(14) Ajeng

510 340 327
                                    

Happy reading 💞
Have fun gaiss

••••

"Bukan hanya Fangirl yang suka berhalusinasi, tapi manusia yang merasa dirinya sangat sempurna itu juga menjadi salah satu halusinasi. Secara sadar ataupun tidak sadar, kalian nggak ada bedanya sama kita."

- Fabricia Yemima

••••

Perbincangan sengit antara kedua kubu masih berlanjut. Suasana yang berlangsung semakin memanas, sehingga mengundang banyak perhatian.

Di tengah-tengah sana, Ajeng baru saja dicibir oleh seorang gadis biasa. Gadis yang jarang menunjukkan dirinya kepada dunia terbuka. Cukup mengejutkan, tetapi kenyataan itulah yang terjadi saat ini.

"Memalukan lo bilang?"

"Mulut lo minta diamplas atau gimana hah?!"

"Lo berani semena-mena sama senior lo? Nggak tau diri banget sih lo!"

Leta menyimpulkan senyuman lebar ketika melihat tindakan Rici yang begitu sigap menerima serangan. Rici sukses menahan tamparan Ajeng yang ditujukan langsung kepadanya. "Otak lo yang wajib diamplas!" sentak Rici.

"Gua tau lo senior, gua tau lo lebih tua dari gua. Namun maaf banget, attitude gua nggak berjalan ketika bertemu orang yang gila hormat kayak lo!"

"Gila hormat?!" beo Ajeng dengan emosi meletup-letup.

Alis Rici naik sebelah layaknya mempermasalahkan kebingungan yang dirasakan Ajeng. Perkataannya tadi ialah murni dari penglihatan dari seorang penonton. Sikap Ajeng benar apa adanya.

"Kenapa lo nggak terima?" tanya Rici.

"Padahal itu gambaran mata dunia tentang lo. Bukannya begitu?" Rici melemparkan pertanyaan kepada murid yang sedang menyaksikan mereka.

Sorakan kompak menggema hendak menyetujui. Perkataan Rici benar-benar menyuarakan betapa jengkelnya mereka kepada Ajeng.

"Oh iya, lain kali kalo ngomong tuh dipikir ya. Seharusnya yang suka berhalusinasi itu lo."

"Ini sekolah, bukan ajang pelantikan ratu istana."

"Jadi jangan berharap diperlakukan seperti ratu, karena kita bukan rakyat jelata yang ada di pikiran lo!"

"Bukan hanya Fangirl yang suka berhalusinasi, tapi manusia yang merasa dirinya sangat sempurna itu juga menjadi salah satu halusinasi."

"Secara sadar ataupun tidak sadar, kalian nggak ada bedanya sama kita," tutur Rici.

Sesungguhnya ada rasa tidak terima di benak Rici. Memang nyatanya mereka adalah Fangirl. Tentu saja selalu dikenal dengan halusinasi kepada idola sendiri.

Maka dari itu kebanyakan dari mereka menganggap bahwa seorang Fangirl tidak mempunyai perjuangan keras seperti manusia lainnya.

Itu sangat menyedihkan, padahal di balik semua kegilaan seorang Fangirl terdapat luka besar yang tidak bisa ditangani oleh sembarang orang.

Leta mensejajarkan posisinya dengan Rici. Kali ini Leta akan memperhatikan baik-baik bagaimana wajah end dari seorang Ajeng Putriana.

Hal ini pun harus berakhir, sudah cukup Leta menutup telinga dari cibiran Ajeng mengenai dunianya. Ajeng harus tahu, semua pencapaian Leta selama ini adalah jerih payah dari air mata yang sepanjang malam Leta hapus.

"Sekarang gimana rasanya dihakimi oleh orang lain?"

Leta tertawa renyah menangkap wajah kesal bercampur malu dari Ajeng. Sampai saat ini Leta masih tidak menyangka bila Ajeng tersudutkan hanya karena satu perkara. Semua itu berkat sikap Rici, padahal biasanya Leta selalu menghadapi Ajeng dengan cara tidak memperdulikannya.

She's a Fangirl || Proses PenerbitanWhere stories live. Discover now