G

722 102 44
                                    

Dimalam menjelang dini hari, Jeongin masih setia duduk didepan komputernya. Ditemani dengan heningnya suasana malam hari juga semilir angin yang masuk dari jendela kamarnya yang masih terbuka membuat Jeongin tak kuasa menahan kantuknya.

Fokusnya pada layar monitor yang berisikan tugas-tugas pekerjaannya mulai berantakan.

Terpaan angin yang langsung mengenai wajahnya membuat Jeongin sesekali memejamkan matanya hingga hampir memasuki alam mimpinya.

"Dikit lagi ayo bisa"

Gumamnya, menyemangati diri sendiri sembari menggelengkan kepala dan mengerjap cepat guna mengurangi rasa mengantuk nya.

Saat dirinya mulai kembali fokus, tiba-tiba saja ponselnya bergetar bahkan berdering.

Tidak langsung mengangkatnya pria kelahiran Februari itu malah menatap benda pipih yang tergeletak tak jauh darinya itu dengan lamat.

Sebenarnya Jeongin sedikit parno karena tadi siang dirinya menonton film horror yang berhubungan dengan telepon menelepon. Ada sedikit rasa takut untuk mengangkatnya. Hanya sedikit.

Panggilan tersebut telah berlangsung berkali-kali namun Jeongin masih hanya menatapnya seperti orang bodoh. Meski pada akhirnya dengan ragu-ragu ia menjangkau ponselnya lalu mengangkat telepon tersebut.

Matanya membelak, bukan karena takut, parno atau semacamnya. Itu karena oknum yang menelpon nya sesaat dini hari seperti ini. Kim Seungmin.

"Jeongin? Halo??"

"Halo? Hei? Yang Jeongin?"

Terdengarlah suara khas pemuda Kim itu dari ponselnya, dan Jeongin langsung merutuki dirinya karena ragu-ragu mengangkatnya.

"Ya halo, kenapa?" Jawab nya masih ragu-ragu. Ia terus memastikan apakah ini benar Seungmin atau ...?

"Nada bicara lo agak aneh, lo gapapa? Gue ganggu ya?"

Yang mendapat tanggapan seperti itu langsung cepat menggeleng panik, dan berusaha bersikap normal meski yang di seberang sana tidak melihat.

"Nggak. Gak sama sekali, gue cuma... Ngantuk. Iya ngantuk"

Jawabnya terbata-bata yang malah semakin membuat Seungmin keheranan disana.

"Oh, jam berapa disana?"

"Jam tiga dini hari"

Terdengar suara pekikan dari seberang sana "astaga gue lupa, disini udah jam dua belas siang sih. Sorry gue ganggu waktu istirahat lo ya? Sorry.."

"Gapapa Kim, lagipula gue belum bener-bener tidur. Masih ada kerjaan."

Bahkan setelah delapan bulan lamanya mereka berpisah dan melangsungkan hubungan LDR nya masih saja struggle seperti ini sering kali terjadi.

Perbedaan waktu yang cukup kontras membuat membuat mereka kesulitan untuk saling mengubungi satu sama lain. Kedua negara yang mereka tempati memiliki sembilan jam perbedaan waktu nya. Rumit, memang.

11:11Where stories live. Discover now