After 7 years

10K 470 11
                                    

7 tahun kemudian.

Azel sudah lulus kuliah dan menjadi dokter ternama di kota ini, sedangkan Zoya dia tetap menjadi pengusaha sukses justru sekarang usahanya merambah kemana-mana. Namun, itu sama sekali tidak membuat keduanya mengurangi waktu untum bersama.

Kuliah waktu itu Azel memilih untuk tetap di Indonesia. Dia mengambil jurusan kedokteran dan ya akhirnya berhasil. Awalnya memang Azel ingin ke luar negeri namun setelah di pikir-pikir lagi akhirnya dia memutuskan untuk tetap di Indonesia. Bukan karena pembicaraannya dengan Aletha namun karena tanggung jawabnya kepada Zoya, mau bagaimana juga dia istri Zoya tidak mungkin dia menelantarkan Zoya sendiri di Jakarta walaupun banyak pekerja namun tanggung jawab tetaplah tanggung jawab.

"Jadi kapan Mama dapet cucu?" tanya Mama. Kami maksudnya keluargaku dan keluarga Azel memang sedang berkumpul. Hitung-hitung family time karena kesibukan kami masing-masing.

Azel tersenyum canggung. "Iya mah, nanti biar aku antar Azel ikut program" jawabku tersenyum kepada Azel.

"Bagus itu, Papa juga ingin cepat punya cucu" ucap Papa Ferzia menimpali Mama, lalu kami tertawa bersama. Banyak lelucon yang keluar sehingga ruangan ini terlihat sangat ramai.

Azel sudah berumur 25 tahun dan dia juga sudah siap untuk mengikuti program. Aku sih ngikut apa kata Azel aja. Karena dia yang bakal gendong bayinya maksud aku dia yang bakal mengandung. Menurutku juga di umur Azel yang segitu udah cukup matang lah kalau untuk mengandung.

Selama 7 tahun itupun tak sedikit masalah yang menghampiri kami. Dari cowok-cowok genit yang mendekati Azel sampai sekertaris ku yang mencoba menggodaku. Waktu itu Azel sangat marah dan mendiamiku 2 minggu lebih, bahkan dia menginap dirumahnya sendiri maksudnya rumah kedua orang tuanya.

"Pekerjaan kamu gimana Zoy?" tanya Papa Ferzia kepadaku.

"Baik Pa, lebih baik. Walau semakin sibuk sih"

"Nggak papa, wajar kok tapi jangan lupa sama istri dirumah. Istirahat juga jangan lupa" ucap Papa memperingatiku.

"Iya pa"

"Tuh dengerin" ucap Azel menimpali ucapan Papa.

"Itu mah iya iya aja Pa, nanti juga lembur terus" adu Azel kepada Papa membuatku melotot, Papa sama yang lainnya malah ketawa dikira ini melawak kali ya.

*****

"Gimana sayang?" tanyaku kepada Azel. Kami sudah mengikuti program dan sedanh menunggu hasilnya. Azel sedang mengecek di kamar mandi.

Aku melihat mukanya kusut banget apa mungkin gagal? akusih yaudah mungkin belum rejeki kan masih bisa mencoba lagi cuma melihat muka Azel yang kusut aku kok rasanya kasihan sama pengen nangis sedih.

"Gimana?" tanyaku was-was.

"BERHASIL!" teriaknya lalu memelukku. Aku seperti melayang. Aku mau punya anak seneng banget. Akhirnya penantian kami terwujud.

"HAHAHAHA akhirnya kamu jadi Mama" ucapku menggodanya.

"Cie ibu dokter mau jadi Mama" aku masih menggodanya yang masih saja bergelayut manja di tubuhku.

"Diem ih malu" ucapnya memukul bahuku. Aku semakin tertawa. Azel memang seperti itu walau umurnya sudah 25 tahun tapi sifat manjanya belum juga hilang.

"Mandi sana, trus kita cek ke dokter keadaan kandungan kamu" ucapku yang diangguki olehnya. Karena aku sudah mandi jadi aku tinggal menunggunya bersiap. Aku menunggu di kursi depan dengan koran dan juga teh di hadapanku. Ini sudah menjadi kebiasaan ku kalau dirumah.

"Yuk berangkat" ucapnya. Aku mengangguk namun sebelumnya aku meneguk habis teh yang dihadapanku itu tadi. Takut mubazir, kasihan yang sudah membuatkan.

Aku menjalankan mobil menuju Rumah Sakit tempat Anna bekerja. Betul kami akan mengunjungi dan memeriksa kandungan dengan Anna. Iya, Anna sahabat Azel yang juga dekat denganku. Dia memilih menjadi dokter kandungan, aku awalnya terkejut sebab sebelumnya dia berkata kepadaku ingin menjadi pebisnis tapi yaudah itu pilihan hidupnya.

"Selamat siang dokter Anna" sapaku ketika memasuki ruangan. Sudah menjadi kebiasaan kami saling menggoda.

"Siang juga ibu CEO dan dokter Azel", jawabnya membuat kami tertawa. Padahal tidak ada yang lucu namun pertemuan seperti ini selalu saja membuat kamu tertawa.

"Gimana, ada yang bisa gue bantu?" tanya Anna yang sudah menghilangkan sisi formalnya.

"Nih" ucapku menyerahkan testpack kepada Anna. Dia terkejut menutup mulutnya, aku bisa melihat pancaran bahagia dari matanya.

"Gila! ini berhasil? coba gue periksa dulu. Sini Zel tiduran" ucap Anna lalu berdiri menuju brankar yang berada di ruangannya dan meminta Azel untuk tidur disitu.

Anna melakukan banyak pemeriksaan untuk Azel, aku dengan sabar menunggu. Mau gimana lagi yang diperiksa itu istri dan calon anakku.

Setelah selesai memeriksa Anna kembali duduk begitu pula Azel yang kembali ke sebelahku.

"Gimana?" tanyaku memastikan.

"Bener berhasil, 3 minggu" jelas Anna membuatku tersenyum lebar.

"Nanti setiap sebulan sekali aja lo kesini, gue bakal periksa secara rutin keadaan kandungan elo" ucap Anna.

"Jelas itu pasti, Gue makasih banget sama elo Na" ucapku berterimakasih kepada Anna karena dia yang membantu berjalannya program ini.

"Halah kaya sama siapa aja lo"

"Lo kapan nikah Na?" tanya Azel yang sedari tadi diam, aku menyimak percakapan kedua bersahabat itu.

"Bulan depan, doain ya! jangan lupa datang juga"

"Sama siapa?" tanyaku kepo.

"Sendi" jawab Anna membuatku melongo terkejut, apa mungkin Sendi sahabatku yang doyan makan itu.

"Sendi sahabat gue?" tanyaku memastikan dan diangguki Anna.

"Bener-bener itu anak, ngilang bertahun-tahun mau nikah aja nggak nemuin gue. Durhaka itu manusia" ucapku menggerutu.

"Dia bentar lagi kesini" ucap Anna yang sebelumnya tertawa dengan gerutuanku.

Lalu kami kembali mengobrol sambil menunggu Sendi yang akan datang menjemput Anna untuk makan siang. Kami juga merencanakan untuk makan siang bersama.

"Bener-bener lo ya, kemana aja lo selama ini?" tanyaku kepada Sendi setelah sampai di restoran tempat kami akan melaksanakan makan siang.

"Gue di Semarang sih, emang sengaja ngilang biar pada lo cariin" jawab Sendi bergurau.

"Anjir lo! btw kok bisa lo sama Anna?" tanyaku mulai kepo dengan kisah mereka. Karena sejak SMA mereka tidak pernah terlihat dekat.

"Satu univ dulu sama Anna di Undip" aku mengangguk karena memang Anna dulu memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Semarang. Sedangkan aku dan sahabatku mencar kemana-mana dan hanya Sendi yang pergi tanpa pamit, dan itu membuat kami semua kesal.

"Elo di Undip? kok bisa? lo kan goblok" ucapku tertawa menggodanya.

"Jangan ngadi-ngadi deh lo" jawab Sendi mulai kesal.

"Iya-iya sorry om" ucapku mengangkat kedua jariku.

"Jadi sekarang lo kerja apa?" lanjutku lagi bertanya. Kami berdua seolah sedanh bernostalgia.

"Gue punya firma hukum, gue kan dulu ambil hukum dan ya sekarang gue jadi pengacara. Jadi kalau lo ada apa-apa dateng aja ke gue"

"Maksud lo doain gue punya masalah gitu?"

"Ya enggak anjir"

"Sstt udah-udah cepet makan" ucap Azel memberhentikan perdebatan kami, lalu kami menghabiskan makanan yang sudah kami pesan.

Kami merencanakan akan kumpul-kumpul setelah acara makan ini selesai. Lagian kebetulan anak-anak yang lain juga sedang berada di Jakarta jadi mungkin ini waktu yang tepat untuk bertemu maksudnya reuni.

END.

😋😋😋

HEART U HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang