Late Halloween

1.3K 132 80
                                    

Masih lanjutan storyline dari Hantutetapwetpet_ yang chapter sebelum nya. Tapi bagian bawah nya udah aku yang buat

.
.
.

Inikah yang dimaksud appa nya tentang depresi yang dimiliki daddy nya itu. Pantas sedari tadi appa nya terus menyuruh dirinya untuk menjaga dan memantau daddynya, jangan sampai melakukan hal yang tidak-tidak.

"jangan mendekat!" ujar Yonghyun tanpa ada rasa takut sedikit pun, kepalanya tidak menoleh kebelakang, matanya memandang lurus kedepan seolah menantang maut, tak memperdulikan terpaan angin dingin yang menusuk wajahnya

"Dad,, please,," pujuk Jae

Yonghyun seolah menulikan telinganya, pandangannya kosong dan kedua matanya terpejam

"dad.." panggil Jae lagi suara nya bergetar, remaja itu benar-benar tidak tahu apa yang harus diperbuatnya sekarang. Dia tidak ingin sampai daddy nya maju kedepan walau hanya selangkah. Harusnya ada appanya disini tapi ponselnya pun tertinggal diruang rawat.

Perlahan meskipun ragu Jae mulai melangkah

"pergi Jae!" teriak Yonghyun dari tempatnya begitu mendengar suara hentakan langkah yang mendekat

"daddy,, hiks.." Jae mulai menangis, sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukannya dan begitu ketakutan

Mendengar suara tangis sang anak kembali membuat hati Yonghyun bergetar. Tanpa disadarinya airmatanya turun begitu saja turun ke pipinya.

"daddy,, Jae sayang daddy,, please,, please,, daddy jangan lompat. Jae janji bakal jadi anak yang baik. Jae bakal nurut apapun kata daddy, please... hiks.." Jae memohon bersimpuh dilantai yang dingin, kedua tangan nya mengatup memelas

"jangan nangis, Jae ga salah, Jae ga pernah salah. Aku yang salah, aku yang harus nya mati dari dulu. Aku ga pantas jadi ayah kalian. Dulu kau, sekarang Dowoon. Aku ayah yang buruk, aku pantas mati!"

"NGGA!" potong Jae "Jangan dad, kita semua sayang daddy. Gimana kita bisa hidup tanpa daddy? Daddy pikir kita bakal bahagia kalau daddy ga ada?"
Jae memperhatikan daddy nya yang mulai menoleh kebelakang, ke arahnya, sepertinya sedang mendengarkan apa yang diucapkan nya

"Gimana kita bisa bahagia kalau sumber kebahagian kita hilang? Tapi kalau daddy tetap mau lompat, tunggu disana kita bakal nyusul daddy, aku, Wonpil dan appa akan lompat dari tempat yang sama disana kaya daddy. Mungkin,, mungkin,, Dowoon nyusul duluan, biar semua pengobatan nya diberhentikan aja, toh dia lagi kritis" perlahan Jae sedikit berbohong lalu mulai mendekat sambil dalam hati dia terus berdoa meminta pertolongan pada yang di-Atas

Yonghyun mulai kebingungan, bukan itu tujuannya untuk melompat. Dia ingin pergi dari dunia agar keluarga nya bisa bahagia bukan untuk menyusul dirinya. Kepala nya mulai sakit lagi dan otot-otot nya melemas

'grepp'

Jae akhirnya bisa memegang kedua pangkal kaki daddynya, memeluk nya erat-erat sambil menangis
"daddy udah ga sayang lagi sama Jae, Wonpil dan appa? Terus nanti kalau Dowoon bangun dia pasti nanyain daddy. Daddy ga mau sapa Dowoon pas dia bangun? hiks.. hiks.."

"bohong,, Jae ga peduli sama yang lain. Jae ga mau daddy pergi, Jae ga mau! Jae sayang sama omma. Siapa nanti yang bakal marahin Jae? Siapa yang bakal sayang sama Jae? Appa lebih sayang sama Wonpil.." remaja itu pun mulai ngelindur

Tanpa Jae tau Yonghyun seketika tersenyum kecil mendengarnya tapi tangisan remaja itu justru semakin besar, meraung-raung, siapapun yang mendengarnya pasti dapat merasakan kesedihannya. Terlebih Yonghyun yang sudah melahirkan anak itu ke dunia, orang boleh saja melukainya dan dia bisa menahan rasa sakit itu tapi ketika anaknya yang terluka hatinya merasakan sakit puluhan kali lebih sakit dari yang dirasakan sang anak. Hati Yonghyun tersayat-sayat mendengar rintihan tangis Jae yang memeluk kakinya semakin erat.

Day6 as FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang