Haru Biru Berpayung Purnama - Helaisunyi

73 13 1
                                    

Haru Biru Berpayung Purnama

Berdirilah pohon yang termasuk berukuran besar di depan sungai yang aliran airnya memancing siapa pun untuk membasuh mukanya di sana. Dedaunan hijau yang berselimutkan cahaya rembulan bergemerisik tertiup angin. Berkesiur lembut membawa kantong plastik membumbung tinggi ke langit. Dengan anggun kantong plastik itu hinggap di kepala seseorang.

"Aduh! Mati lampu!" teriaknya panik. Tangannya menggapai apapun yang bisa dijadikannya tempat berpegangan. Nahas, dirinya malah terdorong ke sungai.

"Bruh, kasian ya dia. Eh, tapi kantong plastiknya gimana woy!" Sebuntalan kain putih itu terjun ke sungai. Semasa hidupnya ia adalah pecinta lingkungan. Maka, ia yang menjaga sungai tetap bersih. Bahkan dari para durjana yang berhasrat kencing di sana.

Pemuda itu masih berkelenjotan di aliran sungai itu. Saat ini dia malah kayang karena saking paniknya. "Tolong! Hekh!" serunya berakhir tercekik kantong plastik.

Aliran sungai yang semula berarus tenang menjadi bergejolak dahsyat. Kalau sungai itu hidup pasti sudah mabuk dan berteriak "Heh! Airku cuma setinggi lututmu wahai anak muda!"

Sekarang ditambah sebuntelan pocong yang panik karena bingung bagaimana caranya mengambil kantong plastik itu sedangkan tangannya tersimpan dalam baju khasnya. Ia cuma berlenggak-lenggok dan melompat ke wajah pemuda itu.

"Plastiknyaa!"

"Ugh! Arghh! Hoek!"

Maka, sudah dipastikan aliran sungai tambah beriak dikarenakan ulah mereka. Kejadian itu mengundang semua hantu yang di sana untuk menonton.

"Ini gimana aku mau narik ke dalam air kalo bagi dia cuma setinggi lutut ya?" seorang hantu air yang mukanya seputih salju, terkelupas sana-sini--menggaruk kepalanya bingung.

"Hei, terus kenapa kamu memilih bersemayam di sini?" tanya seorang hantu buaya putih.

"Nggak tahu, aku cuma lewat sih. Tadi ngikutin salmon tapi nyasar sampe sini."

Sementara itu hantu yang berada di atas pohon pun menyaksikan. Tidak ada sepatah kata pun darinya, yang keluar hanyalah suara tawa yang melengking. Tuyul yang lewat di bawahnya sampai harus menengok ke atas. Sepertinya ia batal kembali ke pemiliknya, uang yang ia curi dari Pak RT malah dibuang ke sungai.

"Woy! Ah, sampah lagi!" pocong itu semakin frustasi.

"Maaf, Nyai."

"Aku laki-laki, Dek!"

"Maaf, habisnya langsing begitu uhuy," ujarnya apa adanya.

"Heh!" Pocong itu malah menangis. Semua yang ada di sana turut sedih menyaksikan kejadian yang pilu ini.

"Maka, demi kedamaian dunia persungaian ini mari bantu dia!" seorang hantu tentara berseru. Hal itu membangkitkan semangat juang yang ada dalam diri ghaib mereka.

"Ayo!" mereka menjawab serentak.

Semuanya langsung turun ke sungai. Alirannya semakin tidak terkendali. Bahkan, ikan yang ada di sana mulai mengungsi ke daratan. Ikan-ikan itu melakukan parkour dengan cara menjadikan pohon yang ada di pinggir sungai itu pijakan untuk melompat.

"Ambil plastiknya!"

"Ambil! Ambil!"

Semuanya berdesakan mendekati pemuda yang mulai merasakan keanehan dengan dirinya dan sungainya. Ia merasakan sungainya seperti sedang digunakan untuk lomba sepak bola ala ibu-ibu yang biasanya diadakan pada saat memperingati hari kemerdekaan. Dirinya mencium berbagai aroma dari yang wangi hingga busuk bercampur menjadi satu.

"Hei! Mukaku tersikut olehmu!"

"Mana bisa! Aku nggak punya sikut tahu!"

"Anuku! Argh!"

"Ambigu tolong!"

"Mataku maksudnya! Menggelinding jatuh ke kepala dia!" tunjuknya ke seseorang yang tengkorak kepalanya tinggal separuh.

Setelah perjuangan yang cukup panjang akhirnya ada seorang hantu yang berhasil mencabut kantong plastik dari kepala pemuda itu. Namun, bersamaan dengan itu pemuda itu membuka matanya. Semua hantu yang ada di sana menatapnya bingung.

"Ha-Hantu!" teriaknya kemudian. Ia jatuh pingsan seketika. Tubuhnya mengambang di sungai itu. Terbawa arus air.

"Hey, itu dia gimana nasibnya?"

"Nanti juga tersangkut," ujar si pocong. "Sebentar, nanti jadi sampah dong!" Sejurus kemudian ia melompat dengan cepat mengejar tubuh pemuda itu. Semua hantu menghela napas panjang-panjang walau aslinya sudah lupa bagaimana caranya bernapas. Malam itu akan menjadi malam yang panjang bagi mereka.

Perserikatan dan Mereka yang Tak TampakWhere stories live. Discover now