(17) Ramyeon or Tteokbokki?

416 243 203
                                    

Happy reading 💞
Voment yamoon

•••

"Menepi dan beristirahatlah. Kamu manusia, bukan mesin andalan alam semesta."

- Yamoon

••••

"Assalamualaikum, Rici."

"Rici, main yuk!"

"Rici, bidadari surga datang!"

"Waalaikumsalam, nak Leta cari Rici?"

Leta menggaruk tengkuk belakangnya dengan kikuk. "Iya Om. Ada Rici nya?" tanya Leta yang sedang menutupi rasa malu karena tingkah konyolnya barusan. Leta tidak mengetahui bila Papa Rici berada di rumah. Leta pikir Rici hanya seorang diri, maka Leta berniat untuk bermain-main dengan gadis itu.

"Rici lagi siap-siap di dalam."

"Rici udah siap kok," sahut Rici dengan senyuman jahil di bibirnya. Dari dalam sana Rici dapat melihat wajah malu Leta. Nampak lucu menemukan Leta di situasi kikuk seperti ini.

"Kalian jadi nginap di rumah Miley?"

"Iya, kita udah lama nggak menghabiskan waktu bersama."

"Ya udah, hati-hati. Di sana jaga diri dengan baik karena kalian perempuan semua. Jangan merepotkan Miley, kasihan dia punya adik seperti kalian."

Leta tertawa renyah. "Malah berkah tau Om. Gini-gini wujud kita menggemaskan lho," balas Leta seraya membanggakan diri.

"Terutama saya sih."

"Betul, sangat menggemaskan. Persis seperti marmut," timpal Rici.

Leta memukul bahu Rici yang sudah asyik tertawa. Suka sekali Rici melihatnya tersudutkan. "Sudah-sudah, cepat kalian berangkat. Nanti langit keburu gelap. Bisa-bisa kalian magrib di jalan," ujar Heru.

Kedua remaja itu langsung menyalami tangan Heru sebelum mereka pergi. Namun selepas itu Heru menahan langkah Rici lalu berucap, "Rici, terbukalah sama mereka. Jangan selalu menutup diri, berbicara senyaman kamu."

Pesan itu terus saja Rici dapati layaknya alarm berjalan. Sudah bertahun-tahun lamanya, tetapi papanya tidak pernah lelah mengingatkan pesan tersebut. Dia selalu meminta Rici agar terbuka pada dunia, padahal setengah persen telah Rici usahakan.

"Rici tahu Pah."

"Kita berangkat."

Leta tersenyum dalam langkah kaki yang berpacu. Sungguh beruntung menjadi rici. Dia memiliki ayah yang pengertian dan penyayang. Tidak pernah sekalipun Leta melihat Rici dikekang oleh orang tua. Rici dan saudaranya yang lain selalu dibebaskan untuk berkembang sesuai keinginan mereka.

Tidak seperti Leta yang harus dibentuk menjadi keinginan ayahnya.

"Tumben senyap," sahut Rici ketika mereka sudah memasuki taksi

"Nggak ada selera berbicara."

Helaan napas berat terdengar. "Kali ini gua sedang meratapi nasib menjadi seorang anak tunggal," tutur Leta sambil menatap jalanan di luar jendela mobil.

Dari kecil, Leta mendambakan hidup dengan bebas. Leta pun ingin mengukir impiannya sendiri. Bukankah hal seperti itu terdengar lebih menyenangkan, daripada harus mewujudkan impian seseorang?

"Kenapa begitu?"

"Ya, mungkin karena gua nggak seberuntung lo."

"Lo hidup di dunia yang bebas, sedangkan gua senantiasa dapat tuntutan sebagai anak tunggal. Ketika tahu gua satu-satunya harapan mereka, itu sangatlah membebankan. Rasanya seperti gua terkunci dalam ruangan tak berdimensi."

She's a Fangirl || Proses PenerbitanHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin