24. Permintaan Rachel

19 4 0
                                    

Arga mengaduk-aduk kopi di gelas, mata nya fokus menatap kertas putih berisi tulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arga mengaduk-aduk kopi di gelas, mata nya fokus menatap kertas putih berisi tulisan. Dahi nya mengerut kala membaca tulisan-tulisan itu.

Kegiatan nya terhenti saat ada yang duduk di hadapan nya. Ia segera memasukkan kertas itu ke dalam amplop coklat.

"Kalian sudah datang." ucap Arga sambil menatap kedua gadis di depan nya.

"Ada apa?" Ainsley langsung to the point tak ingin berlama-lama basa-basi.

"Gue mau minta maaf karena dari jaman lo pacaran sama Aiden gue udah jahat sama kalian. Gue terlalu terobsesi sampai lupa batas."

Ainsley mengangguk pelan, "Udah gue maafin, lupain aja itu udah lama."

Arga tersenyum tipis, "Sampaikan juga maaf gue sama Aiden."

"Kenapa gak lo aja? Kan yang salah lo, bukan kita." Eva menyahut.

"Aiden pasti menghindar dari gue, dia terlalu benci sama gue."

Ainsley tersenyum singkat sambil menggeleng kan kepala nya.
"Aiden bukan orang yang seperti itu, dia gak benci sama lo. Dia cuma kecewa sama lo, Ga."

"Lo bicara dulu sama dia setelah nya nanti kita bantu, gue yakin kalian bisa damai kayak dulu." sambung Ainsley.

Eva mengangguk setuju atas perkataan Ainsley, mata nya menangkap amplop coklat milik Arga.
"Itu apa?" tunjuk Eva pada amplop itu.

Arga menoleh sekilas dan berpikir. Harus kah ia mengatakan nya dan bertanya atau diam saja.

"Lo tau kalau Aiden ke rumah sakit?" tanya Arga.

"Dia emang ke rumah sakit karena waktu itu habis sakit, setelah nya udah engga. Ada apa?" ujar Ainsley yang terlanjur penasaran.

"Owh engga, gue cuma kepo aja soalnya pernah ketemu dia di rumah sakit."

"Hubungan nya sama amplop itu?" tanya Eva.

"Gak ada sama kayak Ainsley dan Aiden, gak ada hubungan." jawab Arah santai sambil menggidik kan bahu.

Ainsley meraih tissue lalu ia gulung setelah nya dilempar kan ke arah pria di depan nya, "Sialan lo!"

♨♨♨

Aiden membaca tulisan-tulisan hitam yang memenuhi lembaran lembaran kertas. Kacamata yang bertengger serta rambut yang masih basah dan juga kaos putih tanpa lengan membuat kaum hawa terpikat.

Ia membaca materi-materi kuliah nya di balkon sembari meminum teh. Terlihat seperti orang tua, namun itulah kebiasaan Aiden.

Ia tahu bahwa seorang gadis dari rumah di sebrang nya tengah membincangkan diri nya bersama teman-teman nya. Ia tak memperdulikan nya, lagi pula posisi nya saat ini membelakangi gadis-gadis itu.

Menurut Aiden menjadi anak kedokteran bukanlah hal yang mudah justru hal yang membuat kepala ingin meledak.

Berambisi untuk menjadi dokter agar bisa mengobati diri nya dan menyelamatkan orang lain itulah Aiden.

VELLEITIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang