Chapter 07

4.2K 397 20
                                    

Semua amarah berkumpul di dalam dadanya, panas sampai ke ubun-ubun dan membakar sisa-sisa kesabarannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Semua amarah berkumpul di dalam dadanya, panas sampai ke ubun-ubun dan membakar sisa-sisa kesabarannya. Beberapa gelas kecil yang berisi minuman beralkohol kini tergeletak di atas meja bar di hadapannya. Namjoon tidak peduli lagi, dia ingin melupakan sejenak rasa sakit yang mencekiknya. Masih ada satu botol wiski yang tersisa dan dia kembali meraihnya, tanpa repot-repot menuangkannya ke dalam gelas di saat mulut botol tersebut sudah bersentuhan langsung dengan bibirnya. Rasa pahit dan manis itu kembali menyatu dengan lidahnya, mengalir dan membakar tenggorokannya.

Tidak lebih baik. Semua ini masih terasa sangat sakit dan memalukan. Sakit dan malu pada kenyataan yang seolah mampu membunuhnya secara perlahan.

Namjoon masih berusaha menahan dirinya sendiri, sesaat setelah dia melihat kejadian itu, kakinya melangkah mundur dan akalnya mendadak buntu. Sejenak, timbul keinginan untuk memisahkan Jimin dari Seokjin. Dia ingin menjauhkan Seokjin dari Jimin, supaya kekasihnya sadar bahwa apa yang telah dilakukannya itu adalah sebuah kesalahan besar.

Namjoon sadar jika selama ini Jimin tak mampu menggenggam penuh perasaannya, tidak pernah memberikan cinta yang sebenarnya untuknya, Namjoon dapat merasakan di saat gelap malam dan remang-remang cahaya dalam ruang kamarnya menjadi saksi kala dirinya memerangkap Jimin di bawah kuasa, demi menuntaskan hasrat dan berharap agar bibir yang kerap dilumatnya dengan penuh kasih itu menyuarakan desah dan menyebut namanya di sana. Namun, tidak. Hanya desah lirih yang terdengar tanpa kata yang terucap.

Kekasihnya bahkan senang memejamkan mata saat dia datang dan menjemput putihnya. Jimin enggan menatapnya, ya, bahkan setelah semuanya yang telah dia berikan, Jimin tak pernah sudi untuk menatapnya.

Harga dirinya terasa dipermainkan, Namjoon merasa dibodohi. Walaupun dia sadar jika Jimin tidak pernah mampu mencintainya, tetapi tetap saja dia merasa dikhianati. Jimin jelas telah melakukan kesalahan besar, jika menganggap dirinya tidak tahu apa-apa. Namjoon bukan manusia dungu pada segala keganjilan yang terjadi dalam hubungan mereka. Hanya saja Namjoon memilih buta, rasa cinta yang dia miliki lebih besar sekadar merelakan Jimin pergi dari sisanya.

Namjoon pikir, semuanya akan baik-baik saja selama dia bisa memberikan segalanya untuk Jimin. Namjoon pikir dia tidak apa-apa selama Jimin tak pernah berniat untuk membuat Seokjin menjadi miliknya, hanya sekadar melihat dari jauh dan mencintai dalam diam.

Nyatanya tidak. Jimin tidak sanggup menahan dirinya lagi. Tidak puas pada apa yang telah Namjoon beri, pada akhirnya Jimin sungguh memilih Seokjin, bahkan dengan segala cara licik yang dilakukannya.

Sedikit lagi, saat Jimin menerima lamarannya dan menyetujui kesepakatan untuk menikah, Namjoon pikir bahwa Jimin sudah bisa menerima dirinya, bahkan Namjoon berharap jika Jimin telah menerima dirinya dengan sedikit cinta. Namun, tidak. Layaknya iblis kecil, bersifat manipulatif dan Namjoon kerap merasa tertipu. Jimin bahkan terlihat seperti ular yang cukup pintar berkelit saat diajak bicara mengenai perasaan, enggan menatap langsung ke dalam matanya tentu karena ada dusta yang ingin disembunyikan.

Broken Angel || NamJin || EndWhere stories live. Discover now