31 - Aphrodite

370 50 4
                                    

Gadis bertubuh kurus dan mempunyai tinggi tidak lebih tinggi dari Jungkook itu memang memeluknya. Erat sekali. Sampai-sampai memang benar meyakinkan Jungkook bahwa Jieun akan benar-benar meninggalkannya. Dirasa aneh dengan tangan Jieun, ia membenamkan wajahnya di bahu Jieun. Tidak ingin menunjukkan ekspresi wajah yang lain. Sebab semua yang berada di sana sedang memperhatikannya.

Dor!

Bunyi tembakan itu terdengar menggema di seisi ruangan. Jieun telah mengambil pistol Jungkook yang Jungkook simpan di saku belakangnya. Raut wajah Jungkook sangat terkejut dengan aksi Jieun. Sebelah tangan Jieun masih melekat di balik jaket Jungkook. Masih memeluk pria itu. Jungkook menatap Jieun terheran-heran. Tidak menyangka dengan apa yang Jieun lakukan.

Jieun menembak Taeyong dengan pistol Jungkook.

Begitu terdengar suara peluru yang melesat, Sooyoung dengan cepat menarik senjata yang berada di tubuh Adik Taeyong lalu menyerang Adik Taeyong hingga tidak sadarkan diri. Sedangkan kakaknya, menahan darah di perutnya yang terus keluar. Ia pun berganti mengacungkan pistol ke arah Jieun. Taehyung kalah cepat dengan pergerakan Taeyong. Namun, Jungkook tidak kalah cepat. Ia berhasil memeluk Jieun dan menghindar. Refleks Jieun pun memeluk erat pria itu. Taehyung menendang tangan Taeyong hingga pistolnya terlepas.

"Sialan kau Jieun!" umpat Taeyong kesal.

Jieun melepas pelukannya. Tersenyum manis seraya berjalan mendekati Adik Taeyong.

"Jangan mendekatinya!"  sergah Taeyong. 

Langkah Jieun terhenti. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Lantas ia meraih sebuah pisau milik adik Taeyong yang tergeletak. Kagum dengan kecantikan pisau yang sedang di pegangnya, ia menimang-nimangnya. Pistol di tangan kirinya dan pisau di tangan kanannya. "Kau ingin mati dengan yang ini atau ini?" tanya Jieun mengangkat pistol dan pisau bergantian.

Sebari mendekati Taeyong, ia tetap membanggakan kedua senjata yang ada di genggamannya. Jelas Taeyong takut sekarang. Ia tidak memegang senjata sedikit pun. Ia menyeret tubuhnya mundur seiring dengan langkah Jieun mendekat padanya.

"Kau tidak akan mendapatkan ayah dan adikmu, Jieun."

Jieun membuat ekspresi pura-pura terkejut. Menutup mulutnya yang terbuka dengan pistol. "Begitu, ya?" 

"Sooyoung—kau—"

Sooyoung menunjukkan wajah tidak berdosanya. Tersenyum puas karena atasan yang telah ia khianati kini tidak berdaya. 

"Tuan Park akan segera meringkusmu Sooyoung!"

"Tua bangka itu telah di kantor polisi," jawab Sooyoung seraya tersenyum. "Mengapa kau mau saja dibodohi oleh tua bangka itu? Aku menyetujui akan mematuhimu untuk membuat rencana itu bukan berarti aku akan menyerahkan semuanya. Kau memang  bodoh, Taeyong."

Taeyong tersenyum pada kebodohannya. Selama ini, ia telah diperdaya oleh Sooyoung. Dimana Sooyoung selalu patuh akan perintahnya. Mengiranya akan selalu di pihak Tuan Park yang berarti juga di pihaknya. Memang fakta mengenai Sooyoung yang mencurigakan menjalankan aksi yang bersimpangan dengan pihak Seokjin. Ternyata ia sedang menjalankan misi dari pihak lawan. Pantas untuk Jungkook mencurigainya.

Namun, sekarang merasa tidak enak kepada Sooyoung. Ia ingin menuntut Taehyung segala jawaban karena ia yakin bahwa kakaknya yang satu itu pasti tahu menahu tentang ini semua.

"Kau hebat Taeyong!" puji Ayah Jieun mengagetkan seisi ruangan karena kehadirannya yang tiba-tiba. Tangannya memegang sebuah map cokelat besar. "Kau telah memperdaya putriku berkedok akan membantu."

"Paman..."

"Ya, aku masih berbaik hati hingga mengizinkanmu memanggilku begitu."

"Ayah!" Jieun segera berlari memeluk ayahnya. Yang dipeluk itu mengaduh kesakitan sebab perutnya masih terasa sakit karena hantaman. "Maaf, Ayah." Jieun menangis tersedu-sedu di pelukan ayahnya. Menghirup aroma ayahnya dalam-dalam.

Sweet But Psycho [M] ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora