[we meet, again]

1.8K 208 26
                                    

Ini masih musim salju. Jadi Mark memutuskan untuk kembali meminum kopi di cafè langganannya. Hari ini, ia akan meminum kopi amerikano saja, tidak perlu ditemani camilan karena perutnya sudah diisi kenyang.

"Satu kopi amerikano hangat, di antar ke meja pojok itu ya. Terimakasih," Mark pergi setelah menyimpan sejumlah uang pas untuk membayar secangkir kopi amerikanonya.

Mark duduk, menatap jendela seperti biasanya. Kemudian pesanan datang. Seperti biasa, Mark mengucapkan terimakasih padanya.

Saat sedang asyik menatap jalanan yang tertutupi salju, seseorang tiba-tiba duduk di hadapannya dengan senyum cerah. Sangat cerah, seolah dia adalah matahari yang datang di saat musim sedingin ini.

"Aku tak menyangka kau juga penikmat kopi. Omong-omong, kita bertemu lagi!" Dia tersenyum lebar sampai matanya membentuk bulan sabit.

"Aku juga tidak menyangka kita akan bertemu di tempat seperti ini," ucap Mark.

"Aku tidak terlalu menyukai keramaian meski pekerjaanku selalu mengundang banyak orang. Jadi karena cafè ini tidak terlalu banyak pengunjung dan rasa yang pas di lidah, aku sering mampir ke sini," jelas Johnny.

"By the way, namaku Mark. Aku tasa tidak adil jika aku mengetahui namamu dan kau tidak mengetahui namaku, 'kan?" kekehnya.

Johnny tersenyum kecil, "Sepertinya kau bisa membaca pikiran orang lain, hehe."

Meski tingkah Johnny yang lucu, tapi Mark tidak bisa memungkiri soal ketampanan wajah Johnny yang memang di atas rata-rata. Namun bagaimanapun juga, Mark tidak boleh menaruh rasa lebih selain rasa sayang yang didasari oleh pertemanan.

"Oh, terimakasih." Johnny menyesap kopi dinginnya. Yang tak Mark mengerti adalah ini musim dingin dan Johnny meminum kopi dingin, apa tubuhnya tidak membeku kedinginan?

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Johnny.

"Ah, tidak. Hanya terkejut karena kau meminum kopi dingin, hehe."

Johnny tersenyum kecil, "Entahlah. Dari dulu pun, walau musim dingin seperti ini aku selalu mengendap-endap ke dapur untuk mengambil es krim."

Mark semakin terkejut dengan pernyataan Johnny tadi. "Ibumu menyimpan es krim saat musim dingin? Bagaimana bisa!"

Johnny terkekeh kecil, "Tentu saja bisa Mark. Itu aku yang membeli dan Ibu selalu bertanya, ekhem ekhem

Ini siapa yang membeli es krim sebanyak ini saat musim dingin?! Ibu bertanya sambil berkecak pinggang. Auranya sungguh menyeramkan."

Johnny tersenyum senang saat melihat Mark tertawa kecil. Lalu setelah meminum kopi dinginnya lagi, ia melanjutkan ceritanya.

"Lalu aku selalu menjawab,

Itu Ibu terkena genjutshu, toh aku tidak melihat apapun. Atau Ibu hanya halu karena Ibu sangat ingin es krim mungkin.

Ibu selalu bertingkah seolah-olah yang kukatakan benar adanya. Beliau tahu jika aku yang membeli es krim tersebut. Dan saat aku remaja, aku selalu tertawa mengingat kejadian konyol yang aku lakukan saat kecil."

Tawa Mark seketika pecah. Obrolannya kian menghangat saat kopi Mark kian mendingin. Pun dengan cuaca yang makin mendingin juga, namun tampaknya Mark tidak kedinginan sama sekali karena Johnny adalah matahari yang menghangatkannya.

Atau menghangatkan hatinya juga.

Mark tahu, sekarang atau nanti (meski Mark tahan), perasaan yang salah akan muncul. Beriringan dengan tangan Mark dan Johnny yang kian mendekat untuk saling menghangatkan satu sama lainnya.

tbc,
©wonieversse

how we meet [johnmark]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang