6 - Desa yang terancam

365 61 20
                                    

_____

Ini dia, hari di mana kita harus melaksanakan misi tunggal! Aku dan Tanjirou sama-sama pergi ke tempat tujuan. Misi kita hari ini adalah memberantas Iblis yang suka memakan anak kecil. Kami dapat informasi dari Gagak bahwa rata-rata korban dari Iblis itu adalah anak kecil di bawah 13 tahun. Mereka di bunuh saat mereka tengah asyik bermain di malam hari sendirian.

Wahh.. Iblisnya pedofil ya? Batinku setelah mendengarkan penjelasan gagak tadi.

"Kejam sekali. Anak kecil tak berdosa mereka jadikan santapan malam." Ujar Tanjirou saat mendengarkan informasi gagak. Aku mengangguk menyetujuinya.

"Karena itulah, kami menugaskanmu untuk membasmi iblis di desa itu! Buatlah desa itu menjadi aman dan nyaman bagi anak-anak yang tinggal di sana!" Ujar Gagak.

"Baiklah, mohon tuntun jalannya gagak." Titah Tanjirou. Setelah itu kami langsung berangkat menuju tempat yang di arahkan si Gagak.

Seperti biasa, kami berangkat ke desa itu dengan berjalan kaki dan di tuntun oleh Gagak. Di zaman ini, sepertinya belum ada mobil mewah. Kalaupun ada, pasti hanya ada di kota-kota besar aja. Di wilayah pedesaan belum ada yang namanya mobil. Alat transportasi di desa hanya kereta kuda atau kerbau.

Kami berjalan ke desa itu hingga siang hari.

Setelah kami sampai di depan pintu masuk desa itu, Tanjirou berhenti berjalan sebentar. Aku juga ikut berhenti berjalan. Aku menatap Tanjirou bingung. "Ada apa, kak? Apa kakak merasakan hawa aneh?" Tanyaku.

Tanjirou menggeleng pelan, kemudian menoleh kepadaku. "Tidak, ayo temui kepala desa." Ucap Tanjirou. Lalu kembali berjalan. Aku mengikutinya dalam diam.

Saat kami masuk ke dalam desa, aku dapat melihat anak-anak yang bermain dengan cerianya. Mungkin karena ini siang hari dan Iblis tidak mungkin keluar di siang hariㅡ kecuali aku.

Perhatianku teralihkan ke salah satu kuil. Aku melihat sepasang suami istri yang menangis di depan sebuah foto anak kecil yang di beri bingkai bunga di sisi fotonya. Aku menerka, kalau mereka adalah ibu dan ayah dari anak yang berada di foto itu.

Kedua suami istri itu menangkup tangan mereka dan berdoa kepada Dewa sembari menangis sesegukan. Aku meringis melihat mereka. Mereka pasti merasa sangat kehilangan. Apalagi foto anak itu terlihat masih sangat muda.

Tanjirou menepuk pundakku. Aku melirik Tanjirou yang ternyata juga memerhatikan kedua orang tua itu. Ekspresinya menunjukan rasa iba kepada mereka.

"Permisi, apa ada yang bisa aku bantu?"

Aku langsung menoleh ke sumber suara. Seorang nenek tua berdiri rapuh dua meter di sampingku. Ia tersenyum ramah kepada kami.

Tanjirou langsung menyalaminya dengan sedikit membungkuk. "Selamat siang. Kami dari organisasi pemburu iblis. Kami di tugaskan ke sini untuk membunuh iblis yang menganggu desa ini." Jelas Tanjirou.

"Begitu, ya." Ucap nenek itu pelan. Kemudian ia kembali berkata, "Akhir-akhir ini memang ada iblis yang mengganggu anak-anak di desa ini. Beberapa orang tua kehilangan anaknya termasuk mereka." Nenek itu menoleh ke orang tua yang berdoa di kuil itu.

"Sayang sekali, padahal Otoko anak yang baik. Tapi dia mati secara tragis malam itu." Lanjut sang nenek menyebut nama sang anak yang telah mati ituㅡ Otoko.

Aku menautkan alisku, ikut berduka cita.

Nenek itu kembali menoleh kepada kami. "Kalian dari organisasi pemburu iblis, kan? Kalau begitu mohon kerja samanya. Saya adalah kepala desa di sini, Takahashi Sena." Ucap nenek itu sedikit membungkuk.

Following The Groove [Kimetsu no Yaiba]Where stories live. Discover now