41. My wedding day

1.4K 114 12
                                    

Hari pernikahannya terasa panjang dan melelehkan, kini Zefanya telah resmi menjadi istri dari seorang atlet bulutangkis nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo yang terlihat tampan dengan jas putihnya.

Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Zefanya merasakan ketegangan tanpa perlu merasa terancam, kerumunan orang yang menjadikannya pusat perhatian benar-benar membuat jantungnya berdetak tak karuan, belum lagi tatapan ratusan orang yang benar-benar menyorotinya, memperhatikan gerak-geriknya.

Parahnya lagi, beberapa orang penting seperti Presiden, wakil presiden hingga kementrian pemuda dan olahraga bahkan menyempatkan waktunya untuk datang ke pernikahannya, membuat Zefanya makin tercengang dibuatnya.

Kevin, pria itu bahkan terang-terangan memperlihatkan perhatiannya pada Zefanya, membuatnya mati kutu sekaligus bingung untuk menanggapi hal tersebut.

Zefanya menyenderkan tubuhnya ke bangku mobil limosin yang Kevin pakai untuk kendaraan pernikahan mereka, suasana sekitaran Lembang untuk pertama kalinya terlihat tidak macet dan terasa sepi, membuat Zefanya dan Kevin sama-sama menghela nafasnya lega.

Resepsi pernikahan dan pemberkatan keduanya memang diadakan di Lembang dengan mengusung konsep semacam forest party sehingga membuat acara terasa melelahkan karena luasnya tempat yang WO pilihkan.

"Mau di pijitin kakinya?" tanya Kevin pada Zefanya yang terlihat bingung.

"Nggak apa-apa, nggak usah. Kamu kan juga capek," jawab Zefanya.

Jujur, Zefanya pun belum terbiasa dengan status barunya.

"Canggung ya?" tanya Kevin tentu saja dengan senyum meledek.

"Enggak kok," jawab Zefanya terlihat sok santai.

"Yaudah sini deketan, kenapa jauh-jauhan sih?" ledek Kevin.

Zefanya yang tak ingin diledek kemudian mendekatkan dirinya dengan Kevin, membuat Kevin malah tertawa kencang sehingga supir yang mengendarai mobil menengok kebelakang.

"Pak Kevin saya minta maaf, sepertinya di depan baru saja terjadi kecelakaan beruntun," ucap sang supir dari interkom yang tiba-tiba membuat atensi Kevin dan Zefanya tegang.

"Gimana pak?" tanya Kevin mencoba memastikan.

"Di depan mobil kita ada sembilan mobil yang tabrakan beruntun pak," jawabnya dengan suara yang samar takut-takut.

Kenangan tentang ayahnya terputar jelas di kepalanya, sehingga membuatnya tak terasa menangis tanpa suara.

"Aku mau keluar," ucap Zefanya pelan, membuat Kevin langsung melotot kaget.

"Nggak, di luar pasti udah banyak yang meninggal," tolak Kevin.

"Kalau kamu nggak biarin aku keluar, akan ada lebih banyak mayat dan orang yang kehilangan keluarganya, just let me, please," mohon Zefanya.

"Okay, tapi kita keluar bareng," putus Kevin.

Kevin menyusul Zefanya yang berjalan tanpa alas kaki, tentu saja dengan kotak first aid dan juga ponsel yang ia apit di tangannya guna melaporkan kejadian tersebut pada pihak yang berwenang.

Zefanya mendengar jelas rintihan beberapa orang yang berbeda, membuat Zefanya mengeluarkan ponselnya untuk menyalakan flashlight mencari dengan serius beberapa korban yang terlihat tak berdaya.

Zefanya menyeret keluar dua orang lansia yang terlihat pingsan dengan luka sobek di pelipis kiri dan kanannya, mobil yang mereka kendarai bahkan terlihat mengeluarkan asap pertanda akan meledak sewaktu waktu.

Sopir mobil, Kevin, Zefanya, dan dua orang lain yang langsung turun dari kendaraannya benar-benar berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan orang-orang yang masih terjebak di dalam mobilnya, menjauhkan mereka dari mobil karena khawatir bisa meledak sewaktu waktu dan menyambar mobil lain.

Seorang ibu dan anak perempuan yang Zefanya kira berumur tujuh tahun terlihat lemas tak berdaya, Zefanya tahu apa yang akan keduanya hadapi, mobil yang terlihat hancur tersebut juga terlihat rusak parah di dua sisi.

Suara sirine polisi mulai terdengar, diikuti suara ambulan, membuat Zefanya mampu bernafas lega karena ia berhasil melakukan apapun yang bisa ia lakukan untuk orang lain.

Zefanya langsung memeluk Kevin begitu petugas ambulan dan polisi keluar dari mobil, ia benar-benar merasa bahwa kakinya bahkan tak bisa menopang berat tubuhnya sendiri.

"You did well sayang," ucap Kevin sambil mengelus rambut istrinya yang terlihat acak-acakan.

Kevin, Sopir mobil dan Zefanya harus memberikan seluruh keterangan pada polisi karena mereka bertiga lah yang melihat kejadian tersebut, beberapa pihak stasiun televisi bahkan terlihat sudah banyak berkeliaran membuat penuh TKP.

Seorang perempuan muda seumuran Kevin dengan luka ringan menghampiri Zefanya yang masih memastikan semua orang yang ditolongnya telah ditangani oleh pihak medis.

"Mbak, terimakasih," ucap perempuan itu dengan suara bergetar menahan tangis.

Zefanya hanya bisa mengangguk sambil memeluk orang tersebut, meyakinkan bahwa dia sudah baik-baik saja.

Kevin mengelus puncak kepala wanita yang sudah sah menjadi istrinya, keadaannya terlihat kacau karena noda darah yang menempel pada gaunnya, riasannya bahkan terkena debu di beberapa bagian.

"Kenapa dulu nggak ada yang berani nolongin papa waktu kecelakaan ya?" ucap Zefanya tanpa sadar.

"Zefanya?" tegur Kevin lembut.

"Maaf," ucap Zefanya begitu sadar.

Kevin langsung bangun dari tidurnya begitu merasakan bahwa tak ada istrinya disampingnya, dengan susah payah dirinya mengumpulkan kesadarannya untuk mencari Zefanya.

"Pa, sekarang sudah ada yang jagain Zefanya, Zefa harap papa sudah nggak terlalu khawatir lagi sekarang," ucap Zefanya yang sayup-sayup terdengar di telinga Kevin.

"Pa, Kevin baik banget sama Zefanya, coba aja papa masih disini," ucapnya sambil terisak.

Kevin akhirnya kembali duduk di kasur, ia tidak berniat menginterupsi curhatan istrinya pada jatuh cinta pertamanya.

Zefanya bangun lebih pagi daripada Kevin, ia dengan segera menyeduh segelas teh hangat untuk Kevin dan tak lupa segelas kopi untuknya.

Pagi ini diawali dengan hujan yang turun dengan lebatnya, membuat suhu ruangan turun drastis menjadi dingin, Kevin yang tadinya berencana untuk mengajak Zefanya keluar untuk berjalan-jalan bahkan terpaksa membatalkan janjinya, membuat keduanya terjebak dengan fresh fruit dan bubur di pangkuan masing-masing sambil menikmati drama Korea it's okay not to be okay.

"Aku mau cerita," ucap Kevin pada Zefanya yang sedang mengunyah potongan melon.

"Iya, aku dengerin,"

"Tadinya aku gak punya niatan buat nikah," ucap Kevin.

"Sama, aku juga nggak kok." timpal Zefanya.

"Kenapa kamu kepikiran buat nggak nikah?" tanya Kevin balik.

"Aku merasa kalau aku nggak cukup pantas untuk bertanggung-jawab atas kebahagiaan pasangan aku, aku juga takut bakal jatuhin angan-angannya dia atas ekspektasi tentang aku," ucap Zefanya.

"Iya, aku juga punya pikiran yang sama sampai akhirnya ketemu kamu, ngeliat kamu senyum bener-bener buat aku ngerasa kalau aku punya tanggungjawab buat bikin kamu seneng terus," jawab Kevin.

"Kevin, nggak ada satu orangpun yang punya tanggungjawab atas kebahagiaan aku," ucap Zefanya meyakinkan.

"Kamu bertanggungjawab atas kebahagiaan kamu, dan aku juga akan bertanggungjawab atas kebahagiaan aku Kevin,"

"Kata om Ali, satu-satunya tempat bertahan adalah diri kita sendiri, Kevin, tapi karena sekarang ada aku, aku mungkin akan bisa bantu, tapi jangan jadiin aku satu-satunya harapan buat kamu bahagia dan bertahan,"









𝔃𝔂𝓷𝓲𝓼𝓬𝓱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang