Akhir Kisah

114 11 9
                                    

Kringg.... Kringg....

Pagi - pagi buta suara telpon memecah kediaman Reval. Pelayan yang tengah di dapur berlari segera untuk meraih telponnya.

"selamat pagi"

"bisa bicara dengan tuan Reval?"

"tuan masih belum keluar dari kamar, maaf"

"ya sudah tolong kabari, kalau non
Suci di bandara dan akan pergi"

Pelayan itu mengembalikan gagang telpon dan segera ke atas.

Tok tok tok...

Pelayan itu mengetuk pintu kamar Reval. Reval sudah terbangun sejak tadi, tapi ia masih santai membaca bukunya. Mendengar ketukan itu, ia menutup bukunya dan segera membuka pintu.

Ceklek...

"ada apa bi?"

"anu tuan, katanya non Suci pergi"

Reval tak terkejut mendengar hal itu, Reval hanya mengangguk dan kembali masuk. Ia memakai kemejanya lalu membawa kunci mobilnya.

***

Suci tengah berdiri di bandara dan menunggu panggilannya. Ia berada di lounge, menatap pesawat yang tengah boarding. Ia menghela nafas, kemudian dia berganti memandangi langit yang masih setengah gelap.
Dia berbalik lalu meninggalkan awan biru itu. Dia berjalan menuju sebuah coffe shop untuk membeli segelas kopi.

"latte nya, silakan"

"terimakasih"

Suci mengambil pesanannya lalu pergi dari coffe shop. Dengan segelas kopi di tangan ia kembali ke tempatnya tadi lalu mengambil tempat duduk. Dia duduk, dengan pemandangan beberapa pesawat yang tengah bersiap dan juga langit biru, yang perlahan - lahan mulai membiru.

"aku tidak akan mencegah kamu pergi"

Ada suara yang berasal di kursi belakang dengan arah duduk berlawanan. Kemudian Suci menoleh.

"kamu susul aku?"

"hanya sampai sini", jawab Reval.

Suci melihat selembar tiket yang tengah di pegang oleh Reval.

"tiket mu?"

"cuma untuk masuk ke sini, dan mengantarkan kamu lebih leluasa"

Suci kembali menolehkan pandangannya, ia kembali menatap awan. Reval melipat kakinya dan juga melipat kedua tangannya di depan dada, duduk dengan santai.

"kalian melakukan hal yang begitu sakit untuk aku"

"aku ikut melakukan itu agar kamu bisa dengan Indra. Dulu aku sudah peringatkan kamu, agar membuat batas untuk mereka. Tapi, malah mereka yang membatasi kita"

"harusnya kamu tidak perlu ikut campur"

"karena aku cinta kamu"

Sebuah pesawat berjalan, menjauh dari garbarata di pandangan Suci. Tangannya menggaruk, gelas kopi yang sedang ia pegang.

"niatku untuk menikahi Indah, untuk menahannya. Agar tidak mengganggu kalian"

"secara tidak langsung kamu jadikan dia sandera?"

"iya. Bagiku, yang terpenting itu kamu. Agar kamu tidak terluka lagi"

Sebuah pesawat terbang meninggalkan landasan, perlahan menuju awan dan Suci pun memandanginya.

"Selamat pagi, perhatian pada semua penumpang penerbangan GA 1156 tujuan Singapore. Di harapkan untuk segera masuk ke dalam pesawat"

Suci menghela nafasnya, kemudian ia berdiri. Ia melihat gate yang dekat dengan tempatnya kini. Reval pun ikut bangkit, kemudian mereka saling memandang.

"aku ingin kembali. 7 bulan lagi di tanggal yang sama, aku tunggu kamu di sini. Kalau kamu hadir, berarti kita masih jodoh"

"nanti kamu khianati aku lagi"

"kalau begitu, 7 bulan lagi di tanggal yang sama ke luar dari bandara kamu akan jadi pengantin"

"kalau aku tidak datang?"

"di setiap bulan berikutnya, di tanggal yang sama aku akan ada di sini, sampai kamu datang"

"selamat tinggal"

Suci berjalan meninggalkan Reval, masuk ke dalam gate tempat pesawatnya akan boarding. Reval terus memandanginya, hingga Suci hilang dari pandangannya.

***

Tamat

ASMARA DALANAWhere stories live. Discover now