O3

296 91 18
                                    

Hari ini Samatoki libur. Tangannya keplintir dan kakinya patah.

Ia menghela nafas berat mengingat kejadian kemarin.

Dimana ia menjadi saksi sendiri kecelakaan Riou.

Saat itu ia tengah naik motor, namun dirinya disrempet oleh truk yang akhirnya menabrak Riou.

Truk ✨meresahkan✨.

Ia juga melihat di seberang sana, Dice menatap dengan kaget dan shock.

Tapi kalau boleh jujur, Samatoki cukup trauma dengan kejadian itu. Rasanya ia tidak ingin naik motor lagi. Menyeramkan.

Ngomongin soal motor, kemarin seingatnya ia menitipkan motor untuk diservis sama kenalan Ramuda. Jadilah ia menelpon Ramuda untuk menanyai kabar motornya.

Tapi, Samatoki telah menelpon Ramuda sebanyak tujuh kali dan tidak diangkat oleh Ramuda.

Satu panggilan tersambung, namun yang ada hanya hening.

"Halo, Ram. Motor gua gi—"

"Dice udah meninggal."






























"Bukunya udah gua balikin." ujar Hifumi yang baru saja datang kemudian duduk disebelah Jiro.

"Baguslah. Gua panik, sialan." ujar Jiro.

"Panik kenapa?"

"Kalo yang Doppo bilang itu benar gimana??" tanya Jiro histeris.

"Lo bayangin ya, setelah kita baca buku itu, entah kenapa kematian mereka mirip-mirip sama yang di buku?!" sambung Jiro lagi.

"Iya juga, ya.." sahut Jyuto.

"B-berarti b-buku itu... b-beneran terkutuk?!" tanya Hifumi.

"Bego, Hif! Bego!!"

"Y-ya lagian siapa yang baca duluan coba?! Gua kan penasaran doang." elak Hifumi.

"Arghh!!! Dan sekarang kita ga tau siapa yang bakal meninggal selanjutnya! Kita beneran ada diujung nyawa!" sergak Jyuto.

Ketiganya frustasi.

"M-mending kita lupain aja.." ajak Hifumi.

"Mana bisa! Nyawa kita terancam!"

"Ya bisa aja kejadian Riou sama Dice kebetulan doang, kan? Ayo berfikir positif.. Minum dulu jusnya.." ajak Hifumi sambil menyodorkan jus mangga.

Meski dengan perasaan was-was dan takut, mereka tetap mencoba berpikir positif.


"Eh, tau Tol Cikampang ga?"

"Tau. Kenapa?"

"Lo kalo pulang lewat situ ngendarain motor pelan-pelan aja."

"Lah, kenapa?"

"Penunggu disana ga ada yang suka keributan sama suara-suara motor."

"Kalo dilanggar??"

"Ya, lo bakal celaka, lah!"



















Pulang sekolah, Jiro langsung ingin pulang. Bodo amat sama Saburo yang ada ekskul, Jiro ga mau nungguin.

Dia lebih milih kalah debat ama Saburo seumur hidup daripada mati diusia mudanya.

Di usia SMA, Jiro masih pengen nyari cinta. Dia masih pengen ngerasain kehidupan berantem IPA vs IPS layaknya cerita di wattpad.

book | hypmicWhere stories live. Discover now