2. A Suprising Quiz Result

4.4K 511 61
                                    

"I love the real you, don't being fake to get a new attentions."

Doyoung mengangguk lemah, "Aku selalu menjadi diriku sendiri, dan aku terlihat begitu lemah selama ini, Johnny."

Meskipun tahu Johnny akan membenci itu, Doyoung terus menjerumuskan diri ke dalam kepalsuan dan keraguan mengenai dirinya sendiri. Semua itu salah, tidak seharusnya Doyoung berpikir begitu tentang dirinya sendiri. Ia menjadi pribadi yang pesimis, lebih suka bertele-tele dan Doyoung benci mengakui itu. Namun dirinya tetaplah dirinya, yang menyedihkan juga penuh dengan harapan semu yang tak bisa ia raih jika tidak punya pendirian yang kuat.

Johnny justru menggeleng, "Tidak Doie, kau selalu salah tentang hal itu. Kau kuat, sangat kuat dan hebat."

Lagi, dengan mudah Johnny memorak-porandakan hatinya dan jantungnya seolah berhenti berdetak saat itu juga. Hanya satu kecupan lembut pada pucuk hidungnya, berhasil membuat Doyoung membeku dan menahan napas di sela siksaan lainnya.

"K-kau..."

Johnny terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Tunggu, apa yang dia lakukan pada Doyoung hingga wajahnya memerah seperti itu?

"Kau mengatakan jika kau tidak suka mencium seseorang dan juga kau tidak suka dicium oleh seseorang, k-kau sangat menghindarinya, Johnny. Lalu, apa itu tadi?"

Pemuda Seo itu tidak bisa menjawab, diam membisu dengan tatapan yang sepenuhnya masih tertuju pada mata bulat Doyoung. Benar, apa yang dikatakan Doyoung itu adalah perkataannya sendiri. Namun kini, apa yang dia lakukan untuk membuktikan itu jika dengan jelas ia sudah mencium Doyoung bahkan dua kali?

Apakah perasaannya mulai berevolusi?

"Tanyakan itu pada dirimu sendiri, Doyoung. Kau akan mengerti," ujar Johnny sembari tersenyum hangat kemudian melanjutkan. "Aku tidak perlu mengakuinya, kau bahkan sudah tahu jelas apa maksudku. Memang, aku terkejut pada awalnya karena aku tidak merencanakan apapun."

"Namun kau tahu, Doyoung, kau tidak perlu bertanya."

Lantas, Johnny menarik Doyoung. Pada detik selanjutnya, si pemuda Kim sudah berada sepenuhnya dalam kungkungan Johnny. Napas keduanya terengah entah karena apa, mungkin akibat pergerakan masing-masing yang terlalu mendadak dan mereka cukup terkejut akan hal itu.Pemuda Seo itu menatapnya lekat, mengunci pandangan mereka dan Doyoung tidak bisa berdalih lagi. Kendati demikian, Doyoung bahkan tidak menyadari kalau kaus yang digunakannya mulai terangkat naik karena Johnny yang mengusap perutnya.

"Kau...kau merasakannya juga, Johnny?"

Doyoung tidak mendapatkan jawaban apapun, sedikit jengkel karena ia dengan susah payah menanyakan itu pada Johnny. Dalam kondisi seperti ini, apa saja bisa terjadi jika perasaan mereka mulai tak terkendali. Dan Johnny malah menganggapnya hanya melempar pertanyaan retoris, sungguh menyebalkan.

"Katakan padaku, Johnny. Katakan padaku jika aku benar kali ini, katakan bahwa aku boleh—"

Ocehannya terhenti begitu saja, Johnny membungkam dan menciumnya dengan pikiran yang luar biasa kalut. Ia sama sekali tidak bisa menilai apakah Doyoung benar atau salah kali ini, karena Johnny sendiri belum yakin dengan perasaannya ini. Sudah bertahun-tahun terlewati, tapi Johnny belum juga mendapatkan titik terang dimana ia bisa mengakui semuanya tanpa terbata, dengan lugas dan tegas. Johnny tidak bisa merangkai kata sebagus dan seindah Doyoung, Johnny tak bisa melakukan apapun selain menunjukkannya dengan perilaku yang bisa memberi bukti nyata.

Kenapa sangat sulit? Kenapa sangat sulit bagi Johnny untuk sekedar mengatakan hal itu?

"Jangan mengatakan apapun tentang hal itu, Doie. Aku belum siap, aku belum mempersiapkan apapun untukmu," bisik Johnny setelah melepas tautan bibirnya, hanya mengurangi sedikit jarak yang jumlahnya tak begitu berarti. Doyoung menyayukan matanya, air mata mulai menggenang di pelupuk mata dan Johnny segera menggeleng.

Camaraderie ; ᴊᴏʜɴᴅᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang