayo kita berangkat sekarang." Ajak Dika memecah lamunan Rasyid saat ini.

Rasyid menoleh ke arah Dika, sahabat sekaligus asisten pribadinya. "Aku tidak mengubah apapun soal presentasinya tapi menurutku sudah jelas." ucap Rasyid dibalas Dika dengan anggukan.

Mereka berdua berjalan beriringan sampai di depan pintu rumahnya. Mereka menaiki Veneno hitam metalik, mobil kesayangan Rasyid yang dikemudikan sendiri oleh Rasyid.

Di belakang Rasyid ada Range Rover hitam yang dikendarai Edgar, pengawal pribadinya selama 10 tahun ini menjaganya. Rasyid sengaja menggunakan mobil yang berbeda karena setelah dia dan Dika menemui klien mereka berdua akan pergi ke Club bersama teman-temannya.

"Aku tau ini bukan saatnya membicarakan hal yang tak perlu, tapi aku merasa kamu terlalu berlebihan jika terus termenung menghadap Teluk Persia saat kamu mengalami kegalauan." Ujar Dika menohok bagi Rasyid.

"Kamu kira aku memandang Teluk Persia karena aku galau?" Rasyid memicingkan matanya mengejek Dika.

"Lalu kalau bukan karena galau kenapa kamu begitu menghayati melihat laut itu?" Dika tak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya semenjak setahun lalu ini.

"Ada hal yang perlu aku kejar dalam hidup ini, jadi aku memandang laut iru untuk memastikan seberapa jauh aku bisa menggapainya." Balas Rasyid sok serius.

Dika tersenyum paham, "Iya benar aku setuju dengan ungkapanmu tapi aku rasa tujuanmu yang jelas sekarang adalah mencari pasangan demi mendapatkan pewaris kedua Ar Madin."

Rasyid yang mendengar perkataan Dika langsung memukul kepala Dika, "Sialan, kenapa mesti bahas hal ga mutu kaya gitu. Ampe mulutmu berbusa pun kamu akan tau jawabannya."

Dika terkekeh geli, "Belum tau aja kamu rasanya kalo udah jadi bucin, aku doain kamu jadi bucin biar tau rasa sama yang namanya Cinta."

"Sumpahmu ga akan berlaku buatku Andika Ramawan." Kekeh Rasyid jumawa.

"Let see Mr. Ar Madin." Dika hanya tersenyum dan memainkan ponselnya.

Meeting kerjasama mengenai pembangunan proyek reklamasi pantai di Teluk Persia untuk pemukiman dengan investor asal Spanyol ini membuatku cukup pusing. Bagaimana tidak, awalnya dia meminta konsep yang minimalis modern sekarang malah minta diganti minimalis mediteran.

"Mr. Erick, I'm so sorry but your request impossible to revise at three days. Give us two weeks we will give you all concept and estimation." Sahutku menengahi karena aku tau timku tidak akan bisa bekerja perubahan total ini dalam waktu tiga hari.

"One week okay?" Mr. Eric berusaha negosiasi dengan kami. "It can't." aku menggeleng. "I know you wanna take the profit as soon as possible, but if we work so hurry I doubt it can effect with the quality." Aku berusaha menjelaskan alesanku dan Mr. Erick terliat berpikir sejenak.

"Okey, I hope you can be on time." Ancam Mr. Erick. "Sure, we will finish it." Sahutku dengan senyum kemenangan.

Tender ini adalah tender pertamaku mengurus masalah property selama di Dubai, karena selama ini aku mengurusi perkebunan dan pertambangan yang ada di Asia dan sebagian daerah Eropa.

Love in AmbitionWhere stories live. Discover now