Bab 25 | Menuju Bukit Nan 3

23.2K 3K 65
                                    

Tekan ⭐ sebagai sinyal keberadaanmu XD

Happy reading 💜
.
.
.
.

o0o

Sumbu api tak akan benar-benar padam selama panas api itu masih tersisa. Ia akan kembali menyala lalu menghanguskan benda-benda di sekitarnya. Kesalahannya bukan pada api, tapi sumbu itu sendiri. Kalau saja sumbu itu habis dan menjadi abu... Maka api tak akan menyala.

Seperti itu juga seorang penjahat, bila ia masih bernyawa maka kejahatan baru akan terus terajut.

Seandainya Lianxi mencekik mantan permaisuri sampai mati atau tidak menahan pangeran Huan yang ingin menyeretnya ke tiang gantungan, maka masalah seperti ini pasti tidak akan terjadi. Lianxi heran, mengapa mantan permaisuri harus mengusik Lianyi yang tidak tahu apapun.

Jawabannya hanya satu, mantan permaisuri tak ingin keluarga kaisar bahagia sementara ia hidup seperti di neraka.


Langit malam tampak indah bertabur bintang. Dua hari telah berlalu sejak percobaan pembunuhan dirinya. Selama itu pula Lianxi sudah memotong jalan dan lebih dekat dengan tujuan.

Sayup-sayup arus sungai Bailin terdengar dari kejauhan. Lianxi memacu kudanya cepat, diikuti Yaozhu di sampingnya dan prajurit di belakang.

Bruk

Tiba-tiba saja kuda yang Lianxi tunggangi melompat tak tentu arah dan ia terlempar jatuh mencium salju. Ternyata sebuah anak panah menancap di leher kudanya, mungkin anak panah itu meleset. Sepertinya memang benar... Karena saat Yaozhu membantunya bangkit, sekumpulan pria keluar dari kiri dan kanan jalan.

"Apa lagi ini? Dosaku akan terus bertambah kalau mereka sendiri yang minta dihabisi," batin Lianxi sambil mengeluarkan crossbow buatannya dari tas punggung.

"Tuan putri, berlindung di belakangku," kata Yaozhu yang kini menjadi perisai Lianxi sambil mengacungkan pedangnya menantang. Prajurit-prajurit pun langsung membentuk formasi.

Seketika suasana malam yang dingin dan tenang berubah mencekam.

Lianxi berpikir jika Yaozhu dan prajurit bisa menangani ini dan dia tidak perlu repot-repot mengotori tangannya. Sambil melangkah ke salah satu batang pohon yang tumbang di belakangnya ia berkata,
"Habisi semuanya,"

Pertarungan tak bisa terhindarkan. Dengan gagah berani Yaozhu dan prajurit menyerang kelompok pembunuh bayaran. Gerakan-gerakan mereka sangat mematikan dan indah di saat bersamaan. Tapi anehnya pembunuh bayaran itu tidak mengeluarkan suara bahkan saat tubuh mereka tercabik-cabik oleh pedang Yaozhu.

"Pembunuh tanpa lidah?" gumam Lianxi lalu menembak orang yang mengendap-endap dari belakangnya.

Satu persatu prajurit gugur, begitu juga pihak lawan. Mereka menggunakan cara yang licik, pembunuh bayaran itu memanah prajurit dengan racun. Dan baru saja sebuah anak panah nyaris bersarang di perut Lianxi kalau saja ia tidak menghindar.

Pembunuh bayaran yang tersisa langsung kabur karena terdesak. Sementara prajurit banyak yang tak sadarkan diri akibat panah beracun. Lianxi tak bisa membuang waktu lagi, ia dan Yaozhu bergegas mengejar pembunuh ke dalam hutan.

"Tuan putri-"

Sat

Sebuah anak panah menancap di dada kanan Yaozhu. Ia terduduk sambil memegangi dadanya yang terasa panas seperti terbakar. Tapi tangannya yang lain tetap mengacungkan pedang melindungi Lianxi.

"Jenderal!!"

"Tuan putri... Larilah, aku akan menahan mereka disini," kata Yaozhu berusaha bangkit susah payah.

Dengan membabi buta Lianxi menembak ke sepuluh pria yang mengitarinya. Tapi lagi-lagi... Dua pembunuh bayaran itu berhasil kabur. Yah... Setidaknya mereka berkurang.

"Tunggulah... Aku akan mencabut kepala kalian semua!"

Dengan berat hati Lianxi pergi meninggalkan Yaozhu yang baru saja tumbang tak sadarkan diri. Ia tak bisa berlama-lama. Kini Lianxi berpacu dengan waktu. Sedikit saja ia terlambat, maka Lianyi akan terseret dalam bahaya.
.
.
.
.

Untuk sejenak Lianxi terdiam di tepi sungai Bailin. Sinar rembulan memantulkan bayangan wajahnya yang pucat. Dalam hati ia menerka-nerka kedalaman sungai yang cukup deras itu. Beruntungnya sungai Bailin hanya tujuh kali lebar jalan raya. Yah... Cukup besar juga.

Byur

Dinginnya bagai ditusuk ribuan jarum halus hingga merasuk ke tulang. Lianxi mengerahkan seluruh tenaganya berenang melawan arus ke seberang. Ia harus cepat, bisa saja kakinya keram karena air sungai yang begitu dingin seperti es.

Dari kejauhan, sebuah kapal kayu berukuran sedang berlayar mendekat. Tapi Lianxi tak peduli, ia terus berenang ke tepi.

Seorang pria yang berdiri di atas kapal pun berseru,
"Tangkap wanita itu!"

"Apa lagi ini dewa!!!" Jerit Lianxi dalam hati.

Lianxi tak menghiraukan seruan pria itu, ia terus menggerakkan kaki dan tangannya yang telah kebas. Sementara tiga orang berpakaian prajurit berenang berusaha menangkapnya.

"Mengapa aku harus hidup kembali hanya untuk semua ini?!"

.
Lanjoot~
Vomentnya jan lupa gaiss ⭐👍🏻


Return of Princess LianxiWhere stories live. Discover now