19

4.3K 570 101
                                    

Pas seminggu dari updatean yang kemarin😂 btw kalau ada typo, tolong koreksi ya. Biar aku revisi💖

~Enjoy it guys~

Fano masuk ke dapur saat Revan berjalan menyusul di belakangnya dan duduk di kursi meja makan.

"Pagi Bik." Sapa Fano kepada Bik Tini yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Pagi mas." Balas Bik Tini menoleh sekilas kearah Fano lalu mengulas senyum.

"Mas berangkat sama siapa?" Tanya Bik Tini. Dirinya sudah mengetahui jika Fano akan ikut Olimpiade hari ini. Semalam laki-laki itu meminta doa pada dirinya.

"Mas Sapta kesini?" Lanjut tanya wanita itu.

"Iya." Jawab Fano. Ia duduk di kursi kayu dekat pintu belakang. Menyeruput teh hangat yang sudah disiapkan Bik Tini sebagai rutinitas.

"Bik." Suara itu membuat Fano reflek menoleh kearah sumber suara.

Anita berdiri di depan pantry dengan setelan rapinya. Dahi Fano mengkerut, "Mamanya akan pergi kemana?" Pemikiran itu memenuhi benaknya.

"Sarapannya sudah siap?" Tanya Anita. Retinanya menangkap bayangan Fano tapi memilih acuh.

"Sebentar lagi Bu." Jawab Bik Tini yang dibalas anggukan oleh Anita lalu kembali berjalan ke meja makan.

"Mas Fano tidak ikut sarapan sama-sama?" Tanya Bik Tini menawarkan.

"Tidak." Jawab Fano dengan senyum tipis terpatri di bibirnya.

"Silahkan mas." Ucap Bik Tini memberikan piring berisi lauk pauk.

Fano memakan sarapannya dalam diam. Setelah sepuluh menit, ia beranjak berdiri dan meletakkan piringnya di wastafel. Kembali ke tempat semula untuk menghabiskan teh dan mengisi botol minumnya dengan air putih lalu memasukkannya ke dalam ransel.

Laki-laki itu merapikan jaketnya dan mengambil ransel yang tergeletak di lantai. Melirik jam tangan yang melingkar di lengan kiri sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Bik. Aku berangkat." Pamit Fano. Ia mengecup telapak tangan kanan wanita di depannya lalu memeluknya singkat.

"Semoga hari ini lancar ya mas. Semoga jadi pemenang." Ucap Bik Tini. Ia merapikan jaket yang Fano pakai dengan senyuman hangat.

"Amin." Balas Fano tulus.

🌵🌵

Setelah berpamitan dengan Bik Tini, Fano membawa tungkai kakinya untuk keluar dari dapur. Langkahnya terhenti, maniknya menangkap bayangan sebuah keluarga harmonis didepannya.

Papanya, mamanya, dan Revan. Terasa begitu lengkap meski hanya bertiga. Sepertinya Revan memang seharusnya menjadi anak tunggal, bukan sebagai kakak yang memiliki adik sepertinya.

"Ah, memang seharusnya dirinya tidak ada di keluarga itu."

Pemikiran serupa muncul dibenaknya. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran buruk yang mungkin saja nantinya malah menganggu konsentrasinya.

Ia melangkah kearah garasi. Enggan untuk lewat di depan mereka. Memperbaiki ranselnya yang tergantung di kedua bahu.

Lampu garasi yang menyala membuat Fano dengan mudah berjalan tanpa hambatan. Garasi di rumahnya menjadi satu-satunya ruangan yang memiliki banyak penerangan. Mungkin karena tempatnya yang sedikit kebawah menyerupai seperti basement.

"Fano!" Seruan itu membuat Fano menoleh kebelakang.

"Mama." Gumam Fano pelan. Ia menatap lurus kearah Anita yang saat ini menghampirinya.

PERFECT?|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang