(20) Happiness?

240 124 241
                                    

Happy reading 💞
Voment Yamoon Yeorobun

••••

"Jika berbicara mengenai kebahagiaan, aku bukan mahkluk yang tepat."

- Fabricia Yemima

••••

"Jangan bermaksud yang aneh-aneh, ya!"

"Itu maksud anak-anak ya, bukan gua."

"Ya .... Tapi jangan ambil kesempatan buat deket sama gua!"

Ezra menaikkan alisnya. Mengherankan segala sikap Inez yang selalu saja menjaga jarak dengannya. Mengapa harus menjauh di setiap Ezra ingin membangun hubungan baik? Apakah di mata Inez, dirinya benar-benar terlihat seperti bakteri?

Menyebalkan sekali.

"Percuma gemesin, kalo alergi dideketin."

"Lagian kenapa sih selalu menghindar?" tanya Ezra.

"Menjauhi niat baik seseorang itu dosa tau nggak?!"

Inez bertolak pinggang untuk berhadapan dengan Ezra. "Niat baik dari sudut mana hah?!"

"Denger ya, lo tuh modus!"

"Satu lagi ya, jangan puji-puji gua!"

Sontak Ezra terkekeh remeh mendengar hal tersebut. "Baru kali ini, gua liat cewek ogah dipuji."

"Gua juga nggak ada maksud lain selain pengen kita temenan," ucap Ezra dengan serius.

Langkah kaki Inez maju mengikis jarak dengan tatapan mata yang tersorot tajam. "Justru itu," tekan Inez.

"Gua nggak berminat temenan sama lo. Kita saling kenal aja udah bonus yang syukur-syukur lo terima."

"Oh ya, lo tuh deket sama temen gua sendiri, Zoe! Gua nggak mau buat kesalahpahaman," jelas Inez tidak mengalihkan sedikitpun pandangan yang tersirat untuk Ezra.

"Kesalahpahaman apa?"

Sahutan suara merebut perhatian mereka. Gadis cantik nan anggun mereka dapati dengan langkah kaki yang mulai mendekat.

"Zoe, lihat nih temen lo," adu Ezra menunjuk Inez.

"Dia yang salah paham soal kita."

"Jelas-jelas kita tuh nggak ada hubungan lebih selain teman masa kecil."

"Mau lebih dari hal itu rasanya mustahil!" cerca Ezra memperjelas hubungan mereka supaya Inez tidak lagi menjaga jarak.

Ezra tahu, sikap Inez seperti sekarang ingin menghormati hubungannya dengan Zoe. Akan tetapi di balik semua itu, nyatanya mereka tidak ada apa-apa. Ezra bebas berteman dan kenal dengan siapa saja.

"Kita nggak ada apa-apa, serius!"

"Lo nggak usah sungkan sama Ezra," sahut Zoe menanggapi.

Inez terdiam, membaca suasana yang sedang dialami. Pertemanan mereka sudah cukup lama. Inez begitu hapal bagaimana sikap dan mimik wajah Zoe. Bohong jika Inez tidak peka akan perasaan gadis itu.

"Zoe, gua tau banget lo—"

"Kalian tuh sama-sama temen gua."

"Apa salahnya bangun pertemanan juga?"

"Hal yang gua miliki, itu bebas buat kalian miliki juga," ujar Zoe beruntun

"Dengan senang hati gua memberinya."

She's a Fangirl || Proses PenerbitanOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz